Bersamaan dengan Hari Gizi Nasional ke-62 pada tanggal 25 Januari lalu, kita kembali lagi diingatkan dengan salah satu isu dalam pemenuhan gizi yaitu stunting. Beberapa orang mungkin masih awam dengan istilah ini, tapi anak dengan gejala stunting dapat dengan mudah kita temui di sekitar. Menurut WHO, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang pada anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi kronis, terserang infeksi penyakit hingga stimulasi yang tidak memadai.Â
Stunting sebenarnya telah menjadi salah satu fokus dari Kementerian Kesehatan karena menunjukkan nilai prevalensi sebesar 24,4% atau setara dengan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting (SSGI, 2021). Pemerintah juga menargetkan pengentasan masalah stunting dengan penurunan menjadi 14% pada tahun 2024 sebagai salah satu tujuan pembangunan kesehatan. Untuk mencapai target ini, seluruh lapisan masyarakat juga harus turut memahami langkah-langkah pencegahan dan pemantauan agar kasus stunting dapat melandai di kemudian hari.
Pencegahan stunting dapat dilakukan sejak dari kandungan hingga berusia dua tahun atau sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Ibu hamil ataupun calon ibu yang memang merencanakan untuk memiliki anak seharusnya mulai memenuhi asupan nutrisi bagi ibu dan janin beserta tambahan yang diperlukan. Mulai dari mengonsumsi nutrien utama seperti karbohidrat, protein, lemak hingga vitamin dan mineral khususnya asam folat, kolin, zat besi, vitamin (A, B, D), magnesium, dan yodium.Â
Ibu tidak boleh abai dengan asupan gizi harian, ditambah lagi dengan hadirnya calon buah hati di dalam kandungan maka kebutuhan nutrisi akan bertambah untuk mendukung tumbuh kembang janin hingga 9 bulan ke ke depan. Selain memperhatikan isi piring, calon ibu dan ayah juga harus memperhatikan kebiasaan hidup sehat lainnya seperti dengan rutin berolahraga, menghindari paparan rokok, dan menjaga diri dari infeksi penyakit yang akan berdampak pada janin.Â
Setelah lahir, asupan nutrisi, pola makan, aktivitas fisik dan kebersihan lingkungan sekitar juga harus terus terpantau untuk memastikan kebutuhan anak sesuai masa tumbuh kembangnya. Mulai dari pemenuhan ASI dan makanan pendamping atau MPASI setelah 6 bulan kelahiran.
Tidak perlu terlalu selektif dengan bahan makanan, konsumsi satu butir telur setiap hari sudah cukup memenuhi asupan nutrisi harian. Konsumsi buah dan sayuran juga harus mulai dibiasakan sejak dini untuk menyuplai kebutuhan vitamin, serat dan mineral bagi anak.Â
Pada akhirnya, kampanye pemerintah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) sebagai promosi kesehatan yang telah lama digalakkan oleh Kementerian Kesehatan menjadi kunci utama untuk menghadirkan perilaku dan kebiasaan hIdup sehat dimulai dari diri sendiri hingga lingkungan masyarakat. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa pencegahan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau sang ibu saja, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”