Sudah lebih 2 minggu berlalu sejak sorak sorai pergantian tahun menuju 2022. Malam itu, sama seperti malam tahun baru sebelumnya, manusia-manusia merayakan kepergian tahun 2021 dan menyambut tahun yang baru dengan penuh harap. Buatku rasanya masih sama, belum sempat aku mencerna seluruh kejadian di tahun lalu, hari-hari di 2022 ternyata terus berjalan tanpa memberiku jeda untuk mengambil napas. Belum sempat aku beradaptasi, sudah banyak ekspektasi yang mulai mengisi hari-hari.
Tahun 2021 semestinya menjadi tahun transisi yang menyenangkan untuk dilompati. Banyak tantangan dan keputusan yang harus diambil untuk kelanjutan hidup. Mulai dari tugas akhir yang kupikir akan lama untuk diselesaikan, nyatanya bisa membawaku menjemput gelar sarjana tepat pada waktunya, tak terlalu gasik ataupun terlambat. Karna wisuda bukan akhir perjalanan, keputusan selanjutnya harus segera ditentukan. Ingin lanjut studi? atau ingin mulai berkarir? atau mencoba peruntungan menjadi abdi negara? Belum ada yang benar-benar menarik hati, kala itu masih penuh kebimbangan.
Keadaan diperparah dengan hadirnya krisis seperempat hidup a.k.a quarter life crisis yang kerap kali mendatangi manusia seusiaku dan mencerca dengan pertanyaan yang lumayan bikin puyeng. Kamu mau jadi apa? Tujuan kamu hidup apa sih sebenarnya? Setelah ini mau ke mana? dan pertanyaan serupa yang tak lelah menghampiri menjelang tidur namun belum juga aku dapatkan apa jawabannya.
Aku juga nggak tau mau ngapain lagi setelah ini, pikir keri lah
Seringnya pergulatan di kepala akan kuakhiri dengan kalimat ini. Aku masih berusaha percaya bahwa semua akan segera berlalu, berlalu-lalang maksudnya. Daripada pusing memilih, kenapa tidak coba membiarkan pilihan itu yang memilihmu? Apapun hasilnya, aku akan coba jalani sebaik yang aku bisa. Terdengar pesimistik dan mengikuti arus, tapi apa boleh buat daripada stuck melulu dan tidak bergerak.
Dari angan-angan ingin melanjutkan studi di negara lain, ternyata aku masih menetap di Kota Pelajar ini untuk studiku. Dari angan-angan ingin menjadi abdi negara di Ibukota, ternyata langkah terhenti di penyisihan pertama. Dari angan-angan ingin membiayai pendidikan dengan beasiswa, ternyata rezeki bukan dari pintu yang satu ini. Dari angan-angan ingin menjadi rich onty (bukan buat Gala, ya), ternyata masih miskin juga sampai detik ini. Apa memang 2021 semenyebalkan itu? Tak ada harapan yang berjalan mulus satu pun, kejam!
Sebegitu kesalnya aku jika mengingat semua rencana yang berpindah haluan di tahun lalu. Tapi kalau dipikir lagi, apakah benar 2021 sekejam itu? Apakah tak ada hal lain yang berjalan manis? Barangkali ada yang luput dari radarku, mari coba pikirkan hal baik yang sudah menyertai segala kebimbangan kemarin.
Kesehatan, walaupun sempat ikut terinfeksi COVID-19 satu keluarga, ternyata masih diberi kesembuhan. Waktu luang, walaupun kesannya gabut, tapi jadi bisa belajar hal baru, lebih mengenal diri sendiri dan banyak berinteraksi dengan orang terdekat.
Rezeki, walaupun gagal mendapat beasiswa, ternyata masih diberi kecukupan materi untuk bisa bertahan di tengah krisis dan melanjutkan pendidikan. See? ternyata tahun 2021 masih menyisakan banyak hal baik untuk disyukuri dan diapresiasi. Tak hanya itu, masih banyak hal kecil lainnya yang kadang luput dari pandangan karena mata kita terlalu silau dengan pencapaian orang lain atau tertutupi oleh kegagalan yang datang. Ternyata semua tak akan seburuk yang kita perkirakan jika mau membuka mata lebih lebar. Ternyata banyak kesempatan lain yang justru bisa kita cicipi dan jadi sarana berkembang.Â
Untuk segala hal yang tak sesuai rencana di tahun lalu, semoga jalan yang ini dapat kuselesaikan dengan sebaik-baiknya. Banyak pelajaran yang akan jadi bekal untuk keputusan dan rencana lainnya di masa depan. Terlepas dari ruwetnya tahun 2021, aku akan mengenang tahun ini sebagai bagian dari pendewasaan dan masa untuk lebih mengenal diri sendiri. Sekali lagi, terima kasih 2021!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”