Jika tahun 2020 banyak dihiasi dengan janda bolong, percupangan, dan bantu usaha kawan – munculnya banyak UMKM, maka di tahun 2021, ternyata banyak diisi dengan berbagai jenis jalan melipatgandakan uang – berinvestasi. Ada yang memakai media investasi berupa, deposito, emas, properti, saham, reksa dana, bahkan kripto.Â
Lalu, hal apa yang kira-kira akan marak di tahun 2022 ini?Â
Apapun itu, semoga di tahun 2022 ini, semua ekspektasi hidup, termasuk segala resolusinya bisa terwujud. Amin. Selesai.
Loh? Cuma itu aja yang mau ditulis di catatan akhir tahun?Â
Tentu saja tidak. Sadarkah kita kalau harapan semacam ini adalah harapan yang memang umum disebutkan di setiap tahun baru – awal tahun. Iya kan?
Tetapi, pernah nggak kita mulai berpikir tentang apakah segala ekspektasi hidup, mimpi, dan resolusi kita itu bisa berguna dan membangun, atau malah hanya berfokus pada saya, saya, dan saya?
Di sepanjang tahun kemarin, saya punya resolusi untuk memiliki sebuah toko pakaian online. Sebenarnya, ini bukan sebatas resolusi tahunan, melainkan sebuah mimpi masa kecil, dimana kala itu saya begitu gemar membuat baju boneka Barbie sendiri – DIY.Â
Lalu, yang saya lakukan untuk mewujudkan resolusi ini adalah, dengan mulai mencari dan menggabungkan berbagai jenis desain baju, kain yang cocok, penjahit, dan tentu saja mengumpulkan modal. Semuanya ini, hampir mendekati sebuah titik temu.
Saya berpikir bahwa, tahun 2022 adalah tahun dimana toko pakaian online saya dengan warna yang khas – sedikit berbeda dari pasaran, akan mulai beroperasi. Namun, apa yang terjadi? Di tengah saya mengumpulkan modal melalui menulis – menjadi freelancer sebuah website dan mengikuti lomba karya tulis, sebuah hikmat yang baru merasuki saya.
Tepatnya, dua bulan menuju akhir tahun 2021, kala itu saya sedang sibuk mempersiapkan karya tulis tentang diet karbon. Sekali, dua kali, tiga kali, sampai hampir yang keempat kali topik pembahasan saya bergonta-ganti. Sampai akhirnya, ide membahas tentang gaya hidup thrifting – aktivitas membeli atau mencari barang-barang bekas untuk dipakai kembali, mantap saya ambil.
Ketika saya mengumpulkan sumber dalam mengembangkan tulisan dengan topik thrifting ini, perlahan tapi pasti, hati saya mulai ragu tentang mimpi mewujudkan sebuah toko pakaian online.
Sampai karya tulis tersebut rampung dikerjakan dan dikumpulkan, hati saya tetap ragu. Akhirnya, saya mulai menanyakannya kepada Sang Pencipta hidup, Menurut Tuhan, benar atau salah ya segala rencana membuka toko pakaian online ini?Â
Hari dan minggu berganti, para pedagang kembang api pun sudah mulai hadir memadati berbagai sudut pinggiran jalan di kota, namun, hati tetap saja ragu. Bahkan, tidak ada jawaban dari Sang Pemilik hidup.Â
Di tengah ketidakpastian hati, sore itu, saya dan suami pergi mencari makan, di sepanjang jalan menuju kota mulut saya tiba-tiba bertanya,
Beb, banyak banget ya toko pakaian disini. Laku nggak ya kira-kira?
Nggak tahu juga ya. Malahan toko yang di ujung jalan itu sepi terus ku lihat.
Iya ya. Hmm, kalau nggak laku pasti jadi sampah tekstil kan? Itu kalau numpuk di sampah bisa berubah jadi gas metana yang bikin perubahan iklim tak menentu kayak sekarang ini.
Ya, mau gimana lagi. Makanya punya uang itu nggak harus dilipatgandakan dengan buka usaha ini itu, yang ujung-ujungnya nggak terlalu berguna dan membangun.
Tiba-tiba, sesuatu yang pasti muncul di hati saya. Iya, rangkaian keraguan di hati menemukan jawaban yang tepat ketika saya bertanya jawab bersama suami di atas motor. Seketika, semua kalimat tanya jawab berubah menjadi sebuah hikmat yang memerdekakan kegalauan hati saya tentang toko pakaian online. Dan di detik itu juga, saya berkata kepada Sang Pencipta dan Pemilik hidup saya, Tuhan, terimakasih banyak buat jawabannya.
Saya pun belajar sesuatu. Ternyata, tidak semua ekspektasi hidup, mimpi, dan resolusi kita itu harus punya pusat kepada keuntungan, ketenaran, kesuksesan, dan kemakmuran kita sendiri.
Sebaliknya, sebelum mulai merencanakan sebuah mimpi atau resolusi, kita mulai menanyakan hal ini pada diri kita sendiri, apakah semua itu bisa berguna dan membangun orang-orang di sekitar kita atau tidak? Apakah semua itu bahkan bisa berguna dan membangun tempat tinggal kita di bumi ini atau tidak?Â
Kalau mimpi atau lebih tepatnya resolusi saya di tahun 2022 adalah, membuka toko pakaian online, lalu apakah itu benar-benar bisa berguna dan membangun? Bukankah itu hanya sebatas cara saya melipatgandakan uang dan meraup keuntungan, kesuksesan, bahkan ketenaran sebanyak-banyaknya?
Tidakkah dengan saya mewujudkan mimpi-resolusi di tahun 2022 ini, itu malah membuat saya otomatis masuk dalam daftar penyumbang sampah tekstil, perusak lestarinya ekosistem di laut dan penggunaan air – satu buah T-shirt dalam proses produksinya membutuhkan air sebanyak 650 galon. Lalu, berapa banyak air yang dibutuhkan untuk memproduksi jeans, dress, atau jenis pakaian lainnya?
Fakta lain menyebutkan bahwa, industri fesyen menyumbang 10 persen emisi karbondioksida (CO2) global. Artinya, ketika saya memproduksi pakaian dengan model yang beragam, jumlah yang banyak, dan berkecepatan tinggi, itu membuat polusi udara dan emisi karbon yang dihasilkan semakin besar. Ini lah, yang menjadi salah satu penyebab cuaca di bumi kini sering berubah secara tidak menentu.
Jadi, memang punya ekspektasi hidup, mimpi, dan resolusi tahunan itu tidak salah, karena kita manusia diciptakan dengan akal pikiran yang dapat digunakan untuk memikirkan, merencanakan, dan mewujudkan semua itu.
Namun, jika kita mau menjadi orang yang lebih bijaksana, maka kita akan mulai memperhatikan hal ini sebelum memikirkan, merencanakan, bahkan mewujudkan sebuah ekspektasi hidup, mimpi, atau pun resolusi tahunan, Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.
Hikmat yang memerdekakan ini, yang akhirnya membuat saya punya tekad bulat dalam merevisi resolusi di tahun 2022 ini. Menulis lebih baik lagi. Ya, inilah resolusi pengganti yang agaknya lebih punya dampak – bisa berguna dan membangun orang di sekitar saya.
Saya mulai menyadari bahwa, kemampuan menulis saya itu bukan sebatas alat untuk bisa menghasilkan lembaran rupiah – modal hidup, modal usaha, dan sebagainya. Lebih dari itu, dengan mulai menuliskan banyak hal jujur dan tulus dari pengalaman saya hidup selama 29 tahun ini, itu ternyata bisa menginspirasi, bahkan menjadi pelajaran hidup yang berguna dan membangun orang-orang di sekitar saya.
Sehingga, resolusi tahunan saya harusnya cukup seputar bagaimana mengembangkan bakat menulis saya, agar bisa terus dan semakin memberkati banyak orang – bisa berguna dan membangun orang-orang di sekitar saya, bahkan orang banyak yang membaca tulisan saya. Sekian #CatatanAkhirTahun dari Shangrila Djehadut. Anw, Selamat tahun baru! :)
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”