#CatatanAkhirTahun – Pulih Dengan Berterimakasih, dan Menjalani Penyesalan, Lalu Sembuh Untuk Siap Di Tahun Yang Baru

Menjalani penyesalan itu tidak mudah, tapi dengan memaafkan dan menerima, percaya saja prosesnya akan lebih mudah

Dua hari lagi 2021 pergi, aku, kamu, kalian, kita semua segera bertemu dengan 2022. Dua belas bulan ternyata penuh dengan pelajaran, nggak cuma perkara pandemi yang masih nyaman hidup di berbagai negara, tapi juga beberapa manusia yang ternyata masih berusaha mencerna rasa penyesalan, menyadari penyesalan, memaafkan diri, sampai akhirnya bisa berdamai bahkan bersahabat dengan penyesalan, termasuk aku. Aku pun percaya, bisa sampai menjalani dua belas bulan di tahun ini dengan baik tidak lepas dari campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa atas diriku.

Advertisement

Penyesalan atas keputusan yang pernah aku ambil sendiri tanpa meminta saran keluarga beberapa tahun lalu, nyatanya baru bisa semakin mendewasakan aku di tahun 2021. Artinya memerlukan waktu beberapa tahun juga untuk bisa benar-benar menerima konsekuensinya dan nggak ada cara lain selain dijalani dan terus berdoa supaya terus dimampukan untuk menjalani penyesalan itu dengan baik dan bijaksana.

Beberapa hari terakhir menjelang pergantian tahun, aku baru menyadari kalau beberapa tahun sebelumnya aku masih larut dalam penyesalan yang nggak dewasa. Menjalani dengan kemarahan, kesedihan, menyalahkan orang lain, bahkan nggak jarang berandai-andai kalau saja dulu aku tidak memutuskan sesuatu dengan gegabah.

Keputusan yang berawal dari ketidaksengajaanku saat itu adalah sesuatu yang tidak dipungkiri merupakan sesuatu yang diinginkan oleh banyak orang. Saat dijalani di tahun pertama, ternyata aku tidak cukup menikmati prosesnya. Ya memang rumput tetangga terlihat lebih hijau itu benar adanya, hahaha…

Advertisement

Setiap kali aku mencoba merilis penyesalanku yang belum dalam dengan cara bercerita dengan orang-orang yang kuanggap bisa kupercaya, kebanyakan dari mereka kompak mengingatkan bahwa aku hanya kurang bersyukur sehingga aku terus diingatkan soal pentingnya bersyukur. Layaknya toxic positivity, aku seolah dibatasi dalam upayaku melepaskan penyesalanku. Walaupun aku juga tahu kalau saran mereka tidak salah. Bersyukur adalah hal baik yang sudah semestinya dilakukan oleh semua manusia kan? jadi aku pun nggak bisa terus menerus marah setiap kali mereka mengingatkan itu. 

Sebagian dari mereka hanya melihat bahwa aku berkecukupan, berpenghasilan, bebas karena belum berkeluarga, dan hal menyenangkan lain yang mungkin memenuhi pikiran mereka sampai kadang ku berfikir kalian ini melihat aku sebahagia ini ya? pernah terfikir nggak kalau aku juga sebegininya berusaha berjuang?. Akupun  tidak menyalahkan kalau memang itu yang terlihat di mata mereka. Hanya itu. 

Advertisement

Segala kekesalan, kemarahanku atas respon-respon yang muncul dari orang-orang yang bisa dikatakan sebagai salah satu yang terdekat itu terjadi kupikir sebagai salah satu konsekuensi yang harus kuterima sejak aku memutuskan sesuatu di masa lampau dulu. Ya, ternyata aku malah menyimpan sakit itu, bukan berusaha untuk mengobatinya.

Sekarang di tahun 2021 ini aku kembali sadar. Bukan cuma menyadari bahwa aku menyesal, tapi aku juga menyadari kalau penyesalan ini membuka banyak hikmah. Aku bukan dan belum menjadi orang baik, tapi aku menyadari dari penyesalan ini banyak pelajaran yang aku terima. Aku menjadi pribadi yang lebih sering berdoa dari sebelumnya. Karena aku tersadar bahwa yang aku jalani sekarang bukan cuma dari kesalahanku dalam memutuskan sesuatu, tapi juga merupakan kehendak Tuhan, jadi memang sudah seharusnya kalau aku berdoa pada Tuhan supaya dikuatkan, bahkan berterimakasih pada Nya sudah menghadirkan penyesalan ini dihidupku

Aku perlahan bisa memaafkan diri sendiri dulu sebelum menyalahkan orang lain yang justru semakin terlihat childish jika dilakukan diusiaku sekarang. Menerima bahwa kalimat nikmatin aja prosesnya itu nggak selamanya benar, karena kalau kamu nggak ada pilihan untuk menikmati satu proses yang sedang kamu hadapi saat ini, kamu hanya perlu menjalani tanpa harus dinikmati, hahahah. Terakhir, percayalah kalau Tuhan akan bantu kamu dengan berbagai cara yang mungkin nggak terpikir olehmu mampu menjalani semua tantangan hidup. 

Ketika kamu sudah mendekati kata berhasil dalam memaafkan, berhasil dalam menerima, percaya bahwa nggak akan ada proses yang sia-sia, artinya kamu, bahkan aku, sudah hampir pulih. Aku tahu dan merasakan pasti tidak mudah. Namanya juga baru pulih, belum sembuh kan? Tapi bukankah pulih itu kondisi menuju sembuh? jadi aku mau berterimakasih dengan rasa menyesal yang sudah menemaniku beberapa tahun terakhir, sudah mengizinkan aku mengenal yang namanya penyesalan dan berjalan berdampingan dengannya. 2022, aku siap untuk sembuh

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

namaku indira acintya hapsari, bisa dipanggil indira/sari punya hobi nulis, nulisnya sesuai mood aja, happy-happy ajalah yuk!

Editor