Tuhan, bagaimana jika nanti sebelum aku memaafkan dan melupakan kesalahan temanku, saudaraku, atau teman-temanku, aku harus kembali pada-Mu terlebih dulu?
Bagaimana jika orang lain masih membenciku, sedangkan aku belum tahu kesalahanku apa? Sehingga jika memang salah, aku belum meminta maaf padanya?
Bagaimana jika aku belum bisa jujur sepenuhnya pada orangtuaku, akan apa yang selama ini kututupi demi membuat mereka bahagia dan tidak kecewa padaku?
Bagaimana jika aku belum bisa membahagiakan mereka?
Bagaimana jika aku belum sepenuhnya bisa hidup mandiri, jika mereka harus kembali pada-Mu lebih dulu?
Bagaimana jika usaha perjuangan meraih mimpiku masih harus berlanjut, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa saat ini, aku masih belum beranjak dari kondisi saat ini?
Bagaimana jika nanti aku kembali sebelum aku bisa mengatakan perasaanku padanya?
Bagaimana jika sebenarnya dia atau siapapun itu yang mungkin kusukai sebelumnya, juga menyimpan perasaannya padaku selama ini?
Bagaimana jika selama ini aku tidak menyadari kesalahanku sendiri sehinggga membuat orang lain merasa tersakiti, mungkin karena perkataanku atau perbuatanku?
Bagaimana jika aku belum benar-benar bisa melupakan masa lalu yang membuatku merasa takut untuk membuka hati lagi? Sedangkan di tahun depan usiaku bertambah satu tahun lagi?
Bagaimana jika sampai usia itu aku masih sendiri? Jawaban apa lagi yang harus kuberikan pada mereka untuk menghentikan pertanyaan 'kapan nikah' yang tidak ada habisnya?
Bagaimana jika sebenarnya justru diriku sendiri yang menyia-nyiakan kesempatan itu? Kesempatan jika ada seseorang yang sudah memberikan perhatian dan waktunya untukku, tapi aku masih belum bisa membuka diri untuknya?
Bagaimana jika sampai sekarang aku masih belum bisa memperbaiki kehidupanku, sedangkan kehidupan selalu dekat dengan kematian?
Apakah aku salah menanyakan ini semua?
Apakah aku terlalu berlebihan mengkhawatirkan akan hal ini?
Karena aku tahu ketika kamu membaca atau melihat tulisan ini dalam pandanganmu, aku hanya terlalu overthinking saja, sedangkan kehidupan masih berlanjut. Tidak ada yang akan tahu kapan akan menutup mata dan berhenti bernafas untuk selamanya.
Teruntuk hari demi hari, bulan yang terus berganti dan dipenghujung tahun ini yang akan segera berakhir, kenapa masih saja menyalahkan diri sendiri? Bukankah lebih baik mengambil kertas serta pena dan menuliskan segala hal yang mengganjal selama ini?
Bukankah setiap orang pernah melakukan kesalahan juga? Kenapa masih saja menganggap diri sendiri tidak layak untuk berteman dengan mereka?
Kenapa rasanya semakin tahun masih belum bisa mengubah kebiasaan burukku?
Ketika merasa marah dan tak terima dengan keadaan, kenapa hanya bisa diam, menutup diri bahkan tak ingin berbicara dengan siapapun?
Akankah aku benar-benar bisa menyelesaikan apa yang terjadi di tahun ini, dan membawa diriku ke tahun depan tanpa memikirkan hal-hal di luar kendaliku?
Apakah aku bisa terus meyakinkan diriku sendiri ketika tubuhku sendiri belum bisa menanggalkan apa yang memang harus diikhlaskan?
Semoga.
Satu kata penuh harap yang hanya bisa kudoakan dan perlu selalu kuyakini.
Karena tidak ada yang tahu semua pertanyaan ini ada dipundakku sampai saat ini. Tidak ada yang benar-benar bisa memahami selain diri sendiri. Bahkan mungkin tidak ada yang peduli dengan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi jikalaupun ada, entah, aku hanya tidak ingin orang lain terbebani dengan apa yang ingin segera kuselesaikan ini, terlebih orangtuaku.
Teruntuk 2021 terimakasih sudah memberikanku kesempatan mereflesikan hal ini. Dan untuk tahun 2022 yang sebentar lagi, meskipun banyaknya rencana yang ingin terwujud, semoga diri ini selalu kuat menerima kenyataan yang tidak bisa ditebak di depan nanti.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”