Depok, Desember 2021.
Aku menatap jendela persegi sembari memikirkan apa yang sebaiknya kutuangkan dalam tulisan ini. Memikirkannya lamat-lamat, menimbang-nimbang kalimat, dan kusajikan tanpa melibatkan emosi menggebu-gebu.
2021 memang bukan tahun terbaik. Aku sadar itu. Banyak sekali pengalaman yang mungkin selama ini tidak pernah kubayangkan untuk kualami sendiri. Terinfeksi Covid-19, dilintasi saudara kandung menikah, gagal mewujudkan mimpi untuk mendapatkan teman hidup, bahkan ‘diusir’ orangtua di penghujung tahun.
Di tahun yang singkat, padat dan berat ini, aku merasa bak orang tidak berguna. Sungguh saja. Hanya segelintir pengharapan yang terwujud dan beberapa perjalanan tak terduga. Kecewa? Bisa dibilang demikian. Tapi aku coba merefleksikan diri, apa-apa saja yang telah aku lakukan di sepanjang tahun ini.
Mungkin, semua ikhtiar yang kujalani sepanjang 2021 belum maksimal. Masih ragu-ragu ketika melangkah, masih terselip rasa bimbang ketika ingin mencoba, terbiasa mengubur emosi dan memendamnya sendiri tatkala ada masalah yang kuyakini tak satupun orang yang mau memahami, dan, terperangkap perasaan takut patah hati yang selanjutnya mematahkan perasaan sendiri.
Aku tidak menyalahkan Tuhan, sebab, boleh jadi apa yang telah kulalui ini merupakan bagian dari skenario-Nya. Ia ingin membimbingku untuk tetap berada di trek yang telah Ia rencanakan. Tapi, aku juga tidak munafik, aku menginginkan ada satu orang yang bertahan di sisiku, untuk sekadar menggenggam tangan dan mengatakan tidak apa-apa atas setiap kegagalan demi kegagalan yang kualami. Seseorang yang selalu ada untuk menguatkan, saat aku jatuh bahkan terpuruk sekalipun. Namun, ternyata, yang paling mengerti hanyalah diriku sendiri.
Aku sering bernegosiasi pada diri. Tak masalah jika kita gagal di tahun ini. Setiap orang pernah mengalami kegagalan. Tapi ingat, mereka yang berhasil itu justru menjadikan kegagalan sebagai mentor terbaik dan ciamik. Setelahnya mereka berangsur bangkit. Kamu? Kamupun bisa melakukannya. Aku? Akupun juga sama.
2021 memang bukan tahunku. Aku akui itu. Barangkali, bukan tahun terbaik bagi kalian juga. Tapi, percayalah. Kita tidak akan pernah melihat pelangi setelah hujan, apabila kita tidak berusaha mencarinya. Maka, biarkan yang lalu menjadi sejarah. Kita masih memiliki hari esok dan seterusnya untuk menggurat cerita baru lagi dan lagi. Maka, biarkan yang lalu berlalu. Fokus kita ada di masa depan. Pastikan kita mampu menyongsong kebahagiaan itu tanpa terkecuali. Selalu genggam satu kunci, yakni keyakinan. Yakin bila esok dan seterusnya akan jauh lebih baik.
Bagaimanapun, kita harus tetap semangat dan akhiri tahun ini, yang tersisa dalam hitungan hari, sebaik mungkin.
Dan, 2022 sudah aku booked akan menjadi tahunku. Tahun di mana akan kutemukan kebahagiaanku secara utuh, tahun di mana akan terwujud semua mimpi, dan tahun di mana aku sanggup melapangkan hati untuk setiap hal yang datang dan pergi silih berganti.
Pun, semoga mimpi-mimpimu segala cita-citamu seluruh harapan-harapanmu juga terwujud secara kontan di tahun 2022. Percaya, maka tidak ada yang tidak mungkin.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”