Melahirkan anak adalah keinginan setiap perempuan, termasuk aku. Hingga akhirnya di tahun 2021, aku bisa menyandang predikat tersebut setelah menunggu dua tahun dari pasca pernikahan. Sungguh peristiwa luar biasa menurutku, peristiwa antara hidup dan mati. Layaknya orang berperang, penuh perjuangan.Â
Aku yang terbiasa menyiapkan segala sesuatu sebelum melakukan pertempuran hidup jenis apapun, merasa yakin akan melahirkan secara spontan. Sejak dinyatakan hamil bulan Oktober 2020 dan hari perkiraan lahir (HPL) bulan Juni 2021, aku menyugesti diriku bahwa melahirkan itu mudah. Namun ternyata berubah menjadi sulit lantaran takdir. Kemudian mudah kembali lantaran keyakinan.
Bagaimana bisa? Dua hari sebelum HPL, aku sudah merasakan kala 1 fase laten. Bidan tempat persalinan memintaku segera rapid test. Ya, sejak pandemi corona menyelimuti Indonesia, prosedur paling penting untuk rawat inap atau persalinan adalah rapid test sampai swab PCR.
Hasil rapid test menunjukkan reaktif, Berlanjut ke swab PCR, seketika kaget karena hasilnya positif Covid-19. Seluruh emosi berjampur jadi satu, dan aku menangis sejadinya. Sebab aku merasa sehat tanpa gejala sakit sedikit pun. Bahkan sempat berpikir hasil tersebut palsu. Aku benar-benar frustasi saat itu. Ditambah dengan pernyataan harus dirujuk ke rumah sakit untuk operasi caesar.Â
Rasanya dunia runtuh seketika. Harapanku melahirkan dengan normal telah terkikis. Tangisku enggan berhenti, padahal sudah setengah jam. Kemudian suamiku menenangkan, memberikan banyak nasihat bahwa apa yang ada di dunia telah digariskan Tuhan. Kita sebagai manusia tinggal melaksanakan sebaik mungkin dan semaksimalnya, selebihnya biarlah tangan Tuhan yang membantu.
Kemudian aku menenangkan diri. Perlahan menghapus air mataku dan mencoba bangkit. Selang beberapa waktu aku yakinkan diri memasuki ambulance untuk dibawa ke rumah sakit. Aku mulai menyugestikan diriku bahwa aku adalah peremupuan yang kuat, perempuan yang akan menjadi Ibu dan menjelma menjadi malaikat anakku. Jika aku lemah, itu sangat berpengaruh bagi kesehatan kehamilanku dan psikis janinku.Â
Hingga akhirnya pukul 00.17 WIB di hari Minggu, 13 Juni 2021 aku selesai melaksanakan operasi caesar. Namun aku tidak bisa melihat anakku sampai usai isolasi 14 hari. Anakku harus segera diamankan agar tidak tertular. Ingin menangis lagi saat itu, ditambah keputusan rumah sakit yang tidak membolehkan IMD. Karena memang saat itu kabar yang beredar di media masih membingungkan, antara mengizinkan atau tidak. Tetapi aku mencoba tetap tegar dan berpasrah. Aku yakinkan diri, bahwa aku mampu adalah sebab Tuhan memberi ujian ini.
Aku hanya bisa melihat anakku dari foto-foto yang dikirim oleh perawat bayi. Syukurlah anakku sehat dan sempurna tubuhnya, pun wajahnya juga cantik. Barulah setelah 14 hari aku dibolehkan menyudahi isolasi dan bertemu anakku. Kupeluk dan kucium keningnya, kuucapkan rasa terimakasih pada Tuhan yang telah memilihku menjadi Ibunya.
Rasanya seperti mimpi mampu melewatinya. Ini serupa peperangan, harus bertekad menang untuk mendapatkan anak yang tetap hidup dan membuka mata memandang dunia. Peristiwa ini adalah peristiwa terbaik dalam tahun 2021. Sampai-sampai aku mengabadikannya ke berbagai tulisan. Mulai dari puisi, memoar, cerita inspiratif, dan cerpen. Semuanya demi mengenang perjalananku melahirkan anak ke dunia. Anak yang dinantikan ibu bapaknya dan seluruh keluarga besar. Anak yang kini tumbuh menjadi putri lucu dengan bulu mata panjang dan lentik. Idola siapa saja yang bisa memandangnya.
Aku telah belajar banyak dari proses melahirkan. Belajar untuk iikhlas apapun jalannya yang paling utama. Karena jika tidak ikhlas, mungkin aku gagal melewati ini. Terimakasih diriku yang sanggup berada di titik ini, banyak pelajaran yang dapat diambil. Tetap kuat dan menatap tahun 2022 dengan baik. Barangkali akan lebih menegangkan kisahnya.
Satu hal yang perlu kita yakini, kelahiran seorang anak telah memiliki jalannya masing-masing. Baik spontan atau operasi caesar, sama-sama sebuah peperangan yang berharga bagi setiap perempuan. Menang adalah harapan terbesar, sehingga butuh kekuatan dan keberanian untuk melewati. Jangan ragu dan teruslah percaya, bahwa ketika kita dibawa pada peristiwa melahirkan, adalah perjalanan paling baik bagi setiap perempuan. Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”