Sebagai anak tunggal, ujian di akhir Desember 2020 menjadi pemantik kisah baru untuk 1 tahun di 2021. Sebuah ujian berat yang melanda banyak umat manusia turut serta menimpa papa dan aku.
Dalam hidup, baru pertama aku menyaksikan papa menyeringai sakit lebih dari 2 malam. Sebelumnya, walau dalam kondisi stroke, jika terkena demam paling lama mungkin hanya satu atau dua hari sudah sembuh. Setelah bulak-balik rumah sakit untuk mencari pengobatan, bahkan sampai pulang dini hari dan diswab esok harinya di suatu rumah sakit, papa telah dinyatakan terinfeksi Covid-19.
Panik, itu yang terasa padaku. Tapi aku mencoba tetap tenang disamping tau bahwa aku tidak sendiri yang mengalami hal ini. Ribuan atau bahkan jutaan orang sedang pusing akibat virus kecil yang menyakitkan tersebut.
Imbas dari status papa yang positif covid-19, aku dan mama telah diswab untuk tau apa terkena virus itu juga. Hasilnya aku positif dan mama negatif.
Dengan status positif, kami bertiga wajib isolasi mandiri (isoman) sesuai peraturan yang ada. Wajah sedih terlihat jelas pada mama. Ia yang takut akan dikucilkan dan bingung harus bagaimana, namun pada kenyataannya tetangga kami punya empati yang tinggi. Dalam masa isoman aku dan mama diberikan bantuan moril dan makanan hampir di tiap harinya.
Mengikuti hari sambil merawat papa, dengan menimbang banyak hal seperti kondisinya sudah parah dan kami sekeluarga tidak mampu merawatnya, akhirnya diputuskan papa akan dibawa pihak puskesmas dirujuk ke rumah sakit di Jakarta Barat menaiki ambulans. Itu pertama kali bagiku menaiki ambulans yang begitu tegang dan sedikit menyenangkan.
Dalam masa isoman berdua dengan mama, bukan hanya tetangga namun beberapa rekan organisasi dan sanak saudara juga ikut memberikan dukungan baik moril, obat-obatan dan makanan. Hal ini menjadi penyemangatku dan mama sambil menunggu nasib papa di balik bilik kamar inap.
Awal Januari 2021. Singkat cerita papa pulang dengan keadaan yang sangat lemah. Ia yang semula bisa berjalan kini duduk saja engap-engapan. Kerjaannya hanya berbaring. dan minum serta makan pun disuapi olehku atau mama. Ini adalah pembelajaran yang baru bagiku. Merawat papa sendiri dengan latar belakang sebagai anak tunggal.
Semasa isoman sambil merawat papa, muncul seorang wanita yang mengaku sebagai pembina wilayah (binwil) selama kami dalam pemantauan puskesmas. Wanita inilah yang menyatakan komitmen menjalani kisah denganku menuju pelaminan. Bermula dari cairnya suasana ketika chatting dengan bahasan Covid sampai ke kegiatan sehari-hari. Perasaan yang timbul karena rutin tiap malamnya bercerita lewat telpon dan saling memahami serta menyukai.
Bukan itu saja, ia dengan senang hati berdiskusi dan membantu untuk membahas obat dan keperluan papa yang membuat kami sekeluarga terbantu dan makin jatuh cintalah aku. Benih cinta makin tumbuh seiring berjalan waktu diantara kami yang menyatakan komitmen pada tanggal 26 Januari 2021.
Kehadirannya menjadi penyemangat bagiku sampai akhir tahun 2021. Mulai dari fokus penyelesaian skripsi, melewati hari dengan merawat papa yang gak bisa jalan mandiri, sambil melewati hari dengan saling mengenal lebih dalam dan bercerita kisah hidup dan tujuan hidup masing-masing. Paling sering, ia menjadi tempat saling bercerita dari aneh dan menyenangkannya dunia beserta penghuninya.
Semoga Tuhan, Allah Ta’ala dapat memudahkan langkah kami menuju halal yang Ia ridhoi bagi kami berdua pada tahun 2022 ini.
Kemudian, aku dan dia dapat lebih semangat dengan apa yang kami kerjakan dan cita-citakan, disamping kesehatan dan kebaikan bagi kami dan kedua keluarga kami.
Aamiin Allahuma Aamiin.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”