#CatatanAkhirTahun – Ketika Badai yang Sengaja Dibuat Datang, dan Rasa Bimbang Menghampiri

Pada Akhirnya Kita Harus Memilih Untuk Memperbaiki atau Mencari yang Baru

Desember adalah akhir tahun yang selalu membuat catatan hitam dalam hidupku. Desember selalu menjadi bagian terburuk yang selalu menjadi penutup akhir tahunku.

Advertisement

Untuk 2021 ini, masalah datang dari hubungan asmaraku. Hubungan yang semula berjalan baik-baik saja, seketika mengalami guncangan yang menyebabkan beberapa rencana yang sudah tersusun rapih harus berakhir berantakan layaknya gelas yang pecah karena guncangan tersebut.

Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saja guncangan tersebut hadir di tengah-tengah hubungan yang sedang berada di fase paling serius dalam menjalaninya. Ya, sedang merencanakan sebuah pernikahan.

Kalau menurut banyak orang, ini adalah ujian bagi dua insan untuk bisa bersatu dalam bahtera rumah tangga. Namun, kenyataannya, ujian ini seperti ujian yang sengaja dibuat hanya untuk mengukur seberapa yakin kita untuk membangun sebuah keluarga di masa depan.

Advertisement

Aku diterpa kebimbangan yang cukup membuat kepalaku pusing. Aku berperang dengan diriku sendiri, mencoba melihat kembali seberapa yakinkah aku dengan pilihanku sekarang. Namun, tidak ada jawaban yang kutemukan dalam diriku. Kepalaku semakin pusing.

Waktu terlalu cepat berlalu untuk aku yang selalu berharap ‘hari ini jangan dulu cepat berakhir, aku belum menemukan yang aku cari’.

Advertisement

Kebimbangan terus memeluk hangat tubuhku, padahal aku ini pusing bukan kedinginan. Yang kubutuhkan sebuah petunjuk, bukan pelukan.

Sampai aku berada di titik, ingin kusudahi saja semua ini. Dan aku mulai melangkah meninggalkan sebuah ruang gelap ini, dan pergi ke ruang yang lebih terang.

Ya, aku benar-benar meninggalkan semuanya. Hubunganku, semua rencana-rencana yang sudah disusun, dan sebagian harapanku serta orang-orang yang turut dalam rencana tersebut. Entahlah, aku hanya ingin bernafas sejenak, merasakan kembali ketenangan bathin yang sempat menghilang.

Setelah aku pergi, meninggalkan semuanya, ternyata yang kudapat hanya penyesalan. Dan hidupku semakin tak tahu arah. Aku benar-benar kehilangan semuanya. Semua yang kukira hanya membuatku pusing, ternyata adalah yang paling berharga di hidupku, dan aku melepaskan semua itu. Bodoh.

Kukira pusingku akan hilang, ternyata malah berganti menjadi sakit kepala. Ingin sekali kubenturkan kepalaku di tembok agar cepat sadar. Tapi, untuk sadar aku hanya butuh seseorang untuk menyadarkan.

Hubunganku sudah selesai, seseorang yang sudah menemaniku sejak 2018 pun sudah kupaksa untuk pergi. Aku benar-benar sendiri, mencari sesuatu yang hilang dari diriku, dan mencoba meracik obat sendiri untuk sakit kepalaku.

Berhari-hari, berminggu-minggu, aku mencoba menyadarkan diriku atas semua kekacauan yang sudah diperbuat. Mencoba untuk bertanya kembali pada diriku, ‘apa yang sedang kucari?’. Belum juga terjawab.

Di saat badai sedang menerjang, seseorang justru datang menghampiri seolah-olah ialah sang penakluk badai. Seseorang itu adalah dia yang kupaksa untuk pergi dari hidupku yang sedang berantakan. Namun, ia bertekat untuk terus menemaniku hingga badai ini berakhir.

Ternyata memang dialah yang kubutuhkan untuk menghentikan badai ini. Meski sudah berulang kali aku mematahkan harapan dan menyakiti perasaannya, ia justru tetap bertahan mencoba memperbaiki yang rusak dari diriku, dan memberikanku penerangan saat di ruang yang gelap.

Kini aku menyadari, kebimbangan yang selama ini aku rasakan hanya karena aku mencoba untuk keluar dari hubungan yang kuanggap sebagai rumah yang telah usang.

Setelah kepergianku, justru aku tak mendapatkan lagi rumah yang senyaman rumahku dulu. Rumah yang selalu menjadi tempatku pulang, tempatku bersandar di kala lelah, rumah yang selalu mempunyai cerita di setiap harinya. Rumah ini menjadi usang karena aku lupa untuk membereskannya setiap hari, aku lupa untuk merawatnya dengan baik.

Ternyata lebih baik merenovasi rumah yang lama agar bisa kembali nyaman saat ditempati, daripada harus mencari rumah yang baru, dan beradaptasi kembali dengan serangga-serangga yang menempati di setiap sudutnya. Aku terlalu lelah untuk memulai semuanya dari awal.

Kini aku sudah mendapatkan yang selama ini dicari, dan aku sudah dapat melihat petunjuk di depan mataku.

Pada akhirnya, rumah yang kuanggap sudah usang itu sebagai pengingatku untuk terus memperbaiki dan merawat yang sudah ada.  

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka menulis dan menangis