Tahun 2021 sudah penuh sesak oleh berbagai macam kisah kehilangan. Dari kerabat yang meninggal karena Covid varian Delta, hingga patah hati di penghujung tahun. Kehilangan memang bukan hal yang mudah. Terlebih kehilangan atas diri sendiri. Ada banyak faktor yang membuat kita bisa kehilangan diri sendiri. Dari semua faktor itu rasa cinta yang tidak sehatlah menjadi penyebab utamanya.
Patah hati tak terencana cukup mampu memporak-porandakan perasaan dan logika. Bersyukurnya jiwa ini masih waras dan tetap berusaha menjalani hidup dengan baik-baik saja. Melepas orang yang pernah menjadi bagian penting dari hari-hari kita tidaklah mudah. Ada rasa sedih dan juga kecewa yang mendera tiap kali mengingat kenapa harus berahkir. Seperti yang orang selalu bilang, permulaan memang sulit. Lalu pada ahkirnya kita sendiri harus menjalani proses. Dan proses inilah yang membuatku menemukan diriku kembali. Kehilangannya membuatku semakin menyayangi diriku sendiri. Siapa lagi yang akan menyayangi diri kita sendiri jika bukan kita?
Aku rasa 2021 ini murni tentang bagaimana aku menemukan diriku. Membuat batasan untuk orang lain. Berani berkata tidak tanpa perlu merasa bersalah. Belajar untuk menerima kekurangan sendiri serta selalu mengingatkan diri sendiri bahwa aku nggak harus bertanggung jawab atas kebahagian orang lain. Sadar atau nggak sadar, terkadang beberapa orang terlalu egois. Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri, padahal kita berusaha keras meluangkan waktu dan energi untuknya.
Aku belajar bahwa aku nggak harus punya banyak teman. Hanya perlu satu atau dua teman yang suportif, yang akan paham bagaimana cara mendukung satu sama lain dalam lingkaran pertemanan. Kita juga nggak harus menjelaskan alasan kepada orang lain kenapa kita ingin atau tidak ingin. Tidak semua orang bisa menyerap energi positif kita, yang ada malah jadi bumerang. Niatnya ingin dimotivasi, eh malah jadi insecure.
Aku paham, hanya karena aku bersikap baik, belum tentu orang lain akan bersikap sama baiknya juga. Itu sebabnya, penting mengatur ekspektasi kita, mengontrol emosi kita dan juga pikiran kita sendiri. Â Iya dan pada ahkirnya aku menyadari bahwa seharusnya yang menjadi prioritasku adalah diriku sendiri. Aku bertanggung jawab atas mimpi-mimpiku, hidupku, dan juga kebahagianku sendiri. Akan terlalu sulit untuk memvalidasi perasaan sendiri saat orang lainlah yang selalu menjadi prioritas.
It's okay, nggak apa-apa. Dari semua luka, kesedihan dan kehilangan kita dapat belajar bahwa orang lain hanyalah figuran dalam hidup ini. Sisanya kita sendirilah, itu sebabnya penting menjadikan diri sendiri sebagai prioritas, sebab bahagia dan hidup kita adalah tanggung jawab kita.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”