Saat ini dunia sedang berperang melawan COVID-19 yang memporak porandakan segala lini kehidupan. Setiap negara berlomba-lomba untuk mengatasi penyebaran termasuk Indonesia. Salah satu cara untuk menghadapi pandemi COVID-19 adalah dengan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pencegahan dan penanganan COVID-19 dari tingkat individu maupun komunitas.
Puskesmas sebagai Primary Health Care (PHC) merupakan layanan kesehatan pertama yang bertanggung jawab dalam membantu penanganan dan pengendalian pandemi COVID-19 di Indonesia. Dari Istana Merdeka Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo menekankan pentingnya peran Puskesmas dalam pencegahan dan penanganan COVID-19 (18 Mei 2020).
Berdasarkan Permenkes No. 43 tahun 2019 bahwa Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan UKM dan UKP tingkat pertama harus mengutamakan pada upaya promotif dan preventif penanggulangan Covid-19, melakukan penyuluhan edukasi, konseling, advokasi dan pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada pembudayaan PHBS-Aman Covid-19 di keluarga dan tatanan potensial.
Upaya promosi kesehatan menjadi program utama puskesmas dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat, namun dalam realisasinya medapatkan banyak tantangan dan halangan. Hoax, misimformasi dan stigma terhadap orang yang terjangkit menjadi sebuah PR besar bagi petugas promkes dan puskesmas pada umumnya. Berdasarkan hasil survei dari Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), bahwa 54% puskesmas di Indonesia yang hanya mempunyai 1 orang tenaga promkes, dan 4% puskesmas sudah mempunyai tenaga promkes diatas 5 orang.
Menghadapi hal tersebut sudah pasti puskesmas harus memiliki strategi yang tepat dalam meyebar luaskan informasi dan edukasi terkait pencegahan dan penanganan COVID-19. Hasl survei juga menunjukan di era pandemi program utama tenaga promkes dibagi menjadi 3 yaitu: melakukan sosialisasi dan edukasi terkait pencegahan dan penanganan COVID-19 salah satunya dengan metode 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak), membuat materi tentang pencegahan COVID-19 untuk dipasang di puskesmas dan di wilayah kerja, membentuk satuan tugas (SATGAS) penanganan COVID-19 di tingkat Kecamatan, Desa/Kelurahan, RT/RW.
“Berbagai hal sudah kami optimalkan dalam pemberian promosi kesehatan di puskesmas, selain itu kami selalu melakukan kebijakan yang ada termasuk pembentukan SATGAS COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas” Ujar Ratna, seorang dokter dan sekaligus Kepala Puskesmas Kasihan 1 Bantul Yogakarta saat pelaksanaan fieldtrip pelayanan puskesmas di masa pandemi pada tanggal 24 Februari 2021. Tegasnya lagi “untuk mengantisipasi kecolongan pengunjung positif covid, pihak kami melakukan screening ketat dan memisahkan orang dengan keluhan batuk langsung kami arahkan ke poli batuk untuk ditangani”.
Pada kenyataanya puskesmas masih kualahan dalam memberikan promosi kesehatan dan pelaksanaan program-program yang direncanakan pemerintah. Hal tersebut dibenarkan oleh Ratna “Dalam pelaksanaanya banyak dari program promosi kesehatan kami yang tidak bisa berjalan dengan baik di dalam maupun luar puskesmas mengingat tenaga promosi kesehatan kami yang kurang dan masih banyak program yang harus di prioritaskan”. Sungguh ini bukan perkara mudah bukan? Pada masa pandemi semua program promosi kesehatan difokuskan untuk pencegahan dan penanganan COVID-19, bukan berarti Puskesmas dapat mengkesampingkan kegiatan promosi kesehatan yang lain.
Semestinya program promosi kesehatan Puskesmas harus dapat berjalan sesuai rencana seperti: promosi kesehatan terkait penyakit wabah (Demam Berdarah, Malaria, Diare, ISPA, dsb), promosi terkait kesehatan lingkungan (PHBS), permberdayaan ibu dan anak, Germas, dsb. Program tersebut akan mejadi prioritas berhubungan kita sedang menghadapi musim hujan dan banjir, dimana lingkungan sedang mendukung untuk terjadinya penyakit-penyakit yang sudah mejadi perseden di negara kita. Jika program promosi kesehatan tidak berjalan dengan bagus, sudah dapat dipastikan puskesmas akan menghadapi persoalan dan beban lebih dari penyebaran COVID-19.
Di era industri 4.0 ini pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi harus sangat dioptimalkan dalam segala aspek. Berdasarkan pelaksanaan promosi sebelumnya di tingkat perguruan tinggi banyak mahasiswa yang memanfaatkan media sosial sebagai media untuk melakukan promosi kesehatan. Melalui platform media sosial: Facebook, Youtube, Instagram dan Whatsapp group. Mereka sukses menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui fitur live streaming dan live broadcast. Melihat keberhasilan tersebut sebaiknya puskesmas mampu mengikuti langkah inovatif dari mahasiswa dalam melakukan promosi kesehatan. Selain hemat biaya, media sosial merupakan sarana efektif dalam menyebarkan informasi, sebab di zaman sekarang sosial media sudah termasuk kebutuhan bagi masyarakat.
Ini sungguh merupakan beban berat Puskesmas ditengah carut marutnya situasi pandemi Puskesmas sebagai primary health care (PHC). Puskesmas sebagai lembaga layanan kesehatan paling pertama di masyarakat harus bisa mengeluarkan usaha yang lebih keras lagi demi tercapainya semua indikator yang menjadi program Puskesmas.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”