Tentang definsi cantik, bohong jika kamu sedang dalam keadaan baik-baik saja.
Aku, kamu, dan mungkin barangkali tak sedikit dari mereka diluar sana yang sudah terlanjur terjebak dalam standar sosial. Bahwa cantik ialah kulit putih, tubuh kecil ramping nan tinggi, pipi chubby, rambut lurus dan ciri-ciri penampilan lainnya yang indah dipandang mata. Sementara kamu tidak, kamu merasa jauh dari kriteria.
Kini kamu termenung, berdiri menatap pantulan cermin yang tepat ada dihadapan. Batinmu berkata begini, kulitku tidak putih dan badanku tidak proporsional. Lalu kemudian kau nyalakan ponselmu yang ternyata masih membuka salah satu akun media sosialmu, sebuah postingan baru muncul di beranda teratas. Jemarimu tergerak mengetuk layar untuk melihat dengan jelas postingan tersebut. Hanya butuh sekilas saja untukmu bisa mengambil gambaran perbandingan antara parasmu dengan foto seorang perempuan yang tampak serasi make up dan baju yang dikenakannya.
Satu kalimat lolos dari mulutmu, dia cantik. Hingga menghantarkanmu pada kesimpulan bahwa kamu tak sebanding dengannya, bahwa kamu tak sebanding dengan mereka semua.
Matamu perlahan mulai meredup. Kenyataan bahwa kamu tidak cantik, berhasil membuat nyalimu menciut seketika. Kamu merasa seakan terjatuh hingga rasanya tak berani untuk sekadar berdiri saja. Bagimu lagi, kamu menganggap bahwa kamu tidak pantas untuk berdiri dengan senyum kebanggaan atas parasmu dan hal lain yang kamu punya.
Tiba-tiba, kamu teringat oleh ucapan seseorang.
Berhenti membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain. Semua sudah diatur oleh Tuhan. Sudah seharusnya kamu bersyukur dan tak perlu mengkhawatirkan.
Diam-diam kamu tersenyum miris, sebegitu mudahnya orang bebicara seperti itu. Barangkali benar bahwa seseorang tidak akan pernah bisa mengerti keadaan orang lain kecuali jika ia ikut berada dalam kondisi orang tersebut. Begitu gampangnya hingga membuatmu penasaran, seringan apa lidahnya saat mengatakan kalimat tersebut.
Namun sebenarnya kamu sendiri juga paham bahwa segalanya bukan tentang paras ayu nan jelita. Lewat beberapa buku self improvement yang akhir-akhir ini gemar kau baca demi mewaraskan diri, kamu mulai terbuka dengan berbagai hal yang baru kau sadari tentang sepenting apa penerimaan atas diri sendiri.
Tapi tetap saja. Meski tahu akan hal itu, namun rasanya tetap saja sulit bagimu. Perihal paras, kamu mengerti bahwa itu bukanlah penentu. Ada begitu banyak hal yang bisa memberi makna bagi setiap individu seseorang. Namun disisi lain, kamu pun tak bisa memungkiri kenyataan bahwa kecantikan selalu mempunyai tempat tersendiri.
Kini ditengah kegalauanmu tentang definisi cantik, tentang kamu yang tak masuk kriteria good looking, tentang kamu yang masih terjebak dalam perbandingan hidup dengan orang, tentang kamu yang mulai sedikit demi sedikit mengerti kondisi diri dan berusaha untuk memeluk serta menerima diri apa adanya.
Kamu masih merasa itu tugas sulit, dan akupun memahami posisimu. Tapi rasanya ada setitik kelegaan saat kamu mulai terbuka terhadap perasaanmu. Iya, benar sekali. Saat kamu membaca tulisan ini, didetik ini juga kamu sudah mulai menerima segala emosi yang selama ini kau tahan dan yang membuatmu seringkali tertekan sendirian.
Kamu masih terbelenggu dengan definisi cantik, tapi kabar baiknya adalah bahwa kamu mulai mengerti bahwa menerima kondisi diri adalah keberhasilan seseorang dalam menemukan kebahagiaan hidup.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”