Kenal Lebih Dekat dengan Burnout Syndorme, Gangguan Mental Akibat Kelelahan Bekerja

Kerja keras boleh saja, tapi tetap perhatikan kesehatan mentalmu, ya!

Bekerja keras menjadi keniscayaan untuk mewujudkan semua harapan. Dalam dunia kerja, tren menerima kerja lembur menjadi sesuatu yang menguntungkan sekaligus merugikan. Seseorang diuntungkan karena mendapat penghasilan tambahan dari lembur, namun pada waktu bersamaan juga merasakan tekanan hingga kelelahan ekstrem akibat terlalu memfokuskan semua energinya untuk menyelesaikan pekerjaan, tak jarang waktu untuk diri sendiri tersita dengan terpakasa karena tuntutan profesional dalam bekerja.

Advertisement

Pola bekerja seperti itu yang tak berkesudahan bukan hanya akan membuat lelah secara fisik, tapi juga berdampak pada kesehatan mental seseorang. Dilanda Kecemasan, hilangnya hasrat dalam melakukan pekerjaan, hingga stress kronis akibat pekerjaan. Kondisi ini disebut Burnout.

Tahun ini World Health Organisation (WHO) memasukkan burnout sebagai salah satu jenis gangguan mental yang terdaftar dalam International Classification of Diseases.


Menurut WHO, burnout adalah gangguan psikologis yang disebabkan situasi lingkungan kerja yang tidak kondusif sehingga mengakibatkan rasa lelah berkepanjangan, perasaan sinis, pola pikir negatif, serta ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan optimal.


Advertisement

Berada di bawah tekanan terus-menerus untuk mencapai tujuan, dengan sedikit peluang untuk mengambil istirahat dari pekerjaan, dapat menambah tingkat stres seseorang. Hal Ini dapat menimbulkan kewalahan dan lebih mungkin mencapai tahap kelelahan. Stress akibat terlalu lelah bekerja jika tidak dikelola dan diselesaikan secara dini akan menjadi faktor penunjang terjadinya Burnout.

Praktisi pemrograman neurolinguistik bisnis dan pelatih kesehatan mental Tania Diggory mengatakan "Burnout dapat didefinisikan sebagai hilangnya makna dalam pekerjaan seseorang, ditambah dengan kelelahan mental, emosional, atau fisik sebagai akibat dari stres jangka panjang yang belum terselesaikan".

Advertisement

Generasi milenial disebut-sebut sebagai generasi Burnout. Penyebabnya beragam, mulai dari ekspektasi tinggi yang tak terpenuhi, bayang-bayang hidup enak & kaya raya, hingga berbagai tuntutan dari orang tua/orang terdahulu yang membanding-bandingkan kualitas hidupnya. Disadari atau tidak, tekanan dari orang tua dan lingkungan mendorong seseorang seolah harus terus menerus melakukan hal yang kualitasnya setara dinilai dari gaya hidup orang terdahulunya, tanpa beresonasi pada fakta bahwa saat ini berbagai aspek dalam kehidupan seperti reaitasnya, teknologi, finansial,sosial & politik sudah berubah pesat.

Yang terjadi kemudian adalah para milenial bekerja sangat keras untuk menempati posisi yang dinilai menguntungkan dalam bidang paling disukainya, mengejar gaji tinggi dan mengerjakan segalanya dalam bekerja hingga tanpa disadari mereka sampai di titik paling melelahkan.

Burnout sangat memengaruhi kesejahteraan hidup dan kualitas seseorang.


Hal ini dapat membuat kesehatan fisik dan mental menjadi buruk, perasaan terisolasi dari orang lain dan hilangnya kesenangan pada aktivitas yang dulunya menyenangkan.


Dampak sosial sangat mungkin terjadi karena perubahan perilaku dari seseorang yang sedang dalam fase burnout, kualitas komunikasi dengan rekan terganggu,efektifitas bekerja pun terpengaruhi.

Jika kamu merasakan hal yang serupa dengan gejala Burnout, ambilah waktu untuk diri sendiri, beri keleluasaan pada diri untuk tidak terpaku pada pekerjaan, lakukan tanggung jawab sesuai dengan porsinya, jangan mengintimidasi diri dengan epidemi berbasis keharusan, ada saatnya kamu menyadari keterbatasanmu.

Tubuhmu butuh istirahat dan mentalmu butuh untuk dinyamankan. Pikirkan kembali apa yang membuatmu sampai sejauh ini. Meninggalkan situasi ini atau memodifikasinya dengan menyadari dan memperbaiki. mulailah bicara pada orang terdekatmu sebagai langkah awal pemulihan, atau lebih baik lagi jika kamu berkonsultasi pada psikiater tentang apa yang kamu rasakan, karena kamu tidak perlu melawan kelelahan sendirian.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." ― Pramoedya Ananta Toer

Editor

Not that millennial in digital era.