Di dunia kesehatan, ada banyak sekali jenis penyakit yang berkaitan dengan gangguan pola makan, salah satunya penyakit Bulimia atau dikenal juga sebagai Bulimia Nervosa. Gangguan makan satu ini ditandai dengan mengkonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan dan cenderung memuntahkan makanannya kembali, olahraga dan puasa berlebihan untuk menghindari kenaikan berat badan.
Apa beda antara Bulimia Nervosa dan Anoreksia? Meskipun keduanya penyakit gangguan pola makan, namun perbedaan mencolok dapat dilihat dari berat badan penderita. Penderita Bulimia Nervosa cenderung terlihat baik-baik saja tampak luarnya alias tidak mengalami penurunan berat badan secara drastis, sedangkan penderita anoreksia mengalami pengurangan massa berat tubuh yang sangat banyak.
Bulimia tidak hanya tergolong penyakit gangguan makan saja, tetapi juga gangguan mental yang mana dapat membahayakan nyawa penderitanya. Kasus penyakit satu ini bisa menyerang siapa saja tanpa batasan usia, tetapi lebih cenderung dialami wanita remaja dan dewasa yang merasa cemas akan bentuk tubuh ideal.
Selain itu, seseorang yang mengalami Bulimia dapat dilihat dari sejumlah gejala psikologis di antaranya adanya ketakutan akan gemuk, beranggapan negatif terhadap berat badan dan bentuk tubuh yang dianggap tidak sesuai standar ideal, tidak memiliki rasa percaya diri dan cemas atas penilaian orang terhadap fisik, memilih menghindar dari acara makan-makan bersama.
Gejala lainnya dapat dideteksi apabila seseorang melakukan diet ketat atau hanya makan makanan tertentu saja dalam porsi kecil. Kondisi seperti ini akan terus berlanjut hingga orang tersebut hilang kendali dan mengonsumsi makanan secara berlebihan meskipun tubuhnya tidak merasa lapar. Kebiasaan tersebut akan selalu terulang karena stress, depresi, maupun tekanan masalah emosional. Pada akhirnya, penderita akan merasa bersalah, menyesal, dan membenci diri sendiri atas apa yang telah dilakukan, lantas memuntahkan kembali apa yang telah dikonsumsinya dengan cara tidak alami seperti memasukkan jari agar muntah atau meminum obat pencahar.
Penyakit Bulimia tidak serta-merta diidap oleh seseorang. Ada sederet rangkaian faktor yang mendorongnya menjadi penderita Bulimia. Faktor keturunan misalnya. Apabila salah satu anggota keluarga memiliki riwayat penyakit Bulimia, ada kecenderungan anak atau cucunya kelak mengikuti jejak menderita Bulimia.
Faktor emosional dan psikologis terjadi karena orang tersebut mengalami gangguan psikologis dan emosional sangat tinggi serta tidak stabil seperti depresi, rasa cemas, dan gangguan stress pascatrauma. Pekerjaan juga bisa menjadi faktor pendorong seseorang menjadi penderita Bulimia yang menuntutnya memiliki postur tubuh ideal karena berprofesi sebagai model, atlet maupun artis idol.
Terakhir, dan paling banyak ditemui adalah faktor lingkungan. Pengaruh dari kritik orang-orang sekitar mengenai bentuk tubuh dan berat badan ideal membuat seseorang bertekad mengurangi massa tubuhnya secara ekstrem yang justru membuatnya menderita Bulimia sama seperti yang dialami Putri Diana semasa hidupnya.
Oleh karena itu, jika teman atau orang terdekatmu menunjukkan gejala-gejala Bulimia maka segera memeriksakannya ke psikiater sebab banyak di antara penderita tidak menyadari dirinya sedang mengalami gejala Bulimia. Selanjutnya, konsultasikan pada ahli gizi agar mendapatkan informasi yang tepat untuk memperoleh tubuh ideal dengan mengetahui pola makan sehat yang baik untuk dilakukan setiap hari.
Cintai tubuhmu, bukan menyakitinya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”