Bukannya Mau Menolakmu, tapi Jujur Saya Sudah Lelah dengan Kebersamaan Kita yang Dulu

saya lelah dengan kebersamaan kita

Kepada seseorang yang masih menjadi alasan kambuhnya Gastritisku, tanpa mengurangi sikap santunku izinkan aku mengatakan terima kasih dalam tulisan ini. Terima kasih untuk kejujuran sekaligus ketulusanmu, aku harap kamu paham bagaimana caraku menghargai sikapmu malam itu.

Advertisement


Kenyamanan di dapatkan ketika kita telah melewati banyak suasana, maka dari banyak itulah kita dapat menentukan satu rasa yang diinginkan oleh hati kita.


Jawabanku atas keinginanmu adalah penegasan dari keadaanku saat ini, keadaan seorang perempuan yang pernah kau lukai, namun kau sendiri yang memohon untuk menjadi penyembuhnya. Bagaimana mungkin ku biarkan pisau dapur yang menggores tanganku bertindak sebagai pisau bedah? Setidaknya pisau dapur itu perlu proses panjang untuk menjadi pisau bedah demi menyelamatkan pasiennya.

Pernahkah kau tau, bagaimana jungkir baliknya aku mengembalikan keadaanku pasca luka yang kuterima darimu? Atau pernahkah lisanmu memohonkan pada Tuhan agar aku segera bangkit dari keterpurukan? Aku ingin sedikit saja kau menghargai satu tetes air mataku yang mungkin kau anggap biasa saja. Aku peremnpuan, air mataku menjadi penanda suasana yang kurasa.

Advertisement

Setelah hampir satu bulan keadaanku pulih, kau kembali hadir untuk membuka perban yang kugunakan untuk membalut luka. Kau usik lagi titik rasa sakit ku, mungkin sudah tidak ku rasakan lagi sakitnya, tapi kau kembali mengingatkan bekas lukanya.


Jika alasan mendasarmu untuk kembali adalah tuntutan usia, lantas apa bedanya aku dengan kebutuhan yang saat ini kau butuhkan, kemudian kau lupakan ketika sudah tak lagi di butuhkan.


Advertisement

Sejak kepergianmu, perlahan aku mulai menambah ilmuku. Aku mulai memperbaiki diri yang Insha'allah ku persiapkan untuk kebutuhan akhirat. Entah apa alasannya, sejak itu Allah sering mengingatkanku tentang kematian, tentang kehidupan yang lebih abadi di dalam surga-Nya. 

Jika alasan itu adalah niatmu untuk kembali padaku, maka ku sarankan untuk mentaubatkanya dan rubahlah niat itu segara. Sebab yang aku pernah tau, jangan melandaskan sebuah pernikahan karena perkara dunia karena dunia akan musnah. 

Sejenak saja, beri aku waktu lagi untuk mempersiapkan segalanya. Jangan mudah mengutarakan rasa jika kau belum mampu bertanggung jawab atas perasaan itu. Sejenak saja, beri hatiku waktu untuk beristirahat dari penatnya rasa yang mungkin saat ini hanya menjadi hawa nafsu. Sebab kini aku mulai paham, segala keputusan yang kita ambil pasti ada kemungkinan baik dan buruknya. Kemungkinan baik sangat mudah untuk di terima, tapi kemungkinan terburuk belum tentu mudah untuk melapangkan hati penerimanya.


Aku menyambut siapapun yang datang, dan mempersilahkan siapapun yang ingin pamit.


Jika Tuhan berkehendak mendatangkan kembali yang pamit, maka aku pun akan menyambutnya lagi. Tapi mungkin, kembalinya tidak semudah yang semula. Karena aku tak ingin kesalahan yang sama kembali terjadi, aku tak ingin maafku sia-sia untuk mengampuni kesalahan yang terulang lagi. Aku bukan Tuhan yang tetap memaafkan hamba-Nya, meski Tuhan Maha tau jika esok hamba-Nya yang bertaubat kembali mengulangi dosanya. Aku hanya manusia biasa yang tak sempurna, aku punya rasa sakit dan kecewa. 

Jangan mencariku yang dahulu, dan jangan mencariku di masa lalu. Karena mungkin aku sudah berjalan lebih dulu darimu, maka yang harus kau lakukan adalah berjalan lebih cepat agar kau segera sampai padaku

Inilah keadaanku sekarang, inilah kenyamanan yang kucari. Kenyaman untuk lebih dekat dengan pelukan Tuhan. Aku sedang memperbaiki diri, memantaskan diri untuk orang Tuhan takdirkan pantas untukku, dan mempersiapkan diri jika takdirku adalah ajal dan kematian bukan laki-laki yang pernah menjadi harapan. Bukan aku menolakmu, tapi aku ingin kau juga melakukan hal yang sama denganku. Menghamba dan mengabdi pada Sang Pencipta.

Jika usia sudah tak lagi membuatmu bebas dan bersenang-senang, itu pertanda bahwa kau sudah harus mempersiapkan segalanya. Bergegaslah pergi dari tempat dimana Tuhan tidak mengutus malaikat untuk memberikan rahmad. Satu keputusan yang kau ambil akan menentukan perjalananmu selanjutnya, jika kau rasa aku adalah pantas untukmu, maka jangan memintaku melaluiku, tapi mintalah aku kepada pemilikku. Aku sudah tak ingin lagi menaruh harapan padamu ataupun pada manusia lain, aku hanya ingin berharap kepada Tuhan yang takdirnya tak pernah mengecewakan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku hanya seorang pendosa yang mendamba Surga, yang berusaha memperbaiki diri tanpa merasa paling baik dari orang lain. Menulis adalah caraku berteriak tanpa mengeluarkan suara, mengungkapkan keluh kesah tanpa berisik di telinga. Goresan ini adalah sampah kehidupan yang menumpuk dalam hati, maka ku daur ulang sampah itu agar menjadi karya yang lebih berharga dan kenangan yang lebih berarti. Ku tulis dengan hati agar tersampaikan kepada hati (pula).

Editor

une femme libre