Bukan Pertanyaan Apakah Bisa Aku Bersamanya, tapi Mengapa Aku Memulai Ini Semua

Halo, ini pertama kalinya aku menuliskan tulisan di sebuah situs selain blogku.

Advertisement

Cukup menantang, tapi ada ketakutan tersendiri.

Dasar… manusia yang pada dasarnya selalu memendam ketakutan.

Untuk hal yang bahkan belum dijalani.

Advertisement

Malam ini aku sedang merenung, ditemani dengan lagu The Scientist dari Coldplay, dan segelas kopi susu hangat.

Minimnya komunikasi dengan kekasihku membuatku ingin mengetikkan jariku kembali di atas keyboard.

Advertisement

Bukan, bukan dijadikan sarana untuk melarikan diri.

Namun beristirahat sedikit dari segala rutinitas, pekerjaan, aktivitas, kejenuhan di hari-hariku.

Di tengah macetnya jalan Sabang di Jakarta Pusat, semua rasa itu kemudian membuatku terdiam.

Sepintas berpikir mengenai; 

Apakah aku sanggup bersamanya? 

Apakah aku sanggup menemani suka dukanya?

Apakah aku yakin dengan keputusan ini?

Apakah aku yakin melangkah bersamanya?

Apakah kita bisa melewati ini?

Beberapa pertanyaan yang diakhiri dengan 'bersamanya'.

Dan tanda tanya.

Kening berkerut.

Mengalihkan pandangan keluar daun pintu.

Tersirat tanda tanya.

Tersirat keraguan.

Akupun yakin kalian akan mengalami hal yang sama pada satu waktu yang berbeda.

Pertanyaan yang membuat kalian ragu.

Untuk apapun itu.

Apakah aku bisa?

Apakah aku yakin dengan keputusan yang (akan) aku pilih?

Apakah aku sanggup menjalaninya?

Manusia di persimpangan jalan memang mudah untuk terpikat.

Terpikat dengan keraguan yang menyerang diri sendiri.

Tapi untuk sepersekian detik aku berpikir…..

Sebenarnya bukan pertanyaan 'Apakah aku bisa….?", entah itu untuk bersamanya, untuk meyakinkan diri sendiri akan keputusan yang dipillih, untuk tetap melangkah atau berbalik.

Namun perlu untuk duduk tegap,

memejamkan mata,

mengingat kembali.

Akan pertanyan…..

Mengapa aku memulai ini?

Jika sudah terjawab….

Apa yang membuatmu ragu?

(banyak… katanya).

Lalu untuk apa memiliki tujuan jika banyak keraguan?

Jika kamu sudah memantapkan melihat ke depan, membangun jembatan untuk maju, untuk apa menarik rangkaian kayu yang sudah tersusun dan terikat rapi?

Apakah kamu tidak membawa cukup kayu?

Kemana kamu akan mencari kayu dan ikatan itu lagi?

Apakah kamu masih mau mencari kayu dan tali itu?

Atau menyerah walaupun kamu sudah memantapkan untuk mencapai hilir?

Mungkin yang kamu perlukan adalah waktu.

Meletakkan ikatan kayu itu sejenak…

Kemudian kembali duduk, menutup mata, dan mengingat tujuanmu mengikat kayu itu satu demi satu.

Untuk mencapai hilir bukan? :)

Tolong, letakkan jawaban-jawaban itu di depan keningmu.

Tidak cukup dekat.

5cm cukup.

Seperti kata Donny Dhirgantoro dalam novel dan film 5 cm…..


"Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu."


Terkadang jawaban dari suatu pertanyaan bukan pernyataan.

Namun dengan pertanyaan itu sendiri.

Mari bersama-sama meyakinkan diri untuk mengikat kayu tersebut mencapai lautan.

Aku percaya… kamu bisa.

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I'm dreamer.