Walaupun Mengalami Broken Home, Bukan Berarti Harus Mengalami Broken Dream

Broken Home bukanlah akhir dari segalanya tapi bisa menjadi awal dari sebuah langkah baru demi kehidupan yang lebih baik.


“Terlahir di dunia adalah sebuah keajaiban. Sebab, kita tidak pernah tahu dan tidak mampu menebak, apalagi meminta, perihal siapa yang menjadi orangtua kita".


Advertisement

Semuanya telah menjadi bagian dari rencana-Nya, termasuk mereka yang kamu anggap sebagai satu keluarga, namun lambat laun terpecah-belah, berantakan, lalu hancur, dan meninggalkan luka-luka yang menyesakkan. Siapapun itu, termasuk kamu, pasti ingin keluarga yang utuh selamanya. Sebab, masing-masing dari kita mengetahui bahwa keluarga adalah tempat dimana pertama kali kita bisa belajar banyak hal. Lalu apa yang terjadi jika rumah itu tidak ramah bagi penghuninya? Bagaimana bisa melanjutkan kehidupan dengan pondasi keluarga yang telah hancur? Siapa yang akan menemani kita melalui hari-hari selanjutnya?”

Broken Home

Sebuah situasi di mana seseorang mengalami rasa tidak nyaman lagi dikeluarganya. Broken home kerap kali dikaitkan dengan mereka yang orangtuanya bercerai. Padahal broken home tidak sesederhana itu. ada banyak faktor yang bisa menjadikan seseorang disebut sebagai penyintas broken home

Advertisement

Perceraian memang menjadi salah satu faktor terbesar saat ini. Mereka yang orangtuanya bercerai, mendapatkan label sebagai anak broken home. Lebih jauh lagi, ada beberapa orang yang mengalami broken home tetapi keluarganya masih utuh. Ada ayah, ibu, dan saudara-saudara dalam satu atap yang sama. Namun, mereka semua kehilangan perannya. Atau kondisi lain, yang disebabkan oleh salah satu atau kedua orangtuanya meninggal dunia juga menjadi satu dari sekian hal yang bisa mendasari seseorang dilabeli sebagai anak broken home.

Kehilangan peran orangtua dalam kehidupannya, kerap kali membuat anak kehilangan arah dan tujuan hidup. Menjalani hidup dengan sembrono dan pada akhirnya berdampak pada kehidupannya sehari-hari bahkan hidupnya kedepan. Kegagalan-kegagalan yang dialami, membuat dirinya merasa tidak berharga, hingga terus-menerus menyalahkan keadaan. Mengklaim bahwa apa yang dialami hari ini adalah hasil dari keluarga yang tidak utuh. 

Advertisement

Pada akhirnya, ia akan tumbuh menjadi seorang yang sulit untuk memaafkan keadaan, kenyataan, bahkan dirinya sendiri, hingga menganggap ia tidak pantas untuk bermimpi bahkan untuk sekedar bahagia sekalipun.

Sebagai anak, kadang kita merasa bahwa hidup terlalu sulit dan rumit. Di kepala kita dipenuhi banyak sekali pertanyaan. " Mengapa harus menikah jika pada akhirnya memilih untuk berpisah?", " Mereka sangat egois, hanya mementingkan perasaan mereka masing-masing!", “Mereka sangat jahat, memilih berpisah tanpa memikirkan bagaimana nasib anak-anaknya!" 

Hei, tahukah kamu? Bahwa ayah dan ibumu, sudah melalui proses yang sangat panjang sebelum mengambil keputusan untuk berpisah. Duka yang kamu alami sudah jauh lebih dulu ayah dan ibumu rasakan. Mereka juga sama sepertimu, memiliki luka yang sama dan sangat pahit perihal keluarga. Mereka sudah berjuang semampu mereka, untuk mempertahankan keutuhan keluarga. Namun, mereka juga manusia biasa yang hanya bisa berencana, tapi takdir dari-Nya berkata lain. 

Coba sebentar saja kita bayangkan, saat mereka tetap memilih untuk bersama, tetapi di antara mereka tak ada lagi cinta. Maka, bukan lagi kehangatan di rumah yang kau dapatkan, melainkan hal rumit  dan keributan yang bisa saja terjadi dan menjadi santapan sehari-harimu. 

Memang benar, di masa pertumbuhanmu, kamu sangat membutuhkan sosok seorang ibu, yang bisa merawat, mengajarkan, dan mengarahkanmu. Kamu juga membutuhkan sosok seorang ayah yang selalu siap siaga melindungimu dan mengajarkanmu bagaimana menjadi anak yang kuat. Tetapi, meminta mereka untuk tetap bersama padahal tak ada lagi cinta bukanlah suatu hal yang sederhana. 

Tak apa jika hatimu masih terpuruk dalam rasa sakit dan hatimu masih ingin menangis lebih lama. Dan wajar saja kamu merasa paling tersakiti. Kamu merasa hanya kamu satu-satunya korban dari keretakan hubungan orangtuamu. Itu bukan karna kamu begitu membenci tapi itu karna kamu begitu mencintai.

Ada banyak ketakutan dalam diri terutama ketakutan akan nanti kita akan sendiri. “Siapa yang nanti akan menemani?” mungkin itu sekiranya kata hati. Merasa berdegup tapi tak hidup, bernapas tapi tak merasa bebas, bernyawa tapi merasa tak berdaya. Memang benar, kehilangan memang tak pernah menyenangkan. Hari-hari terisi dengan mengutuk diri sendiri dan menyesali yang telah pergi berharap semua akan kembali.

Kehilangan rumah memang begitu memilukan. Pahami, ada hal-hal di muka bumi ini yang berada di luar kendali kita. Satu hal yang pasti adalah kita berhak bahagia serumit apapun situasinya. Rumah itu mungkin memang sudah ditinggalkan oleh para penghuninya, tapi kamu masih bisa mengisinya dengan hal-hal yang manis.

Memang butuh waktu dan jeda untuk sembuh dari luka. Dan pasti sangatlah sulit untuk bisa berdamai dengan masa lalu. Hingga pada akhirnya, kamu mulai menyadari bahwa merawat benci juga tidaklah baik untuk dirimu sendiri. Percayalah, kamu masih mempunya hati, pikiran, serta pilihan yang utuh meskipun kamu tidak berasal dari keluarga yang utuh.

Tak semua orang bisa seperti dirimu. Menikmati proses, meresapi luka, dan tetap memupuk harapan. Meski kutahu itu semua pasti tidak instan. Ada banyak air mata yang keluar, hingga kamu bisa sekuat sekarang. Jika esok tidak bisa berdiri dengan kaki, mungkin berdiri dengan tangan pun bisa menjadi sebuah pilihan yang pasti. Tetaplah bakar semangatmu, hingga suatu saat nanti, senyummu tidak lagi sebuah kepura-puraan melainkan sebuah ketulusan.

Broken home bukanlah akhir dari segalanya tapi bisa menjadi awal dari sebuah langkah baru demi kehidupan yang lebih baik. Broken home bukan berarti broken dream, keluarga kita saja yang hancur tapi tidak dengan mimpi dan masa depan kita. Karena dengan broken home kita bisa belajar untuk menjadi orang tua yang baik kedepannya.


“Terima kasih luka! Meski kamu membekas baik di ingatanku, tapi kamu adalah guru terbaikku sejauh ini.” Pengalaman paling pahit dalam hidup ini adalah kehilangan, tetapi tidak salah jika kamu bisa menjadi penyemangat bagi mereka si pemilik kehilangan yang lain.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

" Menulis untuk mengekspresikan, bukan untuk membuat terkesan."