Bukan Aku yang Memilih Pergi, Tapi Kamu yang Mematahkan Semangatku

Aku mengenalmu tanpa sengaja. Mungkin bukan perkenalan seperti pasangan pada umumnya. Hanya berawal dari sosial media yg membawa kita selalu rajin menyapa 1 hari, 2 hari, 3 hari dan hari-hari berikutnya.

Advertisement

Aku mendapat kabarmu dari pagi hingga malam harinya. Tanpa ragu, sesekali kau protes setiap kali aku telat membalas pesanmu, atau hilang tanpa kabar. Kegemaranmu bermain musik , membuat aku semakin jatuh dalam perasaanku sendiri. Berulang kali aku lawan dan memaksa diri kalau aku tidak boleh seperti ini. Ya, aku baru saja putus dengan pacarku saat aku mengenalmu. Aku tidak ingin memulai terlalu cepat. Tapi, semua ini di luar kendaliku. Sungguh!

Seringkali kubaca pesanmu yang berisi kata kata manis untukku. Beberapa kali kau mengakui perasaanmu walaupun kau tau, masih ada 'dia' di dalam hatiku. Lama kelamaan masa laluku memudar, kenangan masa lalu pun terabaikan, berganti dengan hadirnya video-video musik darimu, nyanyianmu dan puisimu.

Sayang, aku benar-benar jatuh cinta, tanpa aku tahu siapa kamu seutuhnya, siapa keluargamu, bagaimana hidupmu di sana karena kita terpisah jarak. Biarlah aku rasakan bahagia mencintai lagi setelah kegagalan kemarin teringat ucapanmu "apapun yang terjadi nanti, aku ingin tetap seperti ini sama kamu".

Advertisement

4 Bulan kita sama-sama memberanikan diri memulai suatu hubungan tanpa ikatan. "Untuk apa sebuah status? Toh kita sudah tahu perasaan satu sama lain. Aku sayang kamu, kamu sayang aku. Awalnya aku tidak masalah, aku mengerti dan aku mecoba sesuatu yang bagiku adalah hal baru dalam proses menjalin hubungan dengan seseorang.

Beberapa kali sempat kita coba untuk saling bertatap muka, tapi mungkin Tuhan punya rencana sehingga itu selalu tertunda. Aku tak menyangkal semuanya berjalan baik-baik saja hingga beberapa bulan kemudian kau diangkat menjadi pegawai tetap di kantormu magang dan aku harus berangkat keluar negeri untuk tugas kantor. Kesibukkan yang bertambah membuatku semakin kehilangan kamu. Aku mencoba mengerti. Tapi kenapa rasanya semakin jauh, bukan hanya dalam jarak tapi juga hatiku.

Advertisement

Sayang, aku tahu aku bukanlah sesuatu yang sempurna untukmu, bukan dari keluarga berada seperti keluargamu yang baru aku tahu adalah keluarga yang luar biasa dan cukup ternama. Jujur, itu menjadi beban tersendiri untukku.

Sayang, aku ingin kita bertahan, berulang kali kuucapkan keluhku. Tahukah kamu sesekali ingin aku mendengar ucapanmu yg mewakili hatimu bahwa kau memang ingin bersamaku? Dan di saat itu, aku seperti dihujam ratusan kali "aku takut kamu minder sama keluargaku" Aku tersadar, kamu memang meragukanku, dan aku tahu mungkin itulah alasanmu menolak secara halus permintaanku untuk menentukan statusku denganmu.

Maaf aku bukanlah sesuatu yang bisa kau banggakan untuk dibawa ke hadapanmu orangtuamu dan keluargamu. Terlebih setelah 4 bulan kita memutuskan untuk berpisah, ku dapati sebuah nama terpajang cantik di kontak sosial mediamu dan foto si pemilik nama tersebut. Selamat berbahagiaa :)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

hanya ingin mencoba bercerita lewat susunan kata