Bukan Aku atau Kamu dan Dia, Hanya Perkara Waktu.

Hidup memang sebuah pilihan. Tapi hati bukan tuk dipilih, bila hanya setengah dirimu hadir dan setengah lagi untuk dia. - Fiersa Besari

Advertisement

Pertama kali bertemu denganmu lelaki bertubuh tinggi jangkung berkulit sawo matang. Sejak saat aku bertemu denganmu entah kenapa rasanya semesta mulai berpihak kepada kita. Kita?
Mungkin itu hanya aku yang menyebut aku dan kamu sebagai kita.

Perjumpaan pertama denganmu berhasil membuatku terpukau memaknai sosokmu. Bagiku kamu beda dengan lelaki lain saat itu karena aku melihatmu sebagai orang yang manis. Bahkan saat kita ngobrol sedekat nadi pun tak pernah sekalipun kamu memainkan ponselmu.

Kamu hanya fokus pada pembicaraan kita yang penuh tanda tanya pada malam itu. Dan kamu tahu itulah salah satu hal yang mampu membuatku tersenyum dalam hati dan aku tahu sejak saat itu akulah yang menanamkan rasa kagum terhadapmu.

Advertisement

Setelah pertemuan pertama yang mampu membuatku terkesan maka ada lagi pertemuan kedua kita dan pertemuan pertemuan selanjutnya. Kita menjadi lebih sering melemparkan canda tawa, berbagi cerita, berbagi pengalaman tanpa rasa sungkan tanpa rasa canggung.

Perlahan tentang kita mampu membuatku merasa nyaman dan tanpa kusadari aku mulai terbiasa denganmu. Saat itu kurasa semangatku berangsur pulih karenamu.

Advertisement

Berjalan satu minggu,kurasa kamupun mulai berubah. Chat atau apapun darimu terasa hambar, tanpa arah dan tujuan. Masih teringat jelas saat kamu bilang kepadaku siang itu kalau kamu mau pulang ke kampung halamanmu. Ya, Kita memang sama – sama perantau yang mencoba memahami makna hidup tanpa mencoba bergantung kepada siapapun.

"Dirumahku gak ada sinyal buat chat jadi mungkin bbm ataupun whatsapp pasti pending", katamu.

Tahukah kamu? aku tak begitu saja percaya dengan kata-katamu. Hari gini gitu ya, masa iya gak ada sinyal, ya mungkin sinyal 4G atau 3G memang susah tapi sms atau telfon kan pasti ada. Itulah yang ada di pikiranku saat kamu bilang tak ada sinyal sama sekali.

Lalu satu menit kemudian kulihat chat di whatsappku tak lagi terlihat profilmu sama sekali. Ya aku yakin kamu memblokir segala akses chat tentangku. Bahkan bbm mu pun hanya centang satu tanpa "D" tanpa "R" setelah kamu berpamitan untuk pulang ke kampungmu. Aku mulai menghitung jam dengan penuh tanya dan kekhawatiran.

Aku khawatir dan selalu bertanya dalam hati apakah kamu sudah sampai di rumah atau belum karena chat pun masih sama "centang". Entah kenapa aku punya pikiran untuk mengirimkan pesan singkat yang bernama SMS. Dua hari tak ada jawaban darimu. Rasanya saat itu akupun terus mencari kabarmu dan tetap berfikir positif.

Masih ku ingat saat itu hari minggu, tepat pukul 06.00 WIB kamu mengirimkan chat kepadaku tanpa berkata apa apa. Bahagia? Pasti itulah yang kurasakan karena aku mengetahui kabarmu. Tapi aku mendapatkan kenyataan pahit dari sini, yang kurasakan saat itu seperti dilempari dengan 1000 batu. Hari itu rasanya seperti menyerah kepada kata kita. Ya! Aku dan kamu.

Terpukul? Itu pasti. Saat aku menaruh banyak harap kepadamu di saat itu rasanya aku dihancurkan. Dengan tegas cewek itu memberikan penjelasan panjang lebar dichat kalau aku tak lagi boleh mengganggumu. Karena kamu ada milik dia. Ya! Hanya dia bukan aku!

Sejak itulah aku mengerti kemana kamu pergi dan alasan-alasan lain kenapa sikapmu akhir akhir ini berubah.
Kamu tak pernah menjelaskan sedikitpun kepadaku kalau kamu sudah memiliki pasangan. Aku hanya terlihat bodoh di sini, sebagai seseorang yang hanya mengagumimu tanpa melihat siapa dan bagaimana latar belakangmu.

Tapi aku tak pernah sampai di situ. Aku berpikir aku tak bisa hanya mendengarkan satu penjelasan saja dari cewekmu dan ada hubungan apa kamu dan dia sebenarnya. Mungkin aku berpikir bahwa hubungan kita pun hanya akan sampai di sini setelah aku meminta maaf karena sudah mengganggu hubunganmu. Walaupun aku tak pernah tahu sebelumnya. Aku selalu menunggu, berharap ada penjelasan lain dari semua ini.

Dua minggu berlalu. Malam itu pukul 23.00 WIB, kamu kembali menghubungiku dan meminta maaf. Kamu bilang kamu enggak sengaja berbohong, kamu bilang dia cuma teman dekatmu tapi kenyataannya kamu pun takut sama dia? Yang kamu pun bilang padaku malam itu kalau orang tuamu tak pernah setuju dengan hubungan yang terjalin dengannya selama ini.

Rasanya aku terlihat bodoh dan memaafkanmu. Aku pun kembali berteman denganmu dan harapanku padamu tak pernah berubah sampai saat ini. Betapa bodohnya aku saat aku mulai mencintai pasangan orang lain, ini bukan hanya salahku tapi kamu pun sama. Selalu datang setelah kamu pergi.

Pernah berpikir untuk menyudahi segalanya tentang kita, tapi terasa berat. Kita memang tak pernah sama sekali mengikrarkan kata pacaran tapi yang selama ini kita jalani pun mampu menjelaskan segalanya bahwa perasaan kita dekat. Tak pernah ada lagi kata ingin marah kepadamu dan hampir setahun mungkin aku menjalaninya denganmu, kamu tetaplah orang yang datang dan pergi dalam hidupku.

Justru yang terburuk dari hal ini adalah aku menjadikan segalanya kebiasaan. Ya!
Kebiasaan membiarkanmu datang dan pergi sesuka hatimu. Tiga b
ulan berlalu dan kamu pun menghilang bak ditelan bumi. Kupikir tak akan pernah ada lagi perjumpaan denganmu, sapa hangat darimu maupun candaan darimu.

Tapi pikiranku salah!

Ketika di dalam hati aku belum benar melupakan sosokmu, dalam hatiku aku masih ingin bertemu kamu sekali lagi. Sepertinya Allah mendengarkan do'aku. Sampai saat ini bukannya semakin jauh tapi kita semakin dekat, semakin mampu mengerti satu sama lain. Sedih? Pasti.

Karena yang aku tahu aku bukanlah siapa siapa untukmu. Hanya aku yang menyebut aku dan kamu menjadi kita. Bimbang? Ya, itulah yang sebenarnya ada di benakmu. Bimbang memilih aku atau dia. Tenang, aku takkan pernah memintamu untuk memilih jika memang dia seorang yang bisa menjadikanmu lebih baik di dalam hidup. Mungkin benar cuma waktunya saja yang salah, karena sedikitpun aku tak pernah ingin menjadi benalu dalam hubungan orang lain.

Saling support, berbagi cerita, berbagi hal – hal kecil bersama itulah yang kita lakukan sekarang walaupun ini hanya sebatas teman. Begitu katamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Innallaha Ma'anna