"Lihat tuh, kakakmu nilai matematikanya bagus, kapan nilaimu matematika berkepala 9?"Â Â "Coba deh liat si A selalu dapat peringkat bagus."Â Â "Temanmu hebat ya, bisa kuliah di luar negeri, dapat beasiswa lagi."
    Hanyalah sebagian kecil dari ungkapan orang tua yang membandingkan anaknya dengan orang lain. Entah tetangga,teman, atau bahkan saudaranya sendiri. Tak hanya sekali dua kali hal dilakukan oleh orang tua, berkali-kali hal ini dilakukan bahkan tiap hari dilakukan oleh orang tua pada anaknya.
   Orang tua berharap dengan membandingkan anak, anaknya akan berubah, namun nyatanya hal ini hanya akan merusak psikis anak. Biasanya ada tiga golongan yang dibandingkan oleh orang tua kepada anaknya, yakni: tetangga, teman sebaya anaknya, dan anggota keluarga sendiri.
ADVERTISEMENTS
Membandingkan Anak dengan tetangga
Dengar-dengar rumah sebelah anaknya lolos jadi AKPOL loh, anakku kapan nih?
    Perkataan yang amat menyayat hati teriris oleh tajamnya pisau lidah. Upaya membandingkan anak ini bertujuan untuk membuat anak sesuai dengan obsesi orang tuanya terhadap anak. Namun jelas bahwa hal ini tidak akan memacu anak, hanyalah kerusakan psikis anak hasilnya.
   Orang tua yang suka membandingkan anak dengan tetangga akan membuat anak terkena fobia sosial. Anak tidak mau bertemu dengan tetangga sekitar, anak takut bertemu dengan orang sekitar karena takut dibandingkan dengan orang lain. Fobia sosial mengakibatkan anak tertutup akan sosial dan menjadi introvert.
ADVERTISEMENTS
Membandingkan anak dengan teman-temannya
    Sepekan lalu ada temanku bercerita bahwa dia dibandingkan oleh orang tuanya dengan teman dekatnya. Dia sangat stres bahkan dia tidak pulang berhari-hari untuk menghilangkan stres-nya. Pulang ke rumah, bukanlah rumah yang terbaikku. Ujarnya.
     Membandingkan anak dengan teman sebayanya bukanlah cara yang tepat untuk perkembangan anak. Dengan membandingkan anak dengan teman sebayanya akan membuat anak benci pada temannya. Dia akan menganggap temannya adalah musuh besar yang harus dihancurkan.
    Dari sini akan timbul rasa iri, dengki, dan persaingan. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus anak tidak akan akur dengan temannya karena anggapan bahwa temannya adalah batu yang harus dihancurkan.
ADVERTISEMENTS
Membandingkan anak dengan saudara sendiri
    Kakakmu hebat ya, bisa kuliah Di luar negeri dapat beasiswa lagi. Perkataan di pagi hari yang amat pedas, melebihi pedasnya balado yang dimasak. Ucapan pembandingan anak ini menjadi level tertinggi daripada pembanding sebelumnya, karena lawannya adalah keluarganya sendiri.
      Upaya orang tua membandingkan anaknya dengan kakak atau adiknya akan membuat anak merasa bahwa kakak atau adiknya adalah musuh besar yang harus dihancurkan. Bukan tidak mungkin akan terjadi permusuhan diantaranya mereka.
      Anak yang dibandingkan akan marah dan meminimalisasi komunikasi dengan kakak atau adiknya. Kakak atau adiknya merasa didiamkan sehingga dia ikut marah. Begitulah cerita yang terjadi jika anak dibanding-bandingkan dengan kakak atau adiknya.
    Jika hal tersebut terus dilakukan bukan tidak mungkin kedamaian dan kerukunan rumah akan hancur. Anak-anak saling bermusuhan dan keadaan rumah tidak kondusif. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berteduh dari masalah hidup malah menjadi sumber masalah hidup.
       Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, orang tua perlu mengetahui tingkat kecerdasan dan kemampuan setiap anak itu berbeda-beda. Anak yang terlahir dalam satu rahim yang sama, bisa memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda.
      Oleh karena itu orang tua harus menyadari bahwa setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda meski lahir dari satu rahim. Jika orang tua dapat memahami hal ini niscaya mereka tidak kan membandingkan anaknya lagi.
      Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa satu kalimat perkataan orang tua membandingkan anak akan membuat psikis anak terganggu. Mulai dari anak menjadi introvert, egois, iri, dengki, tidak memiliki tujuan hidup, bosan hidup, bahkan psikopat.
      "Wong kok ngene kok dibanding-bandingke, saing saingke yo mesti kalah"  lirik yang amat selaras dengan anak yang selalu dibanding oleh orangtuanya. Yang terjemahannya "Orang seperti saya kok dibandingkan dengan orang lain, sudah pasti kalah" makna yang sangat terserap dalam otak.
     Membandingkan anak dengan orang lain bukanlah cara yang tepat untuk memacu anak menjadi lebih maju. Setiap anak memiliki bakat, minat dan waktu berkembang yang berbeda-beda. Usia tertentu bukan menjadi patokan anak untuk sukses.
  Upaya membandingkan anak hanya akan merusak psikis anak. Mulai dari menjadi introvert, egois, iri, dengki, tidak memikirkan orang lain, tidak memiliki tujuan hidup, malas menjalani hidup, bahkan psikopat.Â
     Langkah atau upaya yang tepat dilakukan orang tua adalah dengan membebaskan anak mendalami dan mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing, akan tetapi tetap dalam pengawasan orang tua diiringi dengan support dari keluarga tentang hal yang dipilih anak.
   Berhenti menuntut banyak hal kepada anak karena bakat dan minat setiap anak belum tentu sesuai dengan keinginan orang tua. Jangan membandingkan anak dengan orang lain karena sesungguhnya terkadang anak menganggap bahwa Pulang ke rumah, bukanlah rumah terbaik.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”