Budaya Baru Milenial, Soal Cancel Culture yang Katanya Agak Ngawur

Membatalkan orang lain karna kesalahannya


“He’s cancelled, bye.”


Advertisement

Pernah nggak kalian lihat kalimat di atas? Atau mendengar salah satu teman kalian curhat tentang seseorang yang bikin dia keki, terus ujung-ujungnya bilang,


“Dah deh, nggak mau temenan lagi. She’s cancelled.”


Nah, biar aku kasih tau, ya. Itu namanya cancel culture.

Advertisement

Apa itu cancel culture? Gampangnya, cancel culture itu kayak “ngebuang” seseorang hanya karna orang itu berbuat suatu kesalahan. Cancel culture ini sudah menjadi tren dari tahun 2019 hingga sekarang. Cancel culture ini memang banyak terjadi pada public figure atau di dunia maya tapi enggak menutup kemungkinan orang-orang biasapun bisa kena. Aku perhatiin semakin seiring berjalannya waktu, seseorang yang melakukan kesalahan di antara teman-temannya juga bisa kena cancel culture.

Contoh cancel culture tuh banyak banget. Mulai dari misalnya seorang public figure dengan sengaja atau tidak sengaja membuat kesalahan. Kayak misalnya bercanda yang vulgar, ngomongnya kasar, dan hal-hal jelek lainnya. Netizen yang mahabenar langsung turun tangan, ngekritik segala macem nggak abis-abis, dan kesalahannya diungkit abis-abisan. Dampaknya ke objek yang kena cancel ini pun, ya gede. Buat public figure, otomatis brand-brand kehilangan kredibilitas dan ya, citra nya jadi jelek di mata publik. Ohiya, kadang kalau seseorang berpendapat mengenai sesuatu juga bisa kena cancel hanya karna pendapatnya minoritas.

Advertisement

Seperti yang tadi aku bilang, nggak cuma public figure aja yang bisa kena cancel. Kita yang orang biasa pun, bisa kena. Kayak misalnya, si A berbuat kesalahan sama si D, disindirlah si A di sosial media. Dampaknya ke yang A, apa? Ya dia bisa ngerasa tersinggung dan nggak terima. Harusnya kan, semuanya bisa diomongin baik-baik dulu, ya? Atau bisa juga nih ngeliat temen tiba-tiba nyeleneng dari biasanya, langsung deh disindir-sindir di story abis itu di cancel. Alasannya, “ya kan biar dia sadar.” Eh helo, mang gak bisa ngomong baik-baik empat mata? Jangan aprior, deh.

Dari penjelasan di atas, kita udah bisa nilai kalau budaya cancel itu lebih banyak dampak negatifnya, terutama ke orang yang kena cancel. Objek yang kena cancel bisa terserang psikisnya. Hal ini karna cancel culture lebih banyak hujatan dan tuduhan daripada kritik yang konstruktif. Selain itu, cancel culture juga tidak memberi kesempatan kepada objek yang di cancel untuk evaluasi diri dan mengakui kesalahannya. Ya gimana? Udah dihujat duluan~

Jadi ya, sebagai orang yang sudah paham apa itu cancel culture, kita juga paham kalau manusia itu wajar banget kan bikin kesalahan. Public figure atau orang-orang yang kena cancel emang bukan manusia? Mungkin juga suatu hari nanti kita bisa saja berbuat kesalahan tanpa kita sadari. Itu yang namanya manusia; kurangnya banyak, kesalahan juga pasti pernah dibuat. Ya, nggak?

Beri kesempatan setiap orang untuk meminta maaf, mengevaluasi diri mereka dan mengakui kesalahannya. Semuanya selalu bisa dibicarakan baik-baik, kok. Selain itu, yuk mulai belajar 'membenci' kesalahannya, bukan orangnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini