Pagi tadi aku sedang mencuci baju, pada hari ke 33 perantauanku di Kartasura, Sukoharjo. Disaat sedang mencuci, aku melihat beberapa genteng yang sudah tidak terpakai lagi. Genteng itu sudah berlumut, usang karena memang dibiarkan terkena panas dan hujan. Bagi si genteng, terkena panas, hujan, dan dinginnya angin malam setiap saat adalah memang tugasnya. Tapi mungkin dalam batin si genteng, ia menangis karena ia hanya terkena panas dan hujan lagi, tanpa ada tujuan yang lebih utama yaitu menaungi semua yang ada dibawahnya.
Waktu ia masih tersusun diatas atap, ia tak memikirkan dirinya kepanasan atau kehujanan, yang penting semua yang dibawahnya tidak merasakan apa yang ia rasakan. Tapi sekarang ia hanya teronggok, diantara barang-barang rongsokan lainnya berupa kayu, paku, dan yang lainnya. Hidupnya kini jauh lebih membosankan dan tidak bermakna karena ia tidak bisa berkorban untuk menaungi orang-orang. Kini ia hanya sebatas kehujanan dan kepanasan untuk dirinya sendiri.
Selama ia masih bertengger diatap dulu, para manusia dibawahnya tidak ada yang mengapresiasinya. Gak ada orang atau yang punya rumah ngelapin genteng, itu gak ada. Paling-paling yang punya rumah baru merhatiin genteng saat si genteng ada yang bocor. Beda dengan kaca. Sebenarnya fungsi kaca jendela dan genteng hampir sama. Kaca jendela juga melindungi orang di dalam rumah dari panas dan hujan, tapi karena kaca posisinya mudah digapai, jadi lebih sering diperhatikan. Kalo kotor dikit bisa langsung di lap, kalau genteng kan, untuk sekedar melihat saja harus mendongak ke atas, plus naik tangga juga kalau perlu.
Tapi, meski genteng jarang diperhatikan dan jarang di apresiasi, ia tetap senang. Dari situ aku jadi belajar sesuatu yang penting dalam hidup ini, yaitu tentang ikhlas. Kita pasti sering dengar kalau berbuat kebaikan, entah itu menolong orang lain, bersedekah dan yang lainnya kita itu harus ikhlas. Lalu bagaimana memastikan bahwa diri kita ikhlas?
Tentu saja orang disebut ikhlas kalau ia tidak memikirkan imbalan apa yang akan didapatkannya nanti. Lalu ketika berbuat kebaikan ia sangat senang, jadi seperti tidak ada beban dalam dirinya dalam hal tersebut. Jika menolong orang, ia akan senang jika orang yang ditolongnya juga senang. Tapi, aku dan mungkin beberapa yang lainnya terkadang pasti pernah merasakan perasaan ingin mendapatkan imbalan dari kebaikan yang kita buat, entah uang walaupun sedikit, atau makanan, atau mungkin diajak jalan-jalan.
Sebaiknya kalau perasaan itu muncul, sesegera mungkin kita hilangkan perasaan seperti itu. Tanamkan pada diri kita masing-masing bahwa kebaikan yang kita lakukan akan berbuah kebaikan lainnya, tapi biar Allah saja yang mengurus itu. Perkara orang nanti mengapresiasi atau tidak, itu tidak usah dipikirkan. Jadilah seperti genteng tadi, selama kita bisa bermanfaat bagi orang lain, kita sudah senang. In syaa Allah orang juga akan mengapresiasi kita, tanpa perlu kita tunggu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”