Biarkan Semesta Bekerja Untuk Kita

Bertemu denganmu, bukanlah inginku. Semesta yang menginginkannya, semesta yang mengatur semuanya.

Advertisement

Hari itu sore menuju senja, aku berjalan dengan cepat melewati banyak orang hanya untuk menemuimu. Awal perjumpaan kita terdengar sedikit klasik, hanya berjabat tangan saling bertukar nama, mengucapkan terimakasih, lalu selesai. Dan entah angin apa yang membuatmu kembali hadir setelah perjumpaan pertama kita. Ku kira semuanya akan terhenti, ku kira hanya sekali itu saja aku bertemu denganmu. Tapi ternyata tidak.

Hari demi hari berlalu, kau dan aku kembali dengan kehidupan masing-masing. Hari-hariku tanpamu berjalan seperti biasanya, kau kembali menjadi orang asing lagi bagiku. Tidak ada hasrat ingin bertemu kembali denganmu, kau layaknya orang-orang yang ku kenal di simpang jalan, ku ingat sementara lalu terhapuskan.

Dan entah bagaimana caranya, tiba-tiba saja kau dan aku kembali dipertemukan. Lucu rasanya, kita bertemu kembali di sebuah organisasi yang sangat nyaman. Kau dan aku menyebut organisasi itu rumah. Rumah yang kini selalu menjadi tempat melepas lelah dan penat ketika terlalu banyak tugas yang menghantui. Kau menemuiku, aku pun juga.

Advertisement

Lalu kita tertawa, "Dunia ternyata sempit ya?"
Katamu kala pertama kita dipertemukan kembali. Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.

Waktu berjalan begitu cepat, aku dan kamu kini semakin akrab. Intensitas pertemuan pun meningkat. Dalam rumah itu, aku semakin mengenalmu. Mulai dari caramu berbicara, caramu bergaul dengan orang lain, caramu menghadapi masalah, sampai caramu membuat orang lain merasa nyaman berada di sampingmu. Termasuk aku.

Advertisement

Aku nyaman berada di dekatmu, walau terkadang kau sangat menyebalkan karena meminta untuk ku tinggalkan. Tapi bagaimana bisa? Aku meninggalkanmu yang jelas-jelas ada di rumahku? Rumah kita, maksudku.

Bersama denganmu adalah yang selalu aku nanti. Dari situ, aku mulau kagum padamu. Aku kagum melihat kerja kerasmu, aku kagum cara bagaimana kamu memandang hidup, dan aku juga kagum dengan caramu memperlakukanku dengan baik.

Selain itu, aku juga suka caramu merancang rencana yang akan kamu lakukan di waktu yang akan datang. Semuanya tersusun rapih, membuatku ingin menjadi bagian dalam rencana-rencanamu.

Aku tak ingin berharap lebih, maka kuserahkan saja pada Sang Pembuat Skenario.

Tapi, sungguh kali ini aku tidak akan terlalu banyak meminta, tidak akan terlalu menuntut untuk bersama dan tidak akan terlalu menyimpan harap padamu. Apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya, biar Tuhan yang mengatur. Tentang kita, ku serahkan seluruhnys pada semesta. Aku percaya saat semua diserahkan pada semesta, semesta akan memberi yang terbaik untuk kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I'm in love with writing, traveling and trying.