Sebelum saya memulai aktivitas persambatan sekaligus ditaburi dengan bumbu perghibahan ini, saya ingin memberi disclaimer bahwa saya hanya ingin menumpahkan keluhan saja. Jadi kalau ada yang mengharapkan solusi dari permasalahan ini, mohon maaf Anda harus kecewa.
Saya memahami bahwa dunia kerja memang diciptakan untuk menempa kedisiplinan seseorang. Sebenarnya tidak hanya di dunia kerja aja, sih. Sejak sekolah pun kita sudah diajarkan untuk terbiasa hidup disiplin seperti datang ke sekolah tepat waktu, memakai seragam yang sesuai dengan peraturan, tidak boleh terlambat membayar SPP, mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib, tidak membiasakan berbohong ketika jajan di kantin (makan bakwan lima biji tapi ngakunya cuma satu biji), dan lain sebagainya.
Tapi di dunia kerja, itu adalah sebenar-benarnya tempat yang mewajibkan pegawainya berlaku sesuai tata tertib. Karena jika tidak demikian, maka ketebalan dompet kita akan terancam nasibnya. Dengan kata lain, jika level kedisiplinan kita terlihat mengkhawatirkan di mata atasan dan hasil pekerjaan kita mengecewakan, bukan tidak mungkin kalimat Kamu saya pecat akan mengalun indah di telinga kita.
Namun, saya sebagai manusia yang menganut paham liberalisme dan fleksibelisme dalam dunia kerja, ingin sekali mengatakan kepada atasan saya bahwa kefleksibelan itu nyatanya juga tidak kalah penting demi menciptakan keseimbangan pekerjaan. Tapi sebenarnya yang paling utama itu untuk keseimbangan jiwa saya agar tetap waras. Bagaimana saya bisa waras menghadapi orang yang tidak terima pemikiran terbuka saya?
Ini bukan masalah kedisiplinan seperti saya datang telat atau mangkir dari kewajiban, ya. Sejauh ini saya berusaha menjadi pegawai yang teladan walau pun sering kali absen di finger print satu menit sebelum jam kerja dimulai. Atau menjadi pegawai yang sering kali ketiduran di saat rapat berjam-jam yang berlangsung sangat membosankan. Ini lebih kepada pandangan beliau terhadap pekerjaan yang harus sangat sesuai banget banget banget dengan peraturan dan SOP.
Ketika me-review kerjaan saya saja, kalau ada satu poin yang tidak sesuai dengan format peraturan atau SOP, atasan saya akan mencak-mencak dan ngedumel serta ngotot harus direvisi tanpa ada satu hal pun yang berseberangan dengan SOP. Padahal menurut pemikiran saya yang sangat open minded ini, hal itu nggak ngaruh-ngaruh amat apalagi sampai menimbulkan efek yang negatif terhadap masa depan kantor. Boleh dibilang atasan saya ini kaku dan sakleknya minta ampun. Seluruh aspek pekerjaan harus sesuai dengan peraturan dan SOP. Njlimet lah pokoknya.
Perilaku atasan saya itu tentu saja sangat menyusahkan. Padahal jika menurut pandangan saya dan rekan-rekan kerja saya yang satu sekte dan aliran dengan saya, terlalu terpaku pada peraturan dan SOP justru mematikan kreativitas pegawai itu sendiri. Betul, kan? Saya maksa, nih!
Lebih mirisnya lagi dengan gaya keukeuh atasan saya itu, beliau hanya bisa mengkritik dan mengkritik tanpa pernah memberi solusi apa pun jika pekerjaan yang dilakukan oleh pegawainya itu tidak sesuai dengan harapan beliau. Setidaknya, jika memang beliau merasa hasil pekerjaan pegawainya tidak memuaskan, minimal beliau memberikan clue atau saran yang mungkin bisa menjadi pencerahan bagi kami selaku pegawainya. Tapi, mungkin atasan saya ini tipe orang yang cuma mau tahu beres aja tanpa mau melihat proses. Heuuhh….
Mohon maaf kalau klean-klean semua kecewa sebab saya nggak bisa ngasih solusi apa pun di artikel ini. Karena seperti yang saya tulis di awal kalau saya cuma pengen sambat aja. Tapi serius. Orang kayak gini bikin perut saya mules-mules. Dah lah, males.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”