Teman.
Sahabat.
Apalah arti mereka semua?
Mereka orang baik bukan?
Lalu apalah arti baik sebenarnya?
Semua orang bisa menjadi baik bukan?
Bolehkah selalu berharap untuk mendapat teman baik?
Ntahlah selama 19 tahun aku hidup, pernahkah aku mendapatkan seorang teman baik? Pernahkah mereka datang ke kehidupanku? Atau memang aku kurang menyadari keberadaan mereka?
Yangku tau dan yangku rasakan aku hanya selalu dicampakan, mereka membuat omongan-omongan yang tidak-tidak dibelakangku. Semua perbuatan jahat mereka sudah aku rasakan dan sangat membekas. Hingga aku berpikir, apakah aku berbuat salah kepada mereka, sampai-sampi mereka seperti itu? Apa yang salah dariku sehingga mereka memperlakukanku seperti itu?
Semua bermula saat SD. Semua orang begitu jahat, mereka semua bermuka dua, tidak ada satu orangpun yang bisa aku percara. Mereka suka meminjam uangku tiap hari, tapi aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena ya selagi aku bisa membantu kenapa tidak (rupanya aku bodoh jg dulu). Ntahlah karna apa dan masalah apa aku pernah dimusuhin teman angkatanku sendiri, ah satu angkatan lebih tepatnya. Aku tidak mengerti mengapa mereka seperti itu. Apakah dengan begitu mereka merasakan kepuasan tersendiri? Hingga aku bertahan sampai lulus, aku senang karena sudah lepas dari itu semua. Dan aku harap kita tidak akan pernah bertemu kembali.
Lalu berlanjut saat SMP, aku selalu beroda untuk bisa mendapatkan teman yang benar-benar baik, aku tidak ingin bertemu seperti orang-orang pada masa SDku. Aku hanya ingin bisa merasakan kehangatan seorang teman yang saling merangkul satu sama lain. Namun, tuhan belum mengabulkannya. Aku masih dihadapkan dan dipertemukan dengan orang-orang yang jauh lebih sadis dari sebelumnya. Awalnya mereka terasa seperti orang yang baik, bahkan aku sempat mengira merekan sudah menjadi sahabatku sepersusah dan senang bersama. Lambat laun mereka menusukku dari belakang, dengan semua karangan omongan yang dipersebar luaskan tanpa ada sedikitpun kebenarannya. Dan kembali lagi dengan aku merasakan kesepian dan rasa sakit ditinggal seorang diri.
Dari awal aku adalah sosok yang ekstrovert. Aku suka berkenalan dengan orang-orang baru, aku suka bermain dan berbagi pengalaman dan cerita yang dengan orang-orang di sekitarku. Aku tidak ingin melebihkan tentang diriku tapi yang aku dengar dari beberapa orang katanya karena aku sering mengikuti acara dengan membawa nama baik sekolah, jadi guru-guru banyak memberi perhatian lebih kepadaku dan itu membuat mereka tidak suka. Dan ada salah satu hal lagi yang masih aku ingat dengan jelas adalah saat itu aku suka membantu teman-temanku dengan hal-hal kecil seperti memberi tumpangan untuk berangkat dan pulang bersama, dan membantu beberapa hal lain semampuku, aku tidak pernah keberatan untuk itu. Tapi yang aku dapatkan dari semua itu adalah ih dia mah ga suka diajak susah senang bersama, dia mah ini itu bla bla bla
Apakah aku salah? Apakah aku salah menjadi sosok seperti itu bagi mereka? Aku tidak mengerti bagian mana dari diriku yang membuat mereka seperti itu kepadaku. Tidak, aku tidak berharap imbalan apapun dari mereka, hanya saja, setidaknya mereka bisa menghargaiku.Â
Di masa SMP ini aku bersyukur karna aku mempuanyai sosok yang setidaknya selalu memberiku semangat dan tidak pernah menyalahkanku dengan semua itu. Beliau adalah wali kelasku. Beliau selalu mengajakku untuk makan bersama di waktu istirahat, beliau yang menahanku disaat aku ingin pindah sekolah. Aku masih mengingat semua jasa beliau. Terima kasih, bu.
Hingga setelah semua waktu berlalu begitu keji. Dan aku mulai beranjak menuju bangku SMA. Aku menjadi begitu pendiam, aku selalu menyalahkan diriku karna aku terlalu ekstrovert di depan orang-orang. Aku ingin menjadi sosok yang tidak akan dan tidak ingin menjadi pusat perhatian lagi seperti dulu lagi. Aku ingin menjadi warga biasa yang tidak menonjol, yang tidak ingin lagi mengikuti lomba-lomba yang bisa membawa nama baik sekolah. Aku ingin hanya menjadi sosok yang begitu introvert. Aku mengurung diriku untuk menjadi seperti itu. terkadang juga aku merindukan berbaur dengan orang-orang, berkenalan dengan orang baru dan mencari relasi sebanyak mungkin di luar sana, tapi semua itu aku tahan, aku tidak ingin mengulang kembali rasa pedih itu.
Ternyata menjadi sosok yang pendiam tidak buruk seperti yang aku bayangkan. Aku kira dengan sosok ini akan membuatku tersiksa, tapi juga, aku merasah nyaman seperti ini. Kedamaian hidup, yaa kurang lebih seperti itu yang aku rasakan. tidak banyak berbicara dengan orang, tidak banyak diketahui orang-orang, intinya tidak banyak berinteraksi dengan orang-orang. Lama kelamaan menjadi nyaman juga. Apakah aku bisa seperti ini terus? Apakah akan ada masanya aku rindu dengan diriku yang bebas?
Jawabannya: YA. Aku rindu dengan sosokku yang dulu, dan aku memutuskan menjadi sosok itu disaat aku mengikuti bimbel di luar kota. Di sana aku mengikuti kelas paket asrama jadi aku menginap dengan orang-orang jauh yang tidak aku kenal. Aku memulai dengan diriku yang bahagia menyapa teman-teman baruku. Dan aku senang, rupanya disini tidak buruk juga, cukup membuatku nyaman. Kita berbagai segala hal bersama susah maupaun senang kita lalui bersama. Aku benar-benar baru merasakan hal itu. dan aku teramat sangat bahagia. Jadi seperti ini rasanya mempunyai sahabat? Bolehkah selamanya dengan mereka saja? aku tidak ingin berpisah. Aku sudah tidak ingin bertemu dengan orang lain, aku hanya ingin mereka.
Huuu jelasnya tidak bisa. Tuhan memberi jalan kita masing-masing dan cara masing-masing untuk menggapai mimpi kita. Sedih? Sudah sangat jelas. Tapi aku tidak pernah menyesal mengenal mereka. Aku akan selalu mengingat mereka hingga aku matipun. Aku akan menjadi saksi bahwa mereka orang baik. Terimakasih tuhan, setidaknya aku pernah merasakan indahnya mempunyai sahabat.
Kami disatukan oleh mimpi dan dipisahkan oleh takdir.Â
Aku berdoa di perkuliahan sekrang ini, agar selalu dikelilingi oleh orang orang baik.
Semakin kesini aku banyak memperbaiki diri, merubah berbagai pola pikir dengan sudut pandang yang berbeda-beda, mencoba lebih peka dengan keadaan, dan menfilter orang-orang yang baik diriku. Aku lebih nyaman dengan diri yang sekarang. Aku bisa menjadi orang ekstrovert hanya di lingkungan yang aku nyaman dan aman. Dan akan menjadi introvert di lingkungan baru maupun yang sedikit kurang nyaman.
Jadi apakah definisi sahabat itu sebenarnya?
Selagi berharap kenapa tidak kita sendiri yang menjadi orang baiknya?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”