Saat tengah menikmati secangkir kopiku di pagi hari, tiba-tiba aku mengenangmu. Ya, aku mengenang sosok yang pernah menorehkan luka yang teramat dalam di hatiku. Sosok yang pernah menerbangkanku ke galaksi yg penuh taburan cinta, lalu menjebloskanku dengan paksa ke dalam palung nestapa. Sosok yang pernah aku kira sangat mencinta, tapi ternyata hanya pintar bermain rasa.Â
Hei kamu, mengenangmu bukan karena aku tengah merindu. Nyatanya tak pernah aku memikirkanmu barang sedetikpun. Sampai akhirnya kau hadir dalam mimpi. Dua kali berturut-turut, berlutut memohon maaf atas perbuatanmu di masa lalu.
Bukan salahmu. Dulu memang aku pernah menyalahkanmu atas luka yang kuderita. Menyalahkan mengapa kau tidak mencintaiku. Menyalahkan mengapa kau dengan mudahnya mengabaikan diriku yang selalu setia berada di sampingmu apapun keadaanmu.Â
Ya, di masa lalu kita pernah terikat dalam suatu hubungan. Bahkan hubungan itu sangat serius, dan hampir diresmikan. Aku mengira ini cinta sejati. Aku yakin kamulah akhir pencarian cintaku. Ternyata aku salah. Ikatan yang ku kira kuat, ternyata lemah. Cintamu yang ku kira dalam, ternyata amat dangkal. Komitmen yang ku kira serius, ternyata hanya bualan.Â
Apa buktinya?
Buktinya kau dengan mudah tergoda dengan yang lain. Kau menjadi mudah marah dan selalu melihat kekuranganku. Lalu aku yang dengan susah payah telah meminta maaf masih juga kau salahkan. Bertengkar? Sudah jadi santapan sehari-hari bagi kita saat itu. Ending-nya, kau meninggalkanku, dengan alasan tidak cocok. Padahal, kau melangkah pergi demi membuka lembaran baru dengan dia.Â
Kau pernah gegabah berkata soal cinta kita kepada kedua orang tuaku. Namun mungkin kau segera menyadari bahwa hatimu tidak tertuju padaku melainkan padanya. Kau hanya mencari-cari alasan untuk membuatku jengah lalu memilih pisah. Dan lagi-lagi kau gegabah dalam menilaiku. Aku bukan orang lemah yang akan menyerah dengan mudah. Yang ada kau sendiri yang tak sabar, dan memutuskan untuk meninggalkanku tanpa alasan.
Tak apa. Cinta memang tak bisa dipaksakan. Kita memang tidak berjodoh. Dan berpisah memang jalan yang terbaik. Seandainya dulu kita paksakan, mungkin kita akan terjebak dalam hubungan tak menyenangkan yang wajib kita jalani seumur hidup.
Dan kau tidak perlu meminta maaf. Karena jika kau tidak meninggalkanku, mana mungkin dia yang mencintai kekurangan dan menerima segala kelebihanku bisa hadir. Ya, kami ibarat enzim dan substrat yang saling mendukung, saling mengisi. Imbasnya, dunia kami menjadi lebih indah. Dikaruniai buah hati yang lucu, karir cemerlang, finansial menanjak, dan yang terpenting hati tenang dan tentram. Aku harap, kau juga demikian di sana.
Terakhir, jika suatu saat kita bertemu, tak perlu bersembunyi karena malu. Kita lupakan masa lalu. Marilah bertegur sapa secara wajar. Semoga Tuhan memaafkan kesalahan-kesalahan kita yang dulu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”