#BertepukSebelahTangan; Haruskah Ku Berhenti Mengharap Cinta yang Tak Terbalas Ini?

Awalnya aku  mengira bahwa ketertarikanku ini hanya suatu kekaguman belaka.

Awalnya aku  mengira bahwa ketertarikanku ini hanya suatu kekaguman belaka. Pada seorang manusia yang tentunya tidak sempurna. Tapi ku melihat ia seperti tak ada cela. Tak ada alasan untuk tidak menyukainya, seperti memencet tombol, terjadi begitu saja.

Advertisement

Hari demi hari aku lewati dengan wajah dan hati yang selalu berseri. Mendapati dia sang tambatan hati yang duduk sendiri. Ingin ku coba dekati, namun dia sepertinya tidak akan menerima urusan hati. Lantas aku berjalan pergi, berharap suatu hari aku bisa duduk bersama dengannya nanti mengutarakan perasaan ini.

Cukup sering aku tahu, dia sedang memiliki hubungan baru dengan wanita yang tentunya bukan aku. Namun tak pernah hati ini merasa terlalu pilu, karena kebahagian dialah yang nomor satu.

Kami pun pernah menjadi dekat, namun tidak seperti perekat yang menempel dengan erat. Hanya sebatas teman sejawat yang bertemu melepas penat. Seringku perhatikan dirinya yang menurutku begitu hebat, namun hatinya tetap tak bisa ku panjat untuk menaruh rasa yang begitu kuat.

Advertisement

Waktu terus berjalan tanpa henti, namun tak kunjung membuat perasaan ini pudar dalam hati. Ada apakah dengan diriku ini? Jarak yang begitu jauh sudah harusnya mampu membatasi. Pernah aku mencoba berhenti dari perasaan tak terbalas ini, namun tetap tak bisa terealisasi.  Lalu aku mencoba untuk mengisi hati ini dengan mencari tambatan hati, agar dia terganti. Tapi tetap dia yang selalu mengisi pikiran dan isi hati.  

Sembilan tahun pun terlewati, orang datang silih berganti. Namun mengapa aku masih terus menyimpannya di relung hati?

Advertisement

Aku juga tidak tahu.

Sering ku membayangkan bersanding dengannya di pelaminan. Tapi aku tahu itu hanya bayangan. Bahkan aku pun tidak berani untuk berdoa pada Tuhan. Karena aku tahu, aku dan dia tidak sepadan. Aku sadar aku harus siap menerima semua kemungkinan. Kemungkinan ia naik pelaminan dengan gadis yang dia idamkan.

Haruskah aku bertahan, dengan semua harapan?

Ataukah aku harus berhenti? Menata hati kembali untuk orang yang sepadan denganku nanti?

Mengapa begitu setianya hati ini. Untuk seorang lelaki yang perasaanya pun aku tak tahu pasti.

Untuk kamu yang terus membayangi kehidupanku, ku doakan dengan tulus kebahagiaanmu meski aku tahu kamu tak akan pernah bersanding denganku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini