Terima Kasih untukmu yang Telah Hadir dalam Hidupku. Aku Bersyukur Bisa Mengenalmu

Bersyukur bisa mengenalmu

Aku bukanlah sosok yang mudah untuk mengungkapkan isi hatiku. Aku adalah sosok yang lebih memilih memendam masalah yang aku alami ketimbang harus menceritakan ke orang lain. Karena aku pikir, tahu atau tidaknya seseorang tentang masalahku itu engga ada pengaruhnya. Satu-satunya yang bisa mecahin masalahku ya aku sendiri. 

Advertisement

Karena terkadang dengan orang lain tahu yang ada malah memperumit keadaan saja. Atau malah ketika aku mencoba untuk mencurahkan isi hatiku ke orang-orang terdekat yang aku dapat hanyalah cacian dan makian, ujung-ujungnya aku menyesal sudah berbagi cerita dengan mereka.

***

Semenjak hal itu, aku menjadi seseorang yang sangat penutup. Tak mudah untukku membuka hati ke orang lain. Apalagi membuka hati untuk lelaki baru, membuka hati untuk mempersilakan orang lain masuk hanya untuk sekedar membolehkan dia mendengar keluh kesahku saja aku enggan. 

Advertisement

Mungkin aku masih takut. Mungkin juga aku masih trauma ditinggalkan sang kekasih disaat aku sudah mempercayai dia dengan sepenuh hati. Ya, mempercayai bahwa dia orang yang tepat aku jadikan tempat berbagi keluh kesahku. But, it’s totally wrong! 

Bukannya mendengarkan malah ngatain tukang ngeluh. Bukannya tetap ada di sisiku di saat aku terpuruk, eh malah ninggalin aku demi perempuan lain. Iya tahu, pacaran itu bukan hubungan yang bisa dikatakan sudah pasti serius (sudah pasti berjodoh dengan dia). Memang salahku yang terlalu berharap. Dan memang salahku yang mungkin malah terlalu memfokuskan diri ke orang nggak jelas seperti dia, bukan malah aku memfokuskan untuk berserah diri kepada Tuhan yang telah menciptakanku.

Advertisement

***

Lalu, bagaimana aku menjalani hari-hari ku tanpa ada seseorang yang hadir di sisiku? Well, selama ini aku selalu berdoa agar dikuatkan dalam menghadapi segala cobaan dari-Nya. Bukankah cobaan yang ada dalam hidup kita itu ujian untuk diri kita masing-masing? 

Hingga suatu hari, datanglah seseorang di kehidupanku. Aku mengenalnya dari jejaring sosial. Tapi, entah keyakinan dari mana, aku merasa dia orang yang baik dan layak aku jadikan teman. Dan yang terpenting, aku merasa nyaman dengan adanya dia. 

Jangan berpikir aku orangnya suka sembarangan mempersilakan stranger dari socmed untuk hadir di hidupku ya, tentu aku menyaringnya dengan baik (dari cara dia berfoto dan bertutur kata, bukankah hanya itu cara yang bisa digunakan untuk make sure dia orang yang baik atau tidak sebelum kita bertemu face to face?).

***

Mungkin Tuhan mengirimkan dia yang akhir-akhir ini mampu menguatkan aku disaat  keluarga tak bisa aku jadikan sandaran (terlebih tentang hal yang selama ini aku resahkan dan tidak dapat aku utarakan dengan keluargaku). Aku tidak tahu, bersamanya aku bisa dengan leluasa mengutarakan isi hatiku, dan dia selalu bisa menenangkan dan menguatkan aku.

Tentu, setiap masalah yang aku hadapi pasti aku utarakan terlebih dahulu dengan Sang Pencipta, tapi aku pun butuh bertukar pikiran dengan seseorang yang benar-benar bisa memahami apa yang aku rasakan. Yang jelas, seseorang yang tidak pernah menghakimi aku atau menyalahkan aku dengan kata-kata "Kamu itu kebanyakan ngeluh!" atau "Kamu itu kurang bersyukur!"

***

Aku bersyukur bisa mengenalnya. Setidaknya, hidupku menjadi lebih baik berkat dukungan dia. Aku tidak tahu maksud Tuhan mendatangkan dia dalam kehidupanku apa. Apakah hanya sekedar memberiku pelajaran hidup atau memang dia orang yang dikirim Tuhan untuk menemaniku hingga akhir hayatku nanti? Tidak ada yang tau. 

Yang jelas, aku selalu berdoa agar diberikan yang terbaik, apapun itu. Memang, jika dipikir-pikir, aku tidak mungkin hidup bersamanya. Itulah mengapa, aku sudah siap jika suatu saat nanti aku harus melepas sosok sebaik dia. Tapi, aku pun tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Apapun itu yang akan terjadi, aku yakin, itu adalah skenario terbaik dari Tuhan, untuk diriku maupun dirinya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seseorang yang sedang menikmati kesendiriannya

Editor

Not that millennial in digital era.