Kita tidak pernah tahu bagaimana cara kerja semesta untuk mempertemukan manusia satu dengan lainnya. Aku dan duniaku, juga kamu dan duniamu berjalan dan berproses seperti biasanya. Sampai suatu ketika semesta mengantarkan kita bertemu pada pertemuan-pertemuan yang mulanya menurut kita hanya sebuah kebetulan yang manis. Hingga saat aku menulis ini, kamis siang 22 oktober 2021 masih juga belum kupahami, bagaimana semesta menarik garis hidup kita menjadi bukan hanya sekedar bersinggungan tapi justru bertemu lalu berhenti pada sebuah titik yang kita sebut cinta.Â
Satu hal yang tak pernah kulupa, kamu itu penantianku selama ini dan itu kusadari sejak lisan pertama kita waktu itu yang tepat di depan rumah Ayah Ibuku. Tak pernah putus kupanjatkan terima kasihku pada Dia yang sudah memberikan rasa berani pada kamu untuk datang menemuiku malam itu. Malam di mana aku mengucapkan kata iya yang menjadi awal kita memulai semuanya sampai hari ini. sebagai manusia kita pun meragu, tapi bersama kita berproses, bertumbuh hingga keyakinan itu datang.Â
Keyakinan bahwa kita bukanlah sebuah kumpulan kebetulan semata. Tapi tentu semua tak semulus daun pisang muda. Kita pun marah, kecewa, bahkan saling bertemu dengan bagian paling hitam dari diri kita. Seperti kamu tahu bahwa rasa cinta tak hanya tumbuh lewat hal-hal manis seperti sayang-sayangan saja. Bareng kamu justru aku bertemu dengan sebuah kenyataan bahwa cinta juga tumbuh lewat perdebatan hingga rasa kecewa. Justru dari kecewa aku jadi sadar bahwa kamu benar benar cinta dalam hidupku. Karena kecewa tidak datang dari orang yang jauh, tapi justru datang dari yang paling dekat dan dicinta. Â
Walau tidak sempurna, tapi aku sadar makin hari kita makin seirama. Bareng kamu usahaku menjadi manusia menjadi jauh lebih ringan. Dalam rasa sakit, kita saling mengobati. Bareng kamu aku belajar kalau lengan kita sakit ya harus dipijit, bukannya dipotong. Kamu yang selalu mengingatkan bahwa kita bukan hanya diberi mulut, tapi juga telinga. Kamu yang selalu  mengingatkanku kalau ada masalah dengan siapapun, cobalah berdiri dan melihat dari sisi lawan bicara kita.Â
Bukannya menutup mata dan telingaku dari kurangmu. Tapi aku sadar bahwa dalam kurangmu itu justru semesta memberikanku kesempatan untuk menjalankan perintahNya yang sejak semula perempuan itu diciptakan untuk menjadi penolong lelakinya, dan dalam kurangku pun semesta juga memberikan kesempatan kepadamu untuk menjalankan bagianmu sebagai pelindung wanitamu. Aku percaya kamu yang dikirimNya untuk menemaniku melewati proses daur hidupku, kamu adalah salah satu cara Dia menunjukkan kasihNya untukku.Â
Terima kasih banyak karena walau lisanmu sering kali gagal membuatku paham rasamu, tapi pelukmu tak pernah gagal menyampaikan. Selalu menembus jauh sampai kedalam, menyentuh seluruh ruang hati hingga menyentuh nadiku. Yuk bareng-bareng kita hadapi berantem-berantem kita selanjutnya. Kenapa aku bilang berantem? Karena seperti yang kamu tahu dalam proses mencintai, tak melulu manis-manis aja.Â
Yuk bareng-bareng kita kalahin berantem-berantem kita berikutnya, kalahin ego kita dan berusaha untuk tetap waras walau sesakit apapun. Setidaknya aku tahu betul kalau aku punya kamu. Yuk kita tumbuh bersenyawa bersama, mendekap dan mendekat dalam jiwa. Memilih kamu aku tahu itu bukan kekeliruan. Penggalan lirik lagu kisah dari Ayu Diah dan Dito ini benar benar mewakili hati aku ke kamu. Kalo akang nggak tahu siapa Ayu Diah dan Dito, pliss googling Kang!Â
Terima kasih untuk teman-teman yang sudah membaca tulisan saya. Saya harap tulisan ini bisa sampai ke hati teman-teman dan juga mewakili perasaan teman-teman yah. Pastikan damai sejahtera dan bahagia ada pada kalian yah. Terima kasih. Salam hangat dari aku, yang boleh kamu panggil Nona.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”