#BelajarDiNegeriOrang-Berhenti Bermimpi Kuliah di Luar Negeri

Surat Terbuka Untukmu Pejuang Belajar di Negeri Orang

Failed!

Failed!

Failed!

Advertisement

Hai, pejuang kampus impian luar negeri. Familiar dengan istilah ini? Tentu. Tren lanjut kuliah di luar negeri menjadi kompetisi pemuda(i) hari ini.

Aku bisa membayangkan, bagaimana kamu sejak lama menanti satu hari menjadi manusia sibuk dengan gelar “maha-siswa”, bertemu kawan-kawan beda negara di dalam kelas sambil diskusi banyak hal, mencari referensi—literatur asing—di perpustakaan besar, dan mengejar deadline dengan jadwal padat. Semua demi mimpi yang berharap terealisasi lebih cepat.

Hari-hari, kamu lalui dengan perasaan tidak karuan; was-was berlebihan. Melingkari kalender yang digantung di dinding ruang; tidak lupa menyetel alarm pengingat, bahkan menyelipkan kata "semoga" di akhir kalimat. Semua demi mimpi, yang terasa semakin dekat.

Advertisement

Lalu, saat pengumuman tiba. Tanganmu bergetar dingin, mengetik alamat website portal pengumuman dan menggeser pelan anak panah ke arah pencarian. Ya, detak jantung melaju lebih kencang, saat layar memberi instruksi loading. Perasaan dingin berubah hangat, lama-lama panas. Tangan ikut melemas. Mulut menganga; mengeras. Air mata bercucuran deras. "Aku gagal!" Begitu kata hatimu, melihat tulisan berwarna merah di layar.

Gagal kuliah ke luar negeri.

Advertisement

Gagal merasakan atmosfer musim semi.

Gagal mengenakan batik Indonesia saat presentasi.

Gagal mereguk ilmu lebih banyak lagi; aku yakin, masih banyak lagi. Tetapi …, lagi-lagi, kamu harus menerima kenyataan ini. Pahit sekali.

Bukan hanya kamu yang pernah gagal. Jangan mengira hanya kamu yang digariskan Tuhan bertemu kerikil di tengah jalan. Lantas, kamu merasa yang lain tidak menemui bebatuan? Sepertinya, mindset-mu memang perlu ditata ulang.

Aku juga pastikan, bahwa kamu pernah—tepatnya, sering—mendengar kisah inspiratif dari orang-orang ternama di jagat maya? Ada ketegangan, semangat yang tidak pernah padam sebelum akhirnya meraih apa yang diinginkan. Bagi sebagian orang, menganggap kegagalan adalah akhir dari perjalanan. Merasa tidak lagi mendapat kesempatan, sehingga mengubur hidup-hidup impian.

Stop, menyedihkan itu!

Kata "Failed" di portalmu, bukan penentu masa depanmu. Sekali lagi, bukan penentu. Kamu gagal "kuliah" di luar negeri? Bukan berarti mimpi #BelajarDiNegeriOrang tidak pernah bisa tergapai, ‘kan? Mengikuti kegiatan konferensi, melakukan perjalanan komparasi, bahkan ikut kolaborasi internasional dengan peneliti. Alternatif terbuka luas, sama sekali. Hanya saja, kamu yang “sempit” memaknai.

Ya. Karena, sejatinya belajar bukan tentang duduk, mengangguk, lalu keluar kelas dengan perasaan mengantuk. Belajar bukan pula tentang meraih gelar yang berhasil ditumpuk-tumpuk. Sama sekali, bukan itu.

Okelah, stigma semacam ini memang harus diluruskan. Jika tren pemuda hari ini "Kuliah di luar negeri" membuatmu terpengaruh kehidupan instagramable pemuda(i) yang berhasil tinggal di luar negeri. Sepertinya tidak salah kalau, aku menuliskan ini:

Kamu memang harus berhenti, mengubur mimpi yang hanya sekadar memenuhi gengsi.

Sebelum semua terlambat menyadari. Yuk! Mari benahi diri untuk meluruskan niat kembali. Karena, tidak harus berstatus mahasiswa dulu, untuk bisa merasakan atmosfer pesawat terbang dan #BelajarDiNegeriOrang. Qatar Airways Student Club sudah memberi kesempatan, tinggal kamu mau mengambil peluang atau mengabaikan.

Sampai jumpa, di negara tujuan :’)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini