Sejak seorang manusia lahir, hal-hal yang berkaitan dengan tumbuh adalah menjadi sesuatu yang wajib. Tumbuh gigi, tumbuh rambut. Tak lepas juga perihal menjadi kuat. Bukan soal fisik namun juga hati. Kita sama-sama tumbuh bersama sejalan dengan hal-hal yang sebelumnya terlihat sangat kecil. Rasa iri, dengki, egois, semakin hari akan semakin tersiram dengan baik. Entah oleh terpeliharanya hati yang kotor atau memang hal itu adalah sesuatu yang bersifat lahiriyah sebagai seorang manusia.
Saat memasuki usia remaja, kita akan mulai merasa ingin ini dan itu, seperti melihat orang lain mulai memakai gadget, mulai menggunakan make up yang tebal, segala hal menuju kedewasaan tampaknya akan sangat menarik perhatian. Namun, pada lain hal kita juga sadar bahwa segala sesuatu yang kita inginkan tidak akan selalu kita dapatkan. Harus ada tangis dahulu sebelum senyum, harus ada duka dulu sebelum suka. Sedang orang lain sangat mudah sekali mendapatkan angannya, bukan hanya sekedar ingin, tetapi menjadi sesuatu yang dimiliki. Mendapatkan kasih sayang, memiliki orang-orang yang diinginkan kembali dan segala hal yang tak lain adalah hanya angan bagi sebagian dari kita.
Barangkali, tunas yang tumbuh ini akan lama sekali menjadi daun, akan lama sekali menjadi batang atau bahkan menjadi bunga. Barangkali, segala harapan-harapan dan keinginan yang kita anggap sebagai pupuk dari tunas yang kita tanam, bukanlah menjadi nutrisi malah hanya sebagai teman untuk tumbuh. Tak membuat lebih baik. Atau bahkan tunas yang kita tanam telah mati bersama harapan-harapan.
Apalah saat banyak yang kita ingin namun hanya akan menjadi angan. Bahkan lelah sekali hanya untuk memikirkan bagaimana dan seperti apa. Sedang diri sendiri sibuk sekali membandingkan diri dengan pencapaian-pencapaian orang lain. Tunas A sudah sedikit tumbuh, tunas B sudah berubah menjadi daun hijau yang segar, atau tunas C sudah memiliki inang baru yang membuatnya mudah untuk besar. Tunas-tunas orang lain nampak terlalu hijau untuk dimiliki. Sedang tunas kita hanyalah mimpi yang diberi harapan-harapan.
Namun, selayaknya sebuah makhluk, tunas selayaknya akan terus tumbuh, meski tanahnya tidak gembur, meski pupuk nya tidak mahal. Barangkali, barangkali saja harapan-harapan yang selama ini kita gumamkan dalam hati akan menjadi pupuk terindah yang akan diterima tunas kita suatu saat nanti. Tak ada harapan-harapan indah yang tumbuh menjadi suatu yang sia-sia. Hatimu yang terlalu sesak karena banyak sekali kesalahan yang telah kamu perbuat, barangkali akan tumbuh menjadi hati yang lebih kuat, yang sudah tahan banting, yang tak akan luka meski dicaci, yang tak akan getir meski dimaki.
Tunas kita sedang tumbuh bersama harapan-harapan dan doa-doa. Satu hal yang harus kita ingat bahwa tak perlu mengidamkan tunas lain yang lebih hijau dan matang. Kita hanya perlu terus tumbuh dengan kesalahan-kesalahan yang pasti akan terus terjadi, namun bukan berarti kita harus terus mengulang hal yang salah. Kesalahan dan masalah hanyalah sebagai bumbu agar tunas yang kita miliki menjadi lebih indah dan hijau, meski banyak sekali goresan disekitarnya. Goresan itu akan membuat tunas kita menjadi lebih kuat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”