Sebuah Keputusan yang Sulit, Berdamai dengan Keputusan di Masa Lalu

Berdamai dengan keputusan masa lalu

Aku duduk termenung di dalam sebuah coffee shop favoritku, sebuah coffee shop yang tergolong sepi dan hanya ada sedikit beberapa pengunjung yang datang. Iya, coffee shop di sinilah aku bisa merasa sedikit ketenangan dengan dapat mengabaikan suara-suara bising yang selalu menghiasi keramaian ibu kota yang kerap justru malah sering sekali membuat aku semakin penat.

Advertisement

Pada saat itu sehabis pulang dari kantor, ku sengajakan diri untuk mampir memesan segelas coffee hangat favoritku yaitu coffe latte untuk menemani soreku ini. Lalu perlahan ku mencoba menutup mata dengan bersamaan meminumnya, ku tarik nafasku dalam-dalam sambil merasakan betapa nikmat nya harum dari khas coffee yang ku pesan ini. Tiba-tiba saja pikiranku seketika melayang, lagi dan lagi aku merindukan sosok dirimu sosok yang ku ketahui bahwa tak akan pernah kembali. Mungkin aku terlalu egois karena tidak bisa melihat kenyataan ini. Karena selama ini yang aku tahu, kebahagiaan itu adalah kamu.

Dan dengan bersamaan itu pula aku sebenarnya takut memikirkan nya kembali, tetapi aku tetap berusaha mencoba untuk menguatkan hati. Kututup mataku kembali sembari mencoba untuk mengingat-ingat semua perihal akan dirimu. Aku masih sangat ingat jelas saat itu. Senyumanmu, tatapan teduhmu, tawa lepasmu yang begitus khas, becandaan mu yang berhasil membuatku tertawa terpingkal-pingkal, pola pikirmu yang terkadang sulit mereka pahami namun hanya aku yang mengerti. 

Untuk semua tentangmu, aku masih sangat ingat. Hari-hari yang kita lewati, semua kegiatan yang kita lakukan bersama, semua topik yang selalu kita diskusi kan bersama, setiap obrolan-obrolan yang tak penting namun menjadi begitu menarik ketika kita bersama membahasnya, menit yang kita lalui seakan lambat berjalan. Ah kamu begitu berarti bagiku, namun sayang nampaknya takdir belum membiarkan kita untuk bersatu.

Advertisement

Jika ada yang mengatakan kamu jahat? Rasanya aku kurang setuju dengan sebuah pernyataan tersebut karena bagiku, kamu adalah lelaki yang baik namun memang kamu bukan lah yang terbaik untukku serta kehidupanku. Karena kau lebih memilih pergi dibandingkan harus mengajak aku untuk berjuang sama-sama meraih impian. Kau lebih mengambil keputusan untuk melakukan petualangan seorang diri, dibandingkan berpetualangan bersamaku menjelajahi dunia ini yang isinya penuh dengan lika-liku kehidupan.

Kau lebih memilih tak pernah kembali dibandingkan memintaku untuk sabar menantimu hingga kau telah menjadi seseorang yang berhasil. Kau lebih menyuruhku bersama lelaki lain, jika memang lelaki itu lebih mampu membuat aku bahagia dibandingkan bersamamu yang masih sibuk berjuang untuk meraih impian. Kau lebih memilih meninggalkan ku saat ini, dibandingkan harus melawan ketakutan yang selalu kau bayangkan bahwa kelak nantinya akan menyakiti ku dan tidak mampu membahagiakanku di kemudian hari. Itu kan kekhawatiran yang sangat amat kau terlalu takuti pada hubungan ini?

Advertisement

Dulu, memang aku dan kamu pernah menjalin kisah bersama. Namun, sepertinya cerita kita memang tidak dipertemukan untuk mengukir masa depan bersama. Tidak ada yang salah di sini, hanya saja mungkin kita berdua yang memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Kebersamaan yang kita lalui selama dalam kurun waktu 5 tahun adalah bukan waktu yang singkat untuk menjalinkan sebuah hubungan. Kita tidak mampu melawan takdir dan pada kenyataannya adalah yang kita alami memang sudah digariskan tidak untuk bersama di masa depan. Perjumpaan selama ini yang kita alami memang sudah digariksan. 

Saat ini mari kita sama-sama mengurai ikatan yang selama ini ada dengan senyuman. Tidak ada yang patut disesali. Lamanya hubungan bukanlah faktor utama untuk bertahan. Kita perlu menghirup udara banyak-banyak serta menelan kenyataan bahwa kita memang tak bisa melanjutkan hubungan. Terlalu berlimpahnya rasa sedih dan perih yang tercipta menuntut kita untuk mundur dan rehat sejenak dari dunia asmara. Namun tetap saja kamu merupakan sosok yang patut kuberi ucapan terima kasih. Lewat hubungan yang kita jalani berdua ini, aku belajar melepaskan dan melapangkan dada demi menerima kenyataan.

Terima kasih untuk kamu yang sudah pernah ada. Terima kasih untuk kamu yang pernah menjadi penyemangat dalam hidupku. Terima kasih untuk kamu yang pernah menjadi human diary-ku. Semoga kita berdua selalu berbahagia dan mampu mengangkat muka untuk menantang masa depan walaupun jalan yang kita lalui berbeda.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

SIMPLE & HALCYON