Sebagai individu dalam masa transisi, bergelut dengan pikiran yang sedang berkecamuk adalah hal lumrah. Beban pikiran yang datang silih berganti membuat remaja seumuran saya mulai mengerti makna hidup sesungguhnya. Tentang bagaimana cara menghadapi masalah, bagaimana mensyukuri nikmat yang ada, serta memikirkan bagaimana mewujudkan cita-cita. Tak jarang remaja di usia seperti ini sering mengalami stress bahkan depresi.
Sebab, kebanyakan dari mereka belum terbiasa dan masih belajar untuk meng-handle segala permasalahan hidup sendiri. Selain itu, kebanyakan dari remaja merasa takut bertambah dewasa dengan berbagai alasan mereka masing-masing. Bisa saja remaja yang mengalami hal tersebut memilki trauma yang mungkin berasal dari pengalaman ataupun berasal dari orang lain. Pulih dari trauma yang melanda diri sendiri bukanlah suatu hal yang mudah. Butuh waktu serta support dari diri sendiri dan orang lain serta adanya keinginan untuk bangkit dari keterpurukan, salah satunya yaitu dengan adanya harapan baik kepada diri sendiri untuk kedepannya.
Terkadang, banyaknya harapan baik dari sendiri atau orang lain membuat hati dan pikiran seperti berperang. Bagaimana tidak? diri ini seperti tertuntut untuk memenuhi segala harapan tersebut. Memang, memiliki harapan tinggi kepada diri sendiri tidak ada yang salah. Bahkan, harapan-harapan itu bisa dibuat target dalam hidup yang harus dipenuhi. Akan tetapi, untuk memenuhi target tersebut tak semudah yang diucapkan. Pasti ada rintangan dalam perjalanan hebat yang kita lakukan. Bahkan bisa saja tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Hal inilah yang menjadi problematika berbagai kalangan, terutama remaja yang dalam proses pendewasaan.
Lalu, apa yang harus disiapkan untuk menghadapi ribuan masalah kedepannya? Jawabannya hanya satu yaitu Berdamai dengan diri sendiri. Namun, berdamai dengan diri sendiri tidak semudah kedengarannya. Banyaknya ekspetasi terlalu tinggi justru menambah beban. Kurangnya memahami kemampuan dan kapasitas diri dalam meraih sesuatu juga akan berbahaya untuk masa depan.
Selain itu, membandingkan diri sendiri dengan orang lain adalah hal utama yang harus dihindari dalam hidup. Peribahasa rumput tetangga lebih hijau memang benar adanya. Apabila kita selalu mencari celah dalam melihat kehidupan seseorang yang ada diatas kita, membuat diri sendiri semakin minder dan tidak bersyukur atas apa yang telah kita miliki.
Jika berbagai hal-hal negatif tersebut dibiarkan, bisa saja berdampak pada penerimaanmu atas diri sendiri dan menjadi penghalang dalam mendapatkan kebahagiaan sepenuhnya. Oleh karena itu, kita juga harus mengenali tentang cara berdamai dengan diri sendiri. Langkah-langkah yang bisa diambil untuk memulai berdamai dengan diri sendiri yaitu yang pertama memaknai kekurangan sebagai kelebihan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tak ada manusia yang sempurna. Yang bisa dilakukan hanya berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu dengan cara mengubah kekurangan menjadi kelebihan yang tidak dimiliki oleh semua orang. Sebab, kekurangan adalah kelebihan dalam bentuk yang berbeda.
Kedua, menghadapi dan menerima kekecewaan. Sebagai manusia biasa kita tidak bisa menghindari bahwa rasa kecewa adalah bagian dari hidup. Yang bisa dilakukan adalah menghadapi dan menerima kekecewaan dengan lapang dada. Jangan sesekali menghindari atau berpura-pura tidak merasakan suatu kekecawaan, karena hal itu hanya menunda diri kita untuk melaluinya. Berikan diri sendiri waktu untuk memproses segala kesedihan dan kekecewaan yang ada. Niscaya, secara perlahan diri kita akan mampu dan terbiasa untuk menghadapinya.
Ketiga, peduli dan penuhi kebutuhan diri. Sadar atau tidak, kebanyakan dari kita kurang memperhatikan diri sendiri. Terlalu banyak menuntut dan berusaha memenuhi segala ekspetasi. Membuat kita lupa akan kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi. Mulai sekarang coba kabulkan segala kebutuhan dan keinginan pribadi. Anggap hal tersebut menjadi self reward dan sebagai langkah untuk lebih mencintai diri sendiri.
Keempat, menghadapi rasa takut. Masing-masing orang pasti memiliki rasa takut akan suatu hal. Tapi tidak semua orang mampu untuk menghadapi rasa takut tersebut. Yang bisa dilakukan untuk meminimalisir rasa takut adalah mengakui dan menghadapi rasa takut yang dimiliki. Dengan menghadapinya, maka lama-kelamaan diri ini akan kuat dan terbiasa. Sebab rasa takut mungkin susah hilang, tetapi setidaknya masing-masing dari kita tau bagaimana cara menghadapinya.
Kelima, kenali kemampuan serta kapasitas diri. Mengenali apa yang ada pada diri merupakan suatu keharusan. Sebab, keinginan dan kebutuhan harus dikorelasikan dengan kemampuan diri dalam memenuhinya. Maksudnya adalah kita boleh menginginkan sesuatu hal, akan tetapi jangan sampai menyakiti diri sendiri dalam prosesnya.
Berdamai dengan diri sendiri berarti menerima diri dengan sepenuhya. Atas segala kelebihan dan kekurangan yang telah dikaruniakan Tuhan kepada masing-masing orang. Berdamai pada diri sendiri juga merupakan salah satu langkah self love. Kita juga tau bahwa self love sangat penting untuk kesehatan mental. Oleh karena itu, kepedulian akan hal besar maupun kecil pada diri kita harus diperhatikan dengan baik. Jika bukan diri sendiri yang peduli akan hal tersebut siapa lagi?
Menerima semua takdir yang telah digariskan Tuhan adalah suatu bentuk syukur sekaligus rasa percaya akan apa yang Tuhan rencanakan. Semua skenario yang telah Tuhan susun atas hidup adalah yang terbaik untuk kita. Tugas kita hanya berusaha mencintai semua pemberian Tuhan, baik kelebihan ataupun kekurangan dengan cara berdamai pada diri sendiri. Sebab, berdamai pada diri sendiri adalah kunci ketenangan hidup.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”