Di dunia yang sudah serba cepat dan mudah seperti sekarang, kita dapat sangat mudah mendapatkan berbagai macam informasi darimanapun dan kapan pun. Kita dapat mengetahui bahwa anak Zayn Malik sudah lahir sembari mendapatkan informasi bahwa teman kita mengungah lukisannya di media sosial. Dengan kemudahan dan kecepatan ini, kita semakin terkoneksi satu dengan lainnya di mana pun kita berada.
Konektivitas antara satu sama lain tadi tentu membawa dampak bagi kehidupan kita, yaitu dampak positif dan negatif. Kita dapat mendapatkan kabar terbaru dari bagian dunia manapun seperti contoh diatas merupakan salah satu bentuk dampak positif yang dapat kita rasakan dari konektivitas tadi. Namun seperti Yin dan Yang, ada juga dampak negatif dari terlalu terkoneksinya kita satu dengan lainnya.
Kita mengetahui aktivitas teman kita yang menjadi relawan untuk mengajar di sebuah daerah, ada pula yang mendapatkan magang di sebuah startup media sedangkan kita hanya melihat tersebut seraya rebahan di kasur kita. Apa yang muncul pertama kali di benak kita?
“Dia udah bisa kayak gitu, aku kapan ya?”
Di masa pandemi seperti ini, bagi sebagian orang membuat mereka menjadi lebih sering mengakses sosial media mereka, hanya sekedar untuk membunuh kebosanan. Sayangnya, dengan sangat terkoneksinya kita tadi, hal-hal tersebut perlahan bisa jadi berbalik buruk bagi kita.
Bagi sebagian orang, mulai memikirkan apa saja yang sudah mereka lakukan dalam hidup, mulai membuka situs-situs pencarian pekerjaan, atau mungkin merenung mempertanyakan pertanyaan. Respons dari tiap orang terhadap apa yang mereka lihat pasti tidak akan sama, ada yang lebih terkesan cuek atau sebaliknya menjadi pikiran yang berkelanjutan.
Menjadikan pencapaian orang lain menjadi pemantik kita untuk melakukan sesuatu tidak lah buruk, hal tersebut bisa menjadi motivasi kita ke depannya. Tapi bagaimana kalau hal tersebut malah membuat diri kita semakin terpuruk?
Sehabis melihat pencapaian orang lain di sosial media lalu membandingkan dengan pencapaian apa yang sudah kita dapatkan, dapat menjadi hal yang cukup membahayakan. Mulai merasa tidak bisa melakukan apa-apa, merasa tertinggal dari orang lain, dan menjadi sedih berkepanjangan merupakan beberapa kemungkinan yang dapat kita temui.
Terkadang kita melihat teman kita berhasil mendapatkan posisi yang kita juga inginkan, sedangkan kita malah belum bisa mencapai titik tersebut bisa menjadi salah satu contohnya. Merasa tertinggal dari orang lain malah menimbulkan pengaruh buruk bagi diri kita sendiri, seperti munculnya insecure, anxiety, dan lain sebagainya.
Munculnya perasaan yang nggak mengenakkan tadi seperti insecure, anxiety, dan lain sebagainnya, dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Menjadi kurang produktif karena merasa sudah tertinggal dari teman lainnya, menjadi rendah diri karena merasa yang dilakukan sia-sia, menjadi serba salah juga nggak mengenakan.
Mungkin sebagian dari kita berpikir, “Ya udah nggak usah diliatin terus sosial medianya,” tidak semudah itu ternyata. Karena kapanpun kita kembali membuka hal tersebut, ada saja informasi yang bisa menjadi pemantik hal tersebut. Bisa saja kita tidak membuka sosial media kita selama sehari semalam, lalu esoknya buka dan melihat teman kita menjadi ketua organisasi mahasiswa? Bisa saja.
Lama kelamaan hal tersebut melelahkan juga, capek dengan diri sendiri, lalu bingung dengan diri sendiri, jadi mikir,
“Kita ngapain ya kok gini-gini aja, kok malah jadi sedih ya?”
Berdamai dengan diri sendiri, cara ini dapat kita lakukan untuk mengurangi perasaan dan pikiran kurang nyaman tadi. Ada kala nya disaat kita merasakan perasaan tidak nyaman tadi, kita memikirkan kekurangan kita dan membandingkannya dengan kemampuan orang lain. Dengan kita belajar berdamai dengan diri sendiri, kita dapat meminimalisir keadaan tersebut.
Hal ini dapat dimulai dengan menerima setiap kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Misalkan ada seseorang yang suka merasa overthinking, dia merasa overthinking-nya ini terkadang menghambat apa yang sedang kerjakan. Namun pada kenyataannya, overthinking tersebut adalah bagian dari dirinya sendiri, bagaimana pun ia berusaha menghindari atau melawannya, hal tersebut akan selalu ada dalam dirinya.
Dalam perspektif berdamai dengan diri sendiri, belajar menerima kekurangan tersebut dan mulai berdamai dengan hal tersebut. Jika sedang merasa overthinking dan kita mulai menerimanya, hal yang kita lakukan bukan berusaha menghilangkan hal tersebut tapi lebih bagaimana kita dapat mengontrol hal tersebut. Dengan begitu, kita semakin memahami diri sendiri, cara menangani diri sendiri, serta efek yang dihasilkan akan lebih berkurang.
Kembali kepada melihat kesuksesan teman kita di sosial media. Dengan kita berusaha berdamai dengan diri sendiri, kita berusaha menyadari bahwa setiap manusia pasti memiliki porsi dan waktunya masing-masing. Dengan mulai menerima keadaan yang ada, ini akan mengurangi efek negatif yang muncul tadi, selain itu hal ini juga dapat diubah menjadi efek positif bagi diri kita.
Mulai menerima keadaan diri kita bukan berarti mempasrahkan diri dan menunggu waktu kita akan tiba, tapi sebaliknya. Dengan melihat teman kita sudah dapat mencapai titik tertentu sedangkan kita belum, hal tersebut dapat kita jadikan motivasi bahwa dengan terus konsisten, ke depannya kita akan sampai kepada titik kita tersendiri.
Karena semua orang pasti sudah punya lintasannya masing-masing dan hidup ini bukanlah sebuah perlombaan. Terkadang juga ada sesuatu yang sangat kita inginkan tapi sebetulnya bukan untuk kita. Dengan berusaha berdamai dengan diri sendiri, kita dapat terus berusaha membuka pintu-pintu kesuksesan yang memang sudah disiapkan untuk kita, tanpa harus membandingkan dengan apa yang sudah dicapai oleh orang lain.
Selain itu, kita juga terkadang tidak mengetahui rintangan apa yang sudah dihadapi teman kita hingga bisa sampai dengan titik tersebut. Maka dari itu, kita tidak akan selalu bisa membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain.
Berdamai dengan diri sendiri yang mana kita paling mengenal diri kita sendiri, paling mengetahui ego kita, hal ini yang dapat kita kontrol kedepannya agar menghasilkan efek yang positif. Karena yang bisa kita kontrol ialah respon kita akan sesuatu hal, bukan sesuatu yang di luar kendali kita. Jadi, belajarlah mengenali setiap kelebihan dan kekurangan kita, lalu berdamailah dengan diri kita sendiri, hingga kita sampai ke titik yang kita tuju masing masing.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”