#PuisiHipwee Berbeda, Dia Bukan Aku

Jangan Kau Samakan Aku Dengan Dia

Dia Bukan Aku

Ternyata aku hanya pelampiasan 

Selingan sejenakmu yang sedang bosan

Setiap waktu yang kuluangkan untukmu

Ternyata tak ada guna, terbuang percuma 

Aku sudah penuh harap, kau biasa saja

Anggapku keluh kesahmu yang dibagikan untuku sebuah tanda asmara

Hati yang sedang setuju menjalin cinta

Anggapku kau sedang membuka diri

Membiarkanku masuk mengetahui kelemahanmu

Faktanya sebaliknya

Aku hanya jadi baris terdepan sebagai sahabatmu

Yang kau cinta dia, yang kau harapkan ia

Yang kau tunggu jawabannya dia

Bukan aku yang selalu bersamamu 

Bukan aku pula yang selalu mendengar keluh kesahmu

Bukan aku pula yang selalu mengatakan iya saat kau ajak

Mungkin dia memang lebih pantas untukmu

Mungkin dia yang lebih layak mendapatkanmu

Mungkin dia pula yang memang berjodoh untukmu

Mungkin

 

Berbeda

Kita memang beda

Aku banyak diam menikmati kesunyian

Kau gemar berkelana menuju keramaian

Aku suka menulis, menggambarkan perasaan lewat kata-kata

Kau lebih bersemangat beraksi di lapangan

Sibuk berlarian, terbakar matahari

Entah mengapa duniamu yang berlawanan itu menariku kesana

Aku rajin mencari tahu kesukaanmu

Aku dibuat keluar dari duniaku yang hening

Aku jadi banyak bicara padahal biasanya ku diam saja

Aku merasa bukan aku

Apakah ini yang namanya cinta?

Iya, cinta yang entah bagaimana membuat seseorang bisa berubah

Sayang berlama-lama ku memandangmu

Kau tak kunjung sadar

Apa yang selama ini kupendam

Apakah karena kau hanya anggap aku sebagai teman?

Benar, teman biasa

Padahal ku ingin jadi teman hidupmu

Menemanimu hingga menua bersama

Membuatmu terbiasa dengan kata kita

Sayang itu hanya mimpi

Karna aku tak berani menyatakan hatiku

Lebih rela menjadi pengagum dari jauh

Menikmati aku, kamu bukan kata kita

Biarpun kadang ku merasa tak adil

Aku tetap bahagia selama kau tak mengacuhkanku

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Malu menujukkan paras Berani menjual kata-kata Tak ingin alay sendiri Akhirnya membagi rasa dalam puisi