Ketika mendengar kata ‘Rumah Lentera’, mungkin ada yang sudah tahu apa itu Rumah Lentera, tetapi beberapa mungkin baru pertama kali mendengar kata tersebut. Rumah Lentera merupakan bangunan yang ditujukan kepada anak dengan HIV/AIDS untuk memenuhi kebutuhan mereka. Rumah ini sendiri terletak di Kompleks Taman Makam Pahlawan Surakarta, tak jauh dari kampus UNS tercinta. Saat ini terdapat sekitar 40 anak yang tinggal dan bertumbuh bersama di sana.
Januari 2023 kemarin, saya mendapatkan ajakan dari teman dekat saya untuk ikut serta dalam social project yang ia gagas. Leisure Time Project, atau yang bisa ditelusuri di akun instagramnya yaitu @leisuretimeproject, dengan project yang bernama Cemara (Ceria Bersama di Rumah Lentera) yang membawa saya kembali mengunjungi Rumah Lentera setelah beberapa tahun tidak mengunjungi Rumah Lentera. Saya sangat senang dan bersemangat karena ini merupakan social project pertama setelah lama tidak melakukan kegiatan semacam itu. Teman saya juga mengajak beberapa orang lainnya dan anggota PMR SMP Negeri 1 Surakarta untuk turut bergabung dalam berbagi kebahagiaan di Rumah Lentera. Dalam social project kali ini, yang dilakukan adalah menebar kesenangan bersama anak-anak di Rumah Lentera dengan banyak kegiatan, seperti mewarnai, bermain bersama, menghias donat, dan pengukuran tinggi serta berat badan.
Setelah melewati beberapa waktu untuk persiapan, project ini pun dilaksanakan pada 28 Januari 2023 dari pagi hingga siang. Setelah datang, saya dan teman-teman saya segera menyiapkan barang-barang yang akan digunakan nantinya, seperti menggelar tikar, menyiapkan stadiometer dan timbangan, menyiapkan berbagai macam snack ke dalam plastik kecil yang akan dibagikan nantinya. Menyiapkan snack bukanlah hal yang mudah, karena ketika kami ingin memasukkannya ke dalam plastik, anak-anak menyadarinya dan ingin meminta snack tersebut untuk langsung dimakan. Padahal, pada akhirnya nanti mereka juga mendapatkan bingkisan snack ketika di penghujung acara. Memasang stadiometer pun terdapat kesulitan juga karena entah mengapa stadiometer yang akan kami gunakan tiba-tiba tidak lurus sempurna seperti yang biasanya kami gunakan. Namun, setelah kami mencoba berbagai cara, akhirnya bisa normal dan siap digunakan untuk keberlangsungan acara.
Acara dimulai dengan lancar, diawali dengan kegiatan mewarnai berbagai kertas gambar yang sudah dicetak oleh teman saya. Berbagai macam gambar kartun lucu ada, seperti ikan, bintang, mobil, dan yang lainnya. Anggota PMR juga aktif untuk membimbing dan membantu anak-anak Lentera dalam kegiatan mewarnai ini. Selagi ada yang mewarnai, beberapa anak dipanggil untuk dilakukan pemeriksaan tinggi dan berat badan. Hal ini walaupun sederhana, tetapi memberikan pandangan lain untuk saya bahwa ternyata mengukur tinggi dan berat badan ketika terjun langsung di masyarakat tidak semudah apa yang telah dipelajari di mata kuliah skills lab ketika di FK. Banyak anak yang kakinya masih gerak, susah untuk diam, ingin ditimbang lagi, masih menggunakan alas kaki, dan sebagainya. Hal ini lah yang membuat saya harus terus belajar untuk memahami kondisi sekitar ketika melakukan sesuatu.
Di bagian lain ada anak-anak yang sudah selesai mewarnai, lantas mereka bermain dengan beragam mainan yang memang kami bawa untuk dibagikan ke mereka. Salah satu mainan yang paling diminati oleh mereka adalah lato-lato. Karena saya dan tim tidak begitu paham dengan lato-lato, maka kami hanya asal beli mainan yang sedang viral tersebut. Kami tidak begitu memperhatikan apakah itu sudah dirangkai atau belum. Ternyata yang kami beli adalah lato-lato yang belum dirangkai. Ada salah satu anak yang meminta tolong kepada saya untuk merangkaikan mainan tersebut, tapi seberapa keras saya mencoba pun tetap tidak bisa karena memang saya tidak ahli dalam simpul-menyimpul tali. Tak lama kemudian ada temannya yang langsung mendekati kami dan mencoba untuk membantu merangkaikan. Saat itu saya sedikit terkejut, karena saya pikir mereka tidak akan peduli dengan temannya yang kesusahan, tetapi saya salah. Masih ada yang peduli walau tidak dimintai tolong terlebih dahulu.
 Rangkaian acara selanjutnya jelas tidak kalah seru, yaitu menghias donat. Tetapi sebelum itu, mereka mencuci tangan terlebih dahulu karena sebelumnya sibuk bermain dengan warna. Mekanisme kegiatan menghias donat yaitu anak-anak Lentera dibagi menjadi beberapa kelompok yang didampingi oleh teman-teman dari PMR SMP Negeri 1 dan teman-teman Leisure Time Project. Setiap anak akan diberikan satu donat yang masih polos dan di tiap kelompok diberikan satu piring donut glaze serta tiga piring hiasan atau sprinkles yang berwarna-warni dan terlihat enak. Tak lupa, setiap anak juga memakai sarung tangan plastik supaya tetap menjaga kebersihan. Donat yang polos tadi dimasukkan ke dalam donut glaze berwarna putih yang memiliki rasa vanila, setelah itu diberi sprinkles sesuai dengan kreasi masing-masing anak. Ada yang mencampurkan semua sprinkles, ada juga yang hanya menggunakan satu jenis. Kegiatan menghias donat ini sangat menyenangkan. Beberapa anak bahkan meminta tambahan donat untuk dihias dan dimakan. Banyak pula senyuman yang muncul dari anak-anak Lentera ini saat menghias donat. Setelah selesai, kami melakukan sesi dokumentasi dan juga membereskan tempat yang telah kami gunakan.
Hari itu sangat berkesan untuk saya, selain bertemu dengan orang-orang hebat di balik social project ini, saya juga bisa merasakan bersosialisasi dengan anak dengan HIV/AIDS yang masih sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat awam. Melakukan project ini sedikit melelahkan karena harus berhadapan dengan banyak anak yang memiliki karakter yang beragam. Pengalaman yang didapatkan dari project ini nyatanya mampu menutupi segala kelelahan yang telah dilewati.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”