Saya kira semua orang sepakat jika 2020 adalah tahun yang berat. Penuh keprihatinan. Gerak yang terbatas, sosial yang berjarak Kehilangan kerabat maupun sahabat terdekat karena Covid-19. Tak sedikit juga yang kehilangan pekerjaan dilanda badai hebat ini. Yang terakhir, saya turut merasakannya. Tepat di Bulan April lalu, hubungan kontrak kerja saya diputus mendadak oleh perusahaan. Tanpa aba-aba, apalagi pesangon. Hanya permintaan maaf karena mereka tak mampu mempertahankan karyawan. Juga secercah harapan pahit mengatakan saya akan dipanggil kembali jika kondisi keuangan sudah stabil.
Jujur perasaan saya saat itu kebas. Semacam mati rasa. Saya ingat betul di hadapan HRD saya tertawa miris saking tak percaya. Dalam hati saya sudah bergemuruh hujan. Sambil mengingat-ingat isi tabungan. Mengkalkulasi berapa bulan saya bisa bertahan di rantau dengan uang tersebut tanpa pemasukan. Di hari, bahkan bulan-bulan awal, saya masih berat menghadapi kenyataan. Hari-hari saya isi dengan tangis, amarah dan kecewa. Juga ketakutan demi ketakutan akan masa depan yang kabur pandangannya. Dibumbui sedikit rasa malu yang kemudian saya sadari tak perlu. Karena mendapat respon iba dari sejawat lain.
Kala itu,saya tidak memaksakan diri untuk segera bangkit dan bekerja. Melainkan saya biarkan pikiran dan hati ini mencerna perubahan yang datang secara tiba-tiba ini. Mencoba berdamai dengan kenyataan. Juga mencari maksud Tuhan dibalik semua ini.
Pada akhirnya, hingga ujung pergantian tahun saya belum bergabung dalam perusahaan baru. Sepanjang tahun saya bertahan dengan dana darurat, tabungan dan investasi yang ada. Sambil lalu berjualan online. Untuk menambah pemasukan, saya ikuti berbagai challenge, lomba kecil yang berhadiah tunai atau sekadar makanan. Apapun asal bisa bertahan dan terus berjalan. Sedikit prihatn, tapi menyenangkan juga.
Tapi hey, saya menikmati proses itu. Sebelum pandemi menyerang, saya memang sudah merasakan adanya tanda-tanda burn out dalam pekerjaan. Maka pandemi ini saya jadikan sarana untuk istirahat. mencoba menyegarkan kembali apa yang membuat lelah. Menyembuhkan luka serta memupuk semangat. Saya kira proses ini hanya butuh waktu satu dua bulan. Namun rupanya tubuh butuh waktu yang lebih panjang.
Bulan berganti bulan, seiring hati yang makin legowo, saya mulai menemukan jalan terang menuju masa depan. Mimpi-mimpi saya yang sempat terkubur oleh kenyamanan, mulai bermunculan kembali. Satu demi satu. Asa masa lalu yang sempat mati suri, mereka hidup dan berjejal ingin diwujudkan.
Mimpi terbesar saya sejak dulu adalah menjadi diplomat. Jika ditanya kenapa, saya sendiri tak bisa menjelaskan. Mungkin saja panggilan hati. Tinggal di negara orang. Menjalin kerjasama melalui diplomasi dan pertukaran budaya terdengar sangat mengagumkan di benak saya. Saya ingat betul, Menjadi diplomat adalah jawaban saya ketika ditanya soal cita-cita di buku memori SMP. Saat itu saya tulis menjadi menteri luar negeri. Padahal yang saya maksud sebenarnya duta besar.
Namun untuk sampai di titik itu, jalan saya masih sangat panjang. Bahkan sekadar untuk bisa menjadi staf kedutaan sebagai langkah awal. Karena saya belum memenuhi kualifikasi administrasi. Dan untuk bisa memenuhi itu, perlu sekolah lagi. Maka dari itulah, di beberapa tahun ke depan saya harus berkejar-kejaran dengan waktu untuk memperoleh gelar yang disyaratkan.
Nah untuk mensupport sekolah tersebut, saya perlu mendapatkan dana sendiri. Karena dengan alasan yang pasti, saya tidak mungkin meminta dukungan orang tua. Nah di sinilah letak mimpi kedua saya bekerja. Mimpi yang ingin segera saya usahakan di tahun 2021.Tak lain adalah memulai bisnis.
Dari dulu, saya menyimpan bimbang akan jalan karir yang ingin saya tempuh. Di satu sisi, saya ingin menjadi pekerja kantoran. Begitu terdengar prestis dan keren di pikiran saya yang lugu. Namun saya sadar betul, bekerja di kantor tidak menjamin pemasukan berlimpah yang bisa digunakan untuk jalan-jalan kapanpun ke luar negeri. Yang juga menjadi salah satu impian saya.
Di sisi hati yang terdalam, saya ingin menjadi pebisnis. Karena saya sadar betul. Konglomerat-konglomerat besar di Indonesia atau di belahan dunia manapun adalah kalangan pengusaha. Bill Gates, Elon Musk, Jeff Bezos, Budi Hartono, Ali Markus. Saya berkeinginan untuk memiliki kestabilan ekonomi dan kenyamanan hidup layaknya mereka.
Dulu saya pikir, buat apa sekolah kalau ujungnya berwirausaha yang pelajarannya didapat dari praktek. Trial and error di kehidupan nyata. Tapi kini saya tersadar jika tak ada yang salah. Toh Chairul Tanjung juga bergelar dokter tapi pengusaha sukses juga. Dan di masa pandemi ini, semangat berwirausaha saya kembali tercambuk. Saya ikuti kelas-kelas bisnis gratis yang banyak dibagikan influencer di sosial media dan Zoom. Saya belajar mandiri di youtube, Saya browsing berbagai platform.
Saya punya banyak bayangan lini bisnis yang akan saya ambil. Yang saya tahu, hati saya terpaut pada tiga hal. Sesuatu yang terlihat cantik, bunga, dan kenyamanan. Karenanya, saya jatuhkan pilihan pada bisnis selimut, dress untuk tidur, juga toko bunga. Diantara ketiga hal itu, saya ingin menekuni yang pertama dulu. Saat ini masih proses riset mengenai kain, selera pasar, juga motif-motif apa yang akan saya jadikan signature usaha nanti.
Namun saya belum bisa mulai di tahun 2020 ini. Karena saya masih mengalami kendala utama yang tak lain adalah modal. Hal ini kemudian berkaitan dengan mimpi saya yang ketiga. Yang tak lain adalah menjadi seorang penulis. Sejak dulu, saya memang gemar menulis.Namun saya tidak menekuni benar hobi ini. Namun demi modal usaha saya ini, saya mencoba mencari peluang pendapatan dari hobi saya yang satu ini. Ya salah satunya dengan mengikuti kompetisi menulis dari Hipwee bersama #BRITAMA dengan tema #BeraniWujudkanMimpi ini.
Saya paham, ada banyak penulis hebat Hipwee di luar sana. Tapi tak baik melewatkan kesempatan yang ada. Hadiah jika lolos adalah bonus menyenangkan. Yang bisa saya tabung untuk modal usaha . dIluar itu, bisa menuangkan pandangan saya terhadap tahun yang berat ini dengan optimisme sudah sangat menyenangkan untuk saya.
Semenjak pandemi ini, banyak sekali pengalaman-pengalaman yang ingin saya tuangkan ke dalam cerita. Kekecewaan, bangkit kembali untuk bermimi, kisah cinta juga kenangan konyol. Entah bagaimana saya terilhami untuk membagikan ini semua. Saya ingin menjadi novelis. Saya memulai kecil dengan mencoba membuat novel di situs online.
Boleh dikatakan, saya takjub dengan mimpi ini. Karena saat saya ada dalam kenyamanan pekerjaan yang lalu, saya tak pernah terpikir untuk menjadi novelist. Kiranya, hal ini juga perlu disyukuri.
Jujur saya tidak tahu, mimpi mana yang terwujud terlebih dahulu. Semua saling berkaitan. Andaikan saya belum bisa sampai di mimpi pertama, saya masih akan geluti mimpi kedua dan ketiga saya. Misal saya tidak bekerja di kedutaan sebagai staff, saya akan tekuni dulu dua mimpi yang lain. Siapa tahu di usia matang nanti mendapat panggilan jadi Duta besar kan. Dengan background ekonomi yang kuat sebagai pengusaha #BeraniWujudkanMimi. Andaikan pula, nantinya saya menjadi novelis, saya juga akan tetap berwirausaha karena kita bicara rasional saja.
Saya membayangkan bisnis saya berjalan perlahan. Betapa bahagianya jika saya bisa memberikan lapangan pekerjaan kepada banyak orang. Mempekerjaka banyak perempuan agar sama-sama berdaya. dan bekerjasama dengan BRI #BRIGUNA untuk pembayaran gaji dan pinjaman karyawan. Karena saya percaya, produk layanan Bank BRI selalu melayani masyarakat dengan sepenuh hati. Karyawan sejahtera, sayapun juga.
Benar tahun 2020 adalah tahun yang berat. Namu saya bersyukur. Tanpa kejutan yang serba tiba-tiba ini, mustahil bagi saya untuk berani bermimpi lagi. Menghidupkan mimpi-mimpi lama yang terkubur oleh kenyamanan. Saya bersyukur Tuhan mengarahkan pada panggilan hati di saat saya masih berusia dua puluhan. Coba bayangkan jika semua ini tak terjadi. Saya terlalu nyaman lalu tersentak dan sadar di usia tiga puluhan. Saya tahu tidak ada kata terlambat. Namun memulai kembali dari awal mungkin akan terasa lebih berat jika sampai di usia itu.
Apa yang bisa dimiliki gadis desa sederhana ini kecuali mimpi-mimpi besar. Saya teriakkan kembali dengan lantang untuk menyambut tahun 2021 ini. Saya #BeraniWujudkanMimpi dan kalian pun harus juga.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”