#BeraniWujudkanMimpi-Mimpi Terbesarku Tahun Ini Belum Terwujud dan Aku Paham: Bukan Berarti Aku Harus Menyerah.

Semenjak percakapan dengan seorang teman di media sosial WhatsApp membahas mengenai mengatasi kewarasan dalam dunia yang baru saja sama-sama kita akan dalami, aku kembali bersemangat melakukan aktivitasku yang bagiku membosankan tapi mungkin bagi orang lain adalah sebuah berkah. Bagi teman yang kuajak bicara itu, dalam perspektifnya hal-hal yang ku lakukan pun demikian, berkebalikan dengan pikiranku yang dalam masa-masa terpuruk akibat sudah lama di rumah dan masih saja “menganggur”.

Advertisement

Ternyata dalam pesan-pesan yang saling kita kirim antara satu sama lain itu mampu membuatku meresapi arti hidup bahwa “tidak semua hal bisa didapatkan sesegera mungkin, tidak semua hal bisa digapai hanya sekali coba, dan tidak semua hal yang kamu bisa lakukan akan bisa kamu lakukan dengan kesanggupan, menyerahpun tidak apa-apa”.

Melalui percakapan tersebut dan masih menjalani tahun ini yang hampir berakhir mengingatkanku juga pada impianku untuk mendapatkan pekerjaan tetap sesegera mungkin setelah di-PHK karena kontrak yang habis di awal tahun ini. Tapi seolah dipukul oleh realita, mimpi itu sampai sekarang belum terwujud dan aku masih tetap pada rutinitasku mencari, melamar, beberapa kali interview, namun masih belum ada yang cocok. Rasanya tentu saja sedih, terpuruk, dan hal-hal negatif lainnya menggerogoti hampir seluruh pikiran dan juga tubuhku yang kini bisa diperspektifkan oleh orang yang melihat “bertambah kurus karena beban pikiran yang belum dapat kerja”.  

Frustasi dan rasa ingin mengakhiri tidak sekali atau dua kali mampir dalam proses yang kujalani. Keadaanku yang tak baik-baik saja itu juga diperparah dengan kebebasan yang terbatasi karena pandemi. Membuat mayoritas sesama pencari kerja yang sempat kukenal saat interview di beberapa perusahaan di masa seperti ini tidak boleh selektif.

Advertisement

Kita jadi hanya melihat what come first yang jadi pilihan kita nantinya. Seperti itulah peluang yang ditawarkan dalam menjadi pencari kerja di masa pandemi ini, seperti tidak ada pilihan lain, tujuan bekerja ialah ‘hanya’ agar terlihat melakukan sesuatu dan tidak di rumah – terlihat menganggur.

Pemikiran-pemikiran yang menyerangku di malam hari mengenai mimpi terbesarku tahun ini adalah waktu yang sangat ingin aku hindari. Mengapa demikian? Alasannya tentu saja karena rasa-rasa bersalah atas pemikiran itu menyebalkan. Efek atas pemikiran itu tak berhenti ketika aku memikirkannya dan semakin bertambah buruk, sehingga beberapa kali asam lambungku juga terpengaruh, naik dan membuat bagian-bagian tubuhku sakit. Kalau sudah pada tahap itu, aku kembali merefleksikan kejadian atas pemikiran yang berdasar tapi belum terlaksana itu. Menangis sesenggukan aku lakukan juga buat melegakan hal yang aku pikirkan itu.

Advertisement

Sebelum pada akhirnya aku tetap pada keputusan untuk tetap produktif walau sedikit-sedikit dan tidak menghasilkan duit. Iya, yang terpenting bisa membuat kemampuanku lebih terasah, dapat membantu orang lain dan tidak mengganggu ketertiban umum. Setelah hasil keputusan itu kubuat, aku mengistirahatkan diri sejenak, kemudian tak bergegas. Tujuanku melakukannya agar aku bisa menemukan, tak lagi hanya mencari yang aku butuhkan dalam meresapi setiap kesalahan atas kegagalan yang aku lakukan.

#BeraniWujudkanMimpi bagiku terlihat nyata juga pada berani menghadapi kegagalan, sebuah risiko yang selalu beririsan dengan mewujudkan mimpi selain kesuksesan. Saat ini setelah aku dihadapkan realita gagal untuk meraih mimpi besarku di tahun ini, aku merasa telah siap untuk menerima kegagalan-kegagalan lain yang mungkin aku hadapi kedepannya dan membuat kegagalan yang kumaksud itu jadi pelajaran bagiku meraih kesuksesan dalam mewujudkan mimpi. Mungkin aku akan jatuh dan menangis lagi, tapi aku akan bangkit lagi, dan tersenyum dalam upayaku mewujudkan mimpiku.

Dari pengalaman belum mendapatkan pekerjaan yang aku butuhkan di tahun yang akan berakhir ini melalui #BeraniWujudkanMimpi aku merasa harus tetap mewujudkannya. Dalam proses yang akan aku jalani kedepannya kutidak akan tergesa, lapang dada menerima, dan tidak menuntut disegerakan kalau memang belum jodoh, serta tak lupa bersyukur dan berserah pada Sang Pemilik Semesta. Meskipun demikian, sekali lagi aku akan tetap melakukan hal-hal produktif yang membuatku senang dan tak terbebani saat menjalani, seperti menulis.

Oh ya! Meski mimpi terbesarku belum terwujud pada tahun ini, mimpiku yang lain untuk menulis dan diterbitkan telah terwujud. Memang belum pada tahap terwujud sesuai dengan yang aku impikan, tapi aku menghargai kemauanku itu untuk mencoba melakukan dan tidak menyerah.

Aku juga senang dan berterima kasih pada #BeraniWujudkanMimpi dari Hipwee dan #BRIGUNA sehingga membangkitkan semangatku untuk melukiskan dunia yang aku alami melalui tulisan. Aku yakin, dari langkah pelanku dalam #BeraniWujudkanMimpi lama-lama juga jadi bukit. Meski tidak sesegera mungkin tapi akan terwujud suatu hari nanti.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka menulis, membaca, berkebun, dan beres-beres.