Dalam setiap kompetisi apapun itu, baik di sekolah, dalam perlombaan, hasilnya kalau nggak menang ya pasti kalah. Kalau nggak juara pertama ya jadi yang kedua, juga seterusnya. Akan ada yang paling diunggulkan dan ada yang dipandang sebelah mata. Ada juga yang mungkin sampai kecewa berhari-hari bahkan berbulan-bulan karena merasa sangat gagal dengan apa yang sudah diusahakan.
Tapi, jika kita mau menilik diri kita di masa lalu, mungkin saat kita masih kecil, atau saat ada kompetisi lain, atau saat ada penerimaan rapor, kita mendapatkan juara pertama atau peringkat pertama, apa yang kita rasakan? Bangga? Senang, sampai tidak percaya dengan hasil yang kita dapatkan? Terus bagaimana dengan teman atau orang lain yang kalah, yang tidak bisa mendapat juara pertama? Apakah kita pernah memikirkan perasaan mereka bagaimana? Apakah kita pernah memikirkan usaha apa yang sudah mereka perjuangkan, namun kenyataannya harus gagal?
Tidak bisa dipungkiri, sifat alami manusia yang selalu ingin menang mungkin membuat hampir sebagian kita menutup diri bahkan tidak mau peduli dengan apa yang orang lain kerjakan. Tapi di saat kita kalah, kita sangat sulit untuk mengakui bahkan memberikan selamat pada mereka.
Padahal kita sadar, bahwa dunia ini tidak berputar untuk kita saja, yang memohon dalam setiap tetes keringat dan air mata supaya Tuhan mengabulkan keinginan kita. Yang berjuang sampai begadang tidak bisa tidur karena selalu kepikiran, bahkan mungkin sampai lupa makan juga bukan hanya kita seorang.
Lantas kenapa kita masih saja tidak pernah merasa puas dengan hasil yang kita dapatkan? Bukankah dengan kekalahan yang kita dapatkan, kita bisa memberikan kesempatan orang lain untuk merasakan kemenangan juga? Bukankah dengan kekalahan bisa menyadarkan kita untuk mengkaji ulang tujuan kita untuk mengikuti sebuah kompetisi? Apa hanya untuk pamer saja atau hanya untuk mendapatkan pengakuan saja? Bukankah dengan kekalahan yang saat ini kita dapatkan bisa mengubah atau memperbaharui strategi kita lebih baik lagi, lalu mendorong kita untuk #BeraniWujudkanMimpi lebih kuat lagi?
Iya. Saya sadar, saya juga pernah merasakan hal yang sama dengan kalian. Bahkan tidak hanya sekali dua kali saya mengirimkan naskah juga artikel lain dalam kompetisi, namun Tuhan berkehendak lain. Saya merasa tulisan saya jelek, tidak layak, bahkan saya pernah meragukan diri saya apakah memang benar jalan yang saya pilih adalah menjadi seorang penulis?
Hingga pada akhirnya, dari sekian banyak artikel yang saya kirim dalam kompetisi salah satunya akhirnya menang juga, meski dalam kompetisi yang tidak sama dalam satu waktu. Begitu juga dengan naskah saya akhirnya ada yang lolos dan bisa diterbitkan oleh penerbit indie.
Dari pengalaman itu semua mengajarkan saya, bahwa akan ada saatnya apa yang saya perjuangkan meski dalam waktu yang tidak bisa saya prekdisikan, bisa membawa saya mendapatkan kemenangan yang sudah lama saya impikan. Jika dalam satu kompetisi dulu saya menyerah dan tidak #BeraniWujudkanMimpi kembali, mungkin saya juga tidak bisa mendapatkan hadiah apa yang saya butuhkan.
Jika dulu saya berhenti menulis karena terkendala sarana-prasarana juga komentar pedas dari orang lain, mungkin saja tulisan saya tidak bisa dibaca bahkan dibagikan oleh banyak orang, salah satunya melalui Hipwee ini.
Tuhan Maha Adil. Itu memang kenyataannya, meski sangat sulit untuk kita terima. Tapi setidaknya dengan kekalahan bisa membuat mental juang kita terus terasah. Karena untuk #BeraniWujudkanMimpi kita harus percaya Tuhan selalu turut ambil bagian untuk menolong kita.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”