#BeraniWujudkanMimpi–Menjadi Penulis Produktif? Inilah Hal-Hal yang Perlu Kamu Simak!

Pernah bermimpi menjadi penulis yang produktif? Kalau begitu, kita sama. Sejak kecil saya bermimpi menjadi penulis produktif dan dikenal luas karena tulisan-tulisannya yang keren dan bermanfaat bagi orang lain.

Advertisement

Memang hingga saat ini saya belum menjadi penulis yang produktif seperti yang saya impikan selama ini, apalagi menjadi penulis yang telah dikenal luas karena tulisan-tulisannya yang keren. Tetapi setidaknya saya sudah memulainya. Saya yakin bahwa suatu waktu kelak impian itu pun akan menjadi kenyataan.

Melalui tulisan kali ini, saya mencoba bercerita tentang berbagai pengalaman yang sudah saya rasakan dalam hal menulis. Semoga cerita ini bisa bermanfaat bagi sahabat pembaca semua.

 “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Begitu kata Pramoedya Ananta Toer.

Advertisement

Kutipan kalimat bijak di tas seringkali memacu dan memicu saya untuk terus berkarya melalui tulisan. Setidaknya lima tahun terakhir, saya telah menggeluti dunia tulis menulis secara disiplin dan konsisten. Bahkan dari hasil disiplin dan konsistensi tersebut, saya telah merasakan banyak sekali manfaat dari menulis.

Menurut hemat saya, menulis ternyata membuat saya mampu memanfaatkan setiap waktu luang dengan baik, berpikir positif dan optimis dalam menyikapi kehidupan, merasa berguna bagi orang lain karena dengan tulisan tersebut tidak sedikit orang yang dapat terinspirasi, termotivasi dan merasakan manfaat dari tulisan-tulisan yang saya publikasikan di blog pribadi maupun di blog keroyokan.

Advertisement

Selain itu, saya dapat bertemu dengan para tokoh publik dan mencoba belajar banyak hal dari mereka. Melalui aktivitas menulis, saya mendapatkan kesempatan dari berbagai lembaga atau komunitas untuk menambah pengetahuan dan mengasah ketrampilan. Saya juga pernah mendapatkan kesempatan menikmati perjalanan ke beberapa daerah karena menulis. Serta menjadi narasumber pada beberapa pelatihan dan webinar tentang kepenulisan.

Ada pula pengalaman lainnya yang tidak kalah menarik, yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan. Salah satu dari tulisan saya pernah diangkat oleh sebuah perusahaan farmasi nasional menjadi iklan layanan masyarakat dalam rangka memperingati hari guru dan hari pahlawan sekitar tiga tahun lalu. Kisah itu menggambarkan tentang inspirasi dari seorang guru yang mendidikku sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Menariknya, dalam iklan tersebut saya turut berperan menjadi seorang guru, sesuai dengan profesi utamaku saat ini.

Selanjutnya, karena saya senang mengikuti lomba menulis, maka saya pun dapat melihat perkembangan kemampuanku menulis selama lima tahun. Bahkan menambah percaya diri karena tidak sedikit dari tulisan tersebut yang mampu meluluhkan hati dewan juri. Setidaknya, sudah ada sekitar 70 tulisanku yang memenangkan lomba tingkat nasional sejak 2015 hingga sekarang.

Ternyata untuk sampai ke titik itu, tentu bukan sesuatu yang mudah. Tidak ada kata instan. Saya harus banyak berlatih menulis. Setiap hari harus menyediakan waktu khusus untuk menulis, minimal dua jam per hari, walau dalam kondisi sesibuk apapun. Bahkan tidak jarang saya harus mengorbankan kesenangan demi impian saya menjadi penulis produktif.

Selain itu, saya harus semakin rajin membaca tulisan-tulisan yang berkualitas. Rajin mengevalusasi perkembangan tulisan sendiri dengan meminta pendapat dari istri, rekan kerja, atau orang-orang yang senang membaca tulisanku.

Sebagai insan yang sudah terjun menjadi penulis selama ini, saya harus terbuka dan terbiasa dengan saran dan kritikan dari pembaca. Terkadang saran dan kritikan itu menyakitkan memang, apalagi yang memberi saran dan kritikan tersebut bukan seorang pakar menulis, malah mereka yang sama sekali tidak pernah menulis. Sikap rendah hati sangat dibutuhkan penulis untuk keterbukaan tersebut. Dari siapa pun sesungguhnya kita harus terbuka dengan saran dan kritikan. Karena merekalah seorang penulis akan semakin menyadari kekurangannya dan membuat tulisannya semakin berkualitas.

Nah, seorang penulis juga harus rajin berinteraksi dengan penulis lainnya serta turut bergabung dalam berbagai komunitas menulis. Mereka ibarat perapian yang selalu dapat menghangatkan semangat kita untuk menulis. Mereka juga ada banyak kaya pengalaman, yang barang tentu berbeda dengan pengalaman kita.  Tentunya hal tersebut akan memperkaya diri kita dan memberi warna pada cara pandang kita dalam menulis.

Satu hal yang tidak kalah penting, jangan pernah lupa menetapkan tujuan menulis. Sebab tujuan menulis itu akan menjadi alasan kuat bagi seorang penulis. Itu yang membuat penulis enggan untuk bermalas-malasan dan menunda-nunda waktu untuk menulis. Tujuan itu yang membuat penulis tahan banting dari berbagai tantangan yang menerpa. Saya sendiri lima tahun ini tidak pernah mengatakan mundur dari menulis karena tahu apa yang menjadi tujuanku untuk menulis.

Bagi yang ingin memulai menulis bahkan yang sudah rutin menulis, tetapkanlah tujuan menulis. Kalau belum sampai pada tahap tersebut, maka pada akhir tahun 2020 ini adalah waktu yang tepat untuk menetapkan kembali tujuan tersebut. Tidak ada kata terlambat.

Atau barangkali dapat menetapkan resolusi menulis 2021, sebab dengan menetapkan resolusi tersebut akan banyak membantu menguatkan semangat produktif menulis dan mewujudkan impian yang terpendam dalam diri. Yuk #BeraniWujudkanMimpi menjadi penulis produktif dengan memulai dari tujuan menulis tersebut dan resolusi menulis. Salam.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aktivitas mengajar dan menulis