#BeraniBaik – Hal yang Kukira Kecil dan Sepele Ternyata Berarti Banyak Bagi Orang Lain

Jam sudah menunjukkan waktu lewat dari pukul 22.00. Aku lelah ingin tidur tapi tak bisa. Aku memejam tapi pikiranku kelayapan. Aku memikirkan masa lalu, seandainya aku memilih itu daripada ini, seandainya aku begitu bukan begini. Satu jam berlalu, aku lelah tapi tak bisa istirahat. Pikiranku berkelana, apa yang akan terjadi padaku hari esok jika hari ini aku begini-begini saja.

Advertisement

Pikiranku terbang tinggi membayangkan hari-hari di masa depan yang padahal belum datang. Umur sudah segini, tapi hidup kok anteng-anteng di sini. Kerjaan monoton 8 jam, gaji pas pasan, kekasih tidak ada, teman sudah jauh semua. Hidupku terasa hampa, ingin diisi entah oleh seseorang atau sesuatu. Kalau punya kekasih pasti lebih seru, tapi aku risih dan malas melakukan pendekatan. Inginku foya-foya tapi pakai uang siapa? Coba saja aku dapat uang satu miliar tiba-tiba ah senangnya. 

Khayalanku makin menjadi-jadi, pikiranku makin tak karu-karuan. Semua berputar dan campur aduk di kepala. Penyesalan akan masa lalu, hari ini yang statis diam dan biasa aja dan hari esok yang khawatir mau dibawa kemana.

Pikiran ruwet ku sedikit buyar saat kudengar ibu batuk-batuk dari kamar sebelah. 

Advertisement

Orang tuaku yang semakin hari semakin tua, mulai tampak penyakit tuanya, mudah lelah, sering meracau seperti anak kecil saja. Aku ingin membahagiakan ibu, tapi dengan cara apa, itu yang belum kutahu. Ingin kuberi uang yang banyak, tapi aku tak punya. Ingin kuberi cucu yang lucu tapi bahkan kekasih pun aku tak memilikinya. Ya Tuhan, hidup macam apa ini, sampai kapan aku hidup begini. 

Kadang aku berpikir kalau hidup setelah mati memang benar-benar ada, kuharap aku bahagia saat nanti ada di sana. Kira-kira kapan ya aku kesana. Sudah cukupkah bekalku menuju ke alam lain di sana. Memikirkan kematian aku bergidik ngeri. Apa aku sudah siap? Apa yang sudah kulakukan di dunia ini? 

Advertisement

Sudah berkontribusi apa aku?

Aku gunakan untuk apa usia ku selama ini?

Aku menangis terisak, merasa tidak berguna dan tidak layak menjadi manusia.

Ingin aku meninggal saja tapi juga takut membayangkan hidup setelah kematian. Aku menyadari kalau aku tak punya bekal apapun dan bodohnya aku juga tidak mempersiapkan hal untuk itu.

Aku menangis terisak, menyadari kebodohanku, sambil berharap ingin mati saja.

Sampai kulihat cahaya di sudut kamarku.

Oh itu cahaya dari kedipan hp yg ku letakkan di atas meja.

Tumben sekali ada pemberitahuan di jam larut begini.

Sebuah email masuk dari nama yang tidak aku kenal.

Karena penasaran dan  gabut aku baca email yang panjangnya hampir 1 halaman A4 itu. Isi emailnya semacam cerita dan ucapan terima kasih.

Mula-mula pengirim memperkenalkan diri sebagai pembaca cerpen dan buku ku, lalu dia menceritakan masalah hidupnya yang mirip dengan salah satu tokoh dalam buku yang kutulis, kemudian diakhiri dengan ucapan terima kasih karena aku sudah hadir dan sudah lahir, sudah menulis buku yang baik sehingga membuatnya merasa memiliki teman dan pendengar. Pengirim menambahkan katanya tulisanku membuatnya yang putus asa untuk kembali bersemangat melanjutkan hidupnya.

Terima kasih sudah menulis mbak. Tulisanmu semangatku. Begitu penutup emailnya.

Aku menangis makin kencang, malu dan terharu bagaimana sebuah tulisan, hal yang aku kira hanya coretan gabut semata ternyata membawa dampak yang besar dan baik bagi orang lain. Aku tidak pernah menduga kalau apa yang kuanggap receh dan biasa ternyata berarti besar bagi orang lain. Catatan yang kubukukan ternyata bisa berdampak baik bagi orang lain yang tidak pernah kukira akan berdampak pada hidupku juga. Aku menyeka air mataku, tidak lagi berpikiran ingin mati, aku ingin menulis yang baik, tulisan yang jujur yang setidaknya bisa meluapakan apa yang ada dalam diriku. Aku akan bersyukur kalau ada pembacaku yang merasa senasib dan membuatnya lebih baik setelah membaca bukuku, kalau tidak adapun ya tidak apa pula.

Terima kasih orang baik yang sudah membaca, kamu semangatku melanjutkan tulisan, silahkan ditunggu karya selanjutnyaya – Balasku

Aku tersenyum, kembali ke kasur menarik selimut dan tidur dengan pikiran tenang. Terima kasih Tuhan atas hidup ini,  tidak akan kukeluhkan dan kusia-siakan hidupku lagi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka nulis suka lari