Semua orang pasti pernah bermasalah dengan orang lain. Baik dengan teman sekolah, teman kuliah, teman kerja, dan juga anggota keluarga. Nah, masalah yang ada dalam suatu hubungan itu bisa saja sepele atau juga besar.
Meskipun suatu masalah terlihat sepele, masalah itu bisa saja menjadi masalah yang lebih besar jika tidak diselesaikan dengan sesegera mungkin dan juga tepat.
Dari masalah yang muncul yang bisa memperkeruh hubungan, biasanya orang-orang akan memilih untuk silent treatment.
Apa, sih, silent treatment itu?
Silent treatment itu berarti seseorang yang berkonflik memilih untuk menghindar dan memutuskan komunikasi dengan orang yang bermasalah dengan mereka. Dari silent treatment itu bisa saja keterusan sampai tidak pernah berkomunikasi lagi.
Ada juga orang yang kalau ada masalah memilih melampiaskan apa yang dirasakannya, biasanya akan kasar karena mengikuti emosi tanpa mempertimbangkan pemikiran sehingga malah makin memperburuk hubungan. Hal seperti ini tentu saja buruk. Lebih baik jika berpikir dahulu sebelum bertindak untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Nah, saya lumayan banyak mengalami pengalaman mempunyai masalah dengan orang lain. Ada satu yang sangat saya ingat saat saya masih SMA. Saya dengan teman-teman saya melakukan obrolan grup di WhatsApp. Karena kami bisa dibilang cukup dekat, kami berkirim pesan dengan leluasa. Saya mengirim pesan seperti biasa pada waktu itu.
Namun, hal yang mengejutkannya adalah ketika pesan ditanggapi dengan tidak menyenangkan oleh teman A. Teman A setelah mengirim pesan balasannya, ia tiba-tiba keluar dari grup WhatsApp.
Saya tentu saja panik. Saya bertanya dengan teman A saya. Dia menjawab tidak apa-apa. Saya tidak percaya. Kalau tidak ada apa-apa kenapa keluar. Jadi, saya mengirim pesan pada teman B dan C saya yang juga ada di grup WhatsApp yang sama dengan teman A. Saya bertanya saya salah apa.
Teman B saya menjawab kalau mungkin teman A saya mood-nya sedang buruk saja. Sementara itu, teman C saya mengatakan kesalahan pada kalimat saya yang menyebabkan tampak kasar.
Saya lalu mengamati lagi pesan saya, menerka-nerka di mana letak kalimat yang menyebabkan masalah. Setelah menemukannya, saya pikir saya memang sedikit kasar dan juga karena berkomunikasi melalui tulisan tanpa emoticon jadi terkesan menyinggung hingga menyebabkan kesalahpahaman.
Nah, sejak saat itu, sekitar seminggu hubungan saya menjadi buruk dengan teman A saya. Teman A saya juga bermasalah dengan teman B dan teman C karena mungkin menurut teman A saya, teman B dan teman C saya berada di pihak saya.
Kemudian teman-teman saya mengajak untuk bermain saat hari libur. Kami juga berusaha mengajak teman A saya tapi dia menolak dengan berbagai alasan. Di sana, saya merasa teman A saya tahu kami sedang berkonflik tapi bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Kami tidak bisa memaksa teman A oleh karena itu kami hanya pergi bermain bertiga ke rumah teman B saya untuk menonton film bersama. Namun, saya pikir rumah teman B yang saya datangi tidak terlalu jauh dari rumah teman A saya.
Jadi, saya bertanya bagaimana kalau ke rumah teman A dan mengajaknya. Kami kompak memutuskan untuk ke sana dan meminta maaf. Saya merasa tidak enak dengan teman B dan teman C saya karena gara-gara saya jadi ada masalah dengan teman A saya.
Teman A saya tidak seperti yang saya pikirkan akan marah, sebaliknya ia menyambut kami dengan baik, bahkan tersenyum lebar. Meski disambut, saya tetap merasa canggung, begitu juga teman-teman saya mengingat kamu tidak berkomunikasi dengan baik seminggu ini.
Kami memaksakan diri untuk mengabaikan rasa canggung dan mulau mengobrol. Di tengah obrolan, saya meminta maaf dengan teman A saya. Teman A saya tersenyum. Dia juga meminta maaf karena terlalu sensitif. Kami kemudian berbaikan.
Dari kejadian di atas, saya mengerti apa yang menurut saya itu tidak kasar, bisa saja kasar di pandangan orang lain. Semua orang punya sudut pandangnya masing-masing. Perasaan orang juga berbeda-beda. Jadi, berusaha memahami orang lain dibutuhkan dalam setiap hubungan yang dapat dikatakan baik.
Untuk membina hubungan yang baik, diperlukan keberanian untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu. Tidak peduli siapa yang benar dan salah, alangkah lebih baiknya segera menyelesaikan permasalahan agar masalah dapat diselesaikan dan hubungan menjadi baik lagi.
Kemudian, kita juga harus saling menjelaskan diri kita pada teman kita atau teman kita pada kita, seperti tentang apa yang tidak diinginkan, dan apa yang diinginkan. Tujuannya adalah agar pemahaman kita tentang mereka dan mereka tentang kita menjadi lebih baik sehingga tidak akan sering bertengkar.
Nah, ayo, berani untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”