Di banyak kesempatan, kalimat maklumlah, kita kan manusia yang tidak sempurna, sering kita dengar. Biasanya, ungkapan ini untuk memohon maaf atas kesalahan yang diperbuat seseorang atau mungkin sekelompok orang. Bisa jadi, itu adalah saya, kamu, mereka, kami bahkan kita. Tujuannya jelas, untuk dimaklumi dan dimaafkan. Orang lain, memaklumi atas segala bentuk kesalahan tersebut.
Sejak lama, saya memikirkan kalimat itu. Bertanya-tanya, benarkah saya sebagai manusia adalah mahluk yang tidak sempurna? Padahal pencipta saya adalah sang maha sempurna.
Pergulatan pemikiran seperti ini, saya pikir wajar saja. Sebab oleh Sang Pencipta, saya dikaruniai akal budi, yang kadang saya sendiri tidak memahami alur berpikir yang saya alami. Termasuk memikirkan hal-hal seperti ini. Tetapi saya meyakini, ini adalah bagian dari anugerah akal budi itu berkarya dalam hidup saya.
Barangkali, ini dapat dianggap sebagai sebuah pencerahan, meski sifatnya pribadi, sebab belum tentu orang lain setuju dengan saya. Tetapi tidak ada masalah, karena itu adalah bagian dari hakikat kehidupan. Banyak hal yang faktanya satu sama lain diciptakan berbeda. Termasuk jawaban yang saya temukan ini.
Saya meyakini bahwa, sesungguhnya, manusia diciptakan sempurna. Sempurna sebagai manusia, sempurna sebagai diri saya dengan segala keberadaan, bahkan jalan kehidupan yang harus saya lalui. Karena tidak ada sesuatu bisa terjadi diluar kehendakNya.
Lantas, bagaimana dengan ungkapan miring yang sering meragukan diri sendiri sebagai ciptaan Sang Maha Sempurna itu? Bahkan terkesan menjadi ungkapan yang lazim dan sah-sah saja untuk dikatakan.
Sebenarnya, ungkapan tersebut berlebihan. Bagaimana mungkin, ciptaan menilai dengan sangat mudah, karya Sang Maha Pencipta dan juga Sang Pemilik Kesempurnaan, dengan kalimat tidak sempurna. Hanya gara-gara satu dua hal yang secara normatif dinilai sebagai kesalahan. Padahal nilai-nilai itu berdasar sesuatu yang dikembangkan oleh ciptaan itu sendiri. Meski ada yang diyakini nilai-nilai yang bersumber dari Sang Pencipta berdasar keyakinannya.
Meski begitu, saya tetap memahami bahwa manusia itu sempurna. Jika membuat kesalahan, memang itulah bagian dari kesempurnaan dari manusia. Karena Sang Pencipta menciptakan manusia, bukan pesaing-Nya.
Tetapi mungkin, kenapa orang sering mengungkapkan itu, barangkali juga adalah bagian dari kesempurnaan berpikirnya. Tidak mampu menemukan sesuatu yang tepat untuk diungkapkan, karena merasa diri terbatas. Dalam kondisi seperti inilah manusia tetap membutuhkan dukungan penciptanya dan bersandar pada-Nya sepenuhnya. Semoga.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”