Benarkah Kodrat Wanita Hanya Menunggu?

Sore itu di sebuah kedai seblak terkenal di kota kami, aku dan temanku sedang menunggu seblak pesanan yang tak kunjung datang. Tak lama kemudian mas-mas pramusaji pun datang, membawa baki berisi seblak kami, "Ini mbak seblak sama teh angetnya," tak lupa dengan senyum hangat yang penuh ramah-tamah, Terimakasih Mas ucapku membalas senyum Mas itu. Gerimis yang tak kunjung usai membuat suasana semakin cocok untuk bercerita dan berkeluh-kesah tentang hari ini.

Advertisement

Aku dan temanku, sebut saja Nadia, memang sangat suka saling bertukar pikiran dan mengkritisi apa-apa yang ada di sekitar kami. Tibalah di mana topik pembahasan kami waktu itu mengerucut kepada sebuah masalah stereotype bahwa seorang wanita kodratnya hanya menunggu. Apakah kami memiliki pemikiran yang sama tentang hal tersebut? Tentu tidak, maka dari itu kami lebih suka untuk mendebatkannya.

Nadia berpendapat bahwa sudah selayaknya seorang wanita itu kodratnya hanya menunggu dan biarkan laki-laki yang mencari kita, bukan kita yang mencari laki-laki. Ia juga berpendapat tak seharusnya wanita menyatakan perasaannya terlebih dahulu kepada seorang laki-laki, cukup berdoa dalam diam dan memintanya kepada Tuhan. Di depanmu aku memang malu, tapi di depan Tuhan aku terang-terangan memintamu begitu mungkin kata-kata yang mewakili isi pikirannya.

Apakah pendapat itu salah? Tak salah, tapi aku memiliki pendapat yang sedikit berbeda dengannya.

Advertisement

Menurutku, kata kodrat tidak seharusnya berlaku di kasus ini. Karena kodrat hanya digunakan untuk sesuatu yang sifatnya tidak dapat kita ubah, karena telah menjadi suatu ketetapan yang mutlak. Sebagai contoh, kodrat wanita untuk melahirkan, menyusui, menstruasi, dan juga kodrat wanita lebih lemah daripada laki-laki jika diukur dari struktur massa otot yang wanita punya, hal-hal tersebut sudah ditetapkan oleh sang pencipta untuk menjadi kodrat kita. Berbeda hal nya dengan stereotype kodrat wanita hanya menunggu,  ini bukan kodrat melainkan pilihan hidup seseorang.

Memang seorang laki-laki diciptakan dengan tubuh yang lebih kuat dibandingkan dengan wanita umumnya. Memang laki-laki dahulu kala memiliki tugas untuk berburu sedangkan wanita diam di rumah, berlindung, dan dilindungi.  Namun, sekarang tidak harus seperti itu. Setiap orang berhak memilih jalan hidup mereka. Wanita boleh berburu dan laki-laki juga boleh diam di rumah. Terserah mereka masing-masing.

Advertisement

Tidak ada yang melarang wanita mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu. Islam tidak melarang umatnya untuk jatuh cinta, ataupun mengharuskan yang mengungkapkan perasaan haruslah seorang laki-laki terlebih dahulu. Perempuan juga berhak mengungkapkan perasaannya dahulu kepada seseorang yang disukainya, asalkan cara penyampaiannya baik, sopan, serta tidak didasari oleh hawa nafsu.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa tak semua hal dapat berjalan mulus pada nantinya. Kita harus siap dengan segala konsekuensi akan setiap tindakan yang kita ambil. Ketika kita menyatakan perasaan bisa saja orang yang bersangkutan menjadi ilfeel dan menjauhi kita. Tidak apa-apa, setidaknya kita sudah merasa plong dengan perasaan kita sendiri.

Jika memang hal yang terjadi tak sejalan dengan apa yang kita mau, it's okay, jangan kemudian merengguk seperti anak kecil yang jika keinginannya tidak dipenuhi akan mulai menangis dan mengamuk serta memaksakan agar nantinya semua berjalan sesuai apa yang dia mau. Selayaknya orang yang dewasa, kita harus dewasa pula dalam menyikapi sebuah hal, tak boleh memaksa karena aka ada seorang individu yang tersiksa dibaliknya. Cukup diam, dan hargai setiap keputusannya.

Satu hal lagi, jika kita sebagai wanita hanya menunggu berharap dijemput oleh pangeran dan berharap menjadi seorang gadis yang beruntung terpilih olehnya. Hal ini memperlihatkan bahwa seolah-olah seorang wanita tidak berhak untuk memilih dan hanya bersedia untuk dipilih. Bukankah hal tersebut terdengar sangat kolot dan dan terkesan tidak open minded.

Lantas apakah kalian mau melestarikan stereotype itu? Seakan menjadi buruan yang tak tau kapan akan dimangsa dan dimangsa oleh siapa, terkungkung, terkurung, dan hanya bisa termenung. Meratapi realita hidup yang kian terasa redup.

Ataukah kalian akan menjadi seperti kereta api yang berani berdiri di jalannya sendiri tanpa tengok kanan dan kiri?

Pada akhirnya semua terserah kepada diri kita masing-masing. Pilihan hidup tidak ada yang salah dan benar, namun layaknya hukum 3 Newton yang berbunyi,


"Ketika suatu gaya (aksi) diberikan pada suatu benda, maka benda tersebut akan memberikan gaya (reaksi) yang sama besar dan berlawanan arah dengan gaya yang diberikan.",


Begitu pula dengan hidup kita, setiap aksi yang kita lakukan tentu akan memicu sebuah reaksi dari banyak sisi, baik itu sejalan maupun berlawanan.

Terpenting, jangan biarkan orang lain menentukan jalan yang kamu lalui. Karena apa? Karena bukan mereka lah yang pada akhirnya akan melewati jalan tersebut, melainkan dirimu sendiri. Pilih jalanmu sendiri, atau kamu akan menyesal di kemudian hari.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan pada program studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret