Selalu saja ada tantangan yang akan dihadapi oleh manusia untuk menggapai impiannya. Tentu bukan hal yang mudah untuk melaluinya, pasti membutuhkan kesabaran serta pendirian yang kuat. Sebuah nikmat bisa melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir merupakan suatu kesyukuran besar bagi saya dan rezeki yang tak disangka-sangka. Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di dunia merupakan wadah yang telah berhasil mencetak hampir jutaan ulama dunia terkemuka disetiap tahunnya.
Nekat  Â
Perjalanan awal dimulai ketika saya masih belajar di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Ujung Bone, Sulawesi Selatan. Sebuah pondok pesantren yang berada di desa kecil di bagian Selatan kota Bone yang bernama desa Ujung, kecamatan Dua Boccoe, kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Pesantren ini dibangun sejak tahun 2000 M dan di pesantren inilah saya mendapatkan arahan dari Kyai saya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Jujur saja, tidak pernah terlintas di pikiran saya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Karena sejak dulu, dari kecil saya ingin menjadi seorang dokter, walaupun pada akhirnya saya menyalahi cita-cita saya sendiri. Dengan arahan tersebut, saya berani untuk memilih jalan itu. Saya mulai memperbaharui niat dan memfokuskan diri untuk mengikuti ujian seleksi walaupun hanya beberapa bulan saja. Sempat tidak yakin dengan diri sendiri, akan tetapi para Ustadz dan teman saya selalu memberikan dukungan agar berusaha belajar dengan baik.
Waktu yang dinanti-nanti  Â
Pada tanggal 18 Juni 2019, saya mengikuti tes pertama kali untuk masuk Universitas Al-Azhar Kairo Mesir di MAN 2 Makassar melalui jalur PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) yang diadakan oleh Kementerian Agama. Terdapat ratusan santri yang ada di Sulawesi Selatan mengikuti jalur ini. Walhasil, saya belum berhasil di kesempatan ini. Tapi saya bersyukur karena 3 teman saya berhasil mendapatkan beasiswa dan berangkat ditahun itu juga.  Â
Pada bulan berikutnya, saya kembali mengikuti tes ke Al-Azhar melalui jalur Kementerian Agama. Jalur ini diikuti oleh ribuan peserta di seluruh Indonesia. UIN Alauddin Makassar menjadi lokasi ujian saya bersama dengan beberapa teman yang didampingi langsung oleh pembina pondok. Sebelum memasuki ruang ujian, kami diberikan beberapa nasehat dan motivasi agar bisa sukses di ujian kali ini. Tepat pada tanggal 22 Juli 2019, pengumuman tes jalur Kementerian Agama telah keluar dan hasilnya juga belum berpihak kepada saya. Amanat nasehat dari Kyai agar terus bersabar selalu diingatkan kepada kami yang belum lulus di jalur ini. Namun, di samping itu saya bersyukur karena salah satu teman saya berhasil lulus di jalur ini.  Â
Bukan hanya sampai disitu, saya kembali mendapatkan arahan dari Kyai saya untuk mengikuti jalur beasiswa di Kantor PBNU Pusat yang berlokasi di Jakarta Pusat. Berkat dukungan dan restu dari kedua orang tua, saya berangkat ke Jakarta. Pada jalur ini, ada sekitar 300 orang pendaftar dan hanya 81 orang yang dinyatakan lulus berkas dan berhak untuk mengikuti ujian. Setelah mengikuti tes dan menunggu pengumuman kurang lebih satu bulan, akhirnya pengumuman itu keluar juga dan rezeki saya belum pada jalur ini juga. Sambil menghela nafas panjang dan mengusap dada lalu menuntunnya agar terus bersabar, saya kembali ke kampung halaman dan memutuskan untuk kuliah di Indonesia. Bahkan pernah terlintas di pikiran saya bahwa "mungkin saya tidak ditakdirkan oleh Tuhan untuk ke Mesir tahun ini. Akan tetapi, saya akan terus berusaha untuk mewujudkan impian itu."Â Saya melanjutkan kuliah di IAIN Bone, sebuah Institut yang berlokasi di kota Bone sekitar satu jam perjalanan dari kampung halaman saya. Selama kuliah di IAIN Bone, saya juga membantu menjalankan bisnis kamera teman saya.
Semangat kembali membara  Â
Pada awal bulan Oktober 2019, saya mendapatan kabar dari teman saya di Jakarta bahwa akan di buka pendaftaran untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar melalui jalur Pusiba (Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab). Saya kembali membicarakan perihal ini dengan keluarga dan mereka tetap mendukung. Akhirnya saya meminta izin untuk tidak mengikuti perkuliahan beberapa hari kedepan. Saya berpamitan dengan orang tua, para keluarga, para dosen, teman seruangan, teman organisasi, sekaligus meminta doa dan dukungan mereka untuk perjalanan saya dalam menggapai impian ini. Keesokan harinya, saya berangkat dari Makassar menuju Jakarta.
  Â
Tepat pada tanggal 20 Oktober 2019, saya menuju ke lokasi ujian. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar dan tinggal menunggu hasil seleksi diumumkan. Setelah kurang lebih satu bulan menunggu hasil ujian, akhirnya keluar juga. Walhasil, dengan perasaan yang bercampur aduk antara senang dan sedih, akhirnya saya lulus di jalur ini. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas nasehat yang selalu diberikan oleh orang tua dan guru-guru saya bahwa selama niat kita baik dan mau berusaha, pasti akan ada jalan untuk mendapatkannya. Â
Tepat pada hari Kamis, 21 Januari 2021 saya tiba di negeri para Nabi bersama dengan teman-teman seperjuangan. Ucapan terima kasih tak terhingga kepada seluruh elemen yang telah mendukung saya sampai detik ini, semoga senantiasa diberkahi dan dirahmati oleh Allah SWT.
@Qatar Airways Student Club         Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”