Dunia ini tidak bekerja untukmu. Kamu yang bekerja untuk hidup di dunia ini. Selama kamu hidup, selama itu pula kamu bekerja. Kamu bekerja karena memiliki harapan. Harapan itu kamu jabarkan dengan rencana-rencana. Kamu bisa jadi memiliki banyak rencana. Dari mulai rencana besar ingin mengubah dunia hingga perkara kecil pergi ke café favoritmu untuk sekadar menikmati secangkir kopi hangat.
Sayangnya realita tidak bisa menjamin semua ekspetasimu terwujudkan. Dunia tidak bekerja selayaknya kantong ajaib doraemon yang setiap nobita ingin begini ingin begitu dapat diwujudkan dengan kantong ajaib. Akan selalu ada saja rencanamu yang gagal, akan selalu ada harapanmu yang tak terwujud jadi nyata.
Kamu ingin mengubah dunia, sementara dunia ini terlalu luas bagi dirimu yang tidak ada apa-apanya. Peran mengubah dunia justru diambil oleh orang lain. Kamu hanya menjadi penonton saja. Ya, memang begitu realitanya.
Jangankan rencana besar tentang mengubah dunia, rencana sederhana kecilmu saja bisa berantakan tanpa kamu bisa berbuat apa-apa. Kamu sudah bertekad ingin menghabiskan akhir pekanmu dengan bersantai di café favoritmu. Kamu pun berangkat di siang hari, sesampainya disana café favoritmu ternyata sedang tutup karena pemiliknya sedang tertimpa musibah. Kamu tidak bisa protes. Kamu hanya pelanggan biasa. Rencana kecilmu pun berantakan.
Maka kamu harus menyadari realita ini memang kejam. Realita tidak akan mendengarkan rengekan keluh kesahmu. Kamu bisa saja mengutuk dan marah terhadap dunia ini. Sayangnya dunia ini tidak peduli. Ia tetap berputar dan berlalu. Maka mengutuk, mengeluh atau memberikan sumpah serapah bukanlah solusi. Yang kamu harus lakukan adalah berdamai dengan realita. Menyadari realita tidak harus sesuai dengan ekspektasimu.
Tidak hanya menyadari, tapi juga membiasakannya. Bahwa kamu bisa saja gagal dalam mengeksekusi rencanamu. Kamu gagal dalam masalah percintaan. Kamu terlambat masuk kerja. Kamu ketinggalan kereta pagimu. Hasil kerjamu tidak diapresiasi banyak orang. Semua itu selalu bisa terjadi. Kamu hanya harus terbiasa akan itu.
Terbiasa bukan berarti menikmati kegagalan. Tetapi belajar dari kegagalan itu. Mentalmu lah yang berbeda ketika bertemu dengan kegagalan. Mentalmu jauh lebih siap ketika realita tidak sesuai ekspektasi. Dengan begitu, kamu bisa lebih sigap menghadapi realita. Entah dengan membuat rencana B atau menurunkan ekspektasimu. Pada tahap ini kamu akhirnya mulai belajar untuk bertikai dengan ekspektasi dan berdamai dengan realita.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”