Pentingnya Belajar Menerima dan Mencintai Apa yang Sudah Ada di Genggaman

Belajar menerima

Sejatinya, semua persoalan akan lebih mudah jika kita menerapkan satu hal untuk dilakukan hati yaitu penerimaan. Seperti apa yang Mas Kurniawan Gunadi dan Mbak Aji Nur Afifah tulis dalam buku mereka yang berjudul Menentukan Arah. Mungkin, sebenarnya kita lebih butuh diterima dibandingkan sekadar apresiasi atau pujian belaka.

Advertisement

Satu-satunya yang bisa membuat kita lega akan banyak hal, penerimaan. Diterima dan menerima. Sesimpel itu. Ketika menerima, kita pun akan bisa melihat lebih banyak, mengerti alasan-alasan dibaliknya, dan lebih bijak menyikapinya. Pun begitu diterima, kita akan lebih bisa terbuka dan mengeluarkan perspective kita tanpa takut di-judge atau apapun.

Hal yang simpel, namun mungkin tidak banyak yang benar-benar menerapkan. Karena ketika memutuskan menerima, kita harus banyak-banyak memaafkan, banyak-banyak memaklumi, banyak-banyak mengalah. Karena ketika memutuskan menerima, kita harus memiliki hati yang lapang.

Menerima kurangnya karena sejatinya manusia tidak ada yang sempurna, Menerima perlakuan yang mungkin kadangkala kurang mengenakkan tetapi mencoba memahami. Karena, lagi-lagi, manusia bukanlah malaikat yang tanpa cacat. Ada yang harus mencoba mengalah demi kewarasan suatu hubungan. Ada yang harus mencoba memaklumi dengan berbagai alasan yang ada. Ada yang harus mencoba menginisiasi percakapan atau meminta maaf walaupun tidak merasa bersalah, demi memperbaiki hubungan.

Advertisement

Pun begitu soal diterima, saat ada seseorang yang menerima kita dengan masa lalu dan background keluarga kita yang tentu saja banyak kurangnya, juga dengan kekurangan-kekurangan yang ada didalam diri sendiri, kita akan lebih nyaman dalam bersikap, juga dalam berinteraksi. Kita juga akan merasa tenang dan aman dalam suatu hubungan. Suatu kenyamanan dalam hubungan hanya akan didapatkan jika keduanya sudah sama-sama melakukan hal ini, penerimaan. Perihal memaafkan juga melupakan akan terasa lebih mudah jika kita sudah melakukan penerimaan akan sikap orang yang menyakiti kita di masa lalu.

Penerimaan sejatinya bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk kita sendiri. Dengan menerima, hidup kita akan terasa lebih tenang dan indah. Dengan menerima, kita akan lebih bahagia dan hubungan dengan orang-orang terkasih juga akan lebih terjaga. Dengan menerima, kita akan lebih ikhlas menjalani hidup dengan masalah-masalah yang Allah berikan untuk menguatkan. Dengan menerima, kita sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan sejatinya adalah milik Allah, jadi salah dan khilaf adalah hal yang wajar. Dengan menerima, kita akan lebih kuat dan bisa menghadapi apapun dengan senyuman. 

Advertisement

Selain menerima, kita butuh juga seseorang yang menerima kita apa adanya. Menerima dan diterima, begitulah seharusnya rumus suatu hubungan agar panjang umurnya. Jangan hanya mau dipahami, tapi kita harus memahami. Jangan hanya mau dimaklumi, tapi kita juga harus memaklumi. Menerima lalu diterima, memahami lalu dipahami. Begitu cara kerjanya.

Barulah setelah kita bisa belajar menerima, kita baru bisa belajar mencintai apa yang kita dapatkan, tentunya setelah mengikhlaskan hal yang kita inginkan, karena tidak selamanya kita mendapatkan apa yang kita inginkan untuk didapat. Namun dari situ kita belajar bahwa yang kita inginkan memang bukan yang terbaik untuk kita, karena Allah-lah yang paling tahu apa yang terbaik bagi hambanya, bukan kita juga bukan orang tua kita. Pada akhirnya kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita cintai, tapi kita bisa belajar mencintai apa yang kita dapatkan dengan menerima dan mengikhlaskan. Begitu kita menerima, kita baru bisa belajar mencintainya, apapun itu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Everyone is fighting their own battle so be nice

Editor

Not that millennial in digital era.