Memaknai Relief di Kompleks Vihara Buddhagaya; 3 Larangan Buddha yang Harus Kita Tinggalkan

Siapa sih yang nggak tahu Vihara Buddhagaya? Yap, kalau kalian jalan-jalan ke daerah Semarang, kalian nggak boleh melewatkan destinasi wisata yang satu ini. Selain sebagai tempat ibadah umat Buddha, vihara ini terkenal dengan keindahan bangunannya. Bangunan yang tentu saja menyita perhatian wisatawan adalah pagoda, bernama Pagoda Avalokitesvara yang menjulang tinggi dan gedung Dhammasala yang digunakan sebagai tempat peribadatan umat Buddha.

Advertisement

Selain menyimpan eksotisme melalui bangunan vihara yang sangat megah, Vihara Buddhagaya yang terletak di Jalan Raya Pudak Payung Watugong Semarang, juga menyimpan pesan yang sebaiknya kita renungi. Bahwasanya manusia bukanlah sosok yang seharusnya sombong, namun harus rendah hati dengan cara meninggalkan tiga larangan Buddha yang terbentuk dalam lambang-lambang pada salah satu relief di bangunan Dhammasala. Bahkan, sebelum memasuki tempat suci umat Buddha ini, relief ini sebaiknya diinjak sebagai perlambang bahwa larangan-larangan ini harus manusia tinggalkan. Apa saja sih lambang dan larangan itu?

ADVERTISEMENTS

Jago

Disebut sebagai sosok yang jantan, ternyata jago memiliki tabiat buruk. Hewan ini senang “mengejar” betina lain, meskipun betinanya tengah mengerami “calon” anaknya. Selain itu, jago adalah hewan yang suka berebut makanan dengan hewan lain.

Ayam apa yang paling terkenal akan kegagahannya? Tentu saja semua orang menjawab jago. Seperti yang kita lihat sehari-hari, jago adalah hewan yang kuat dan jantan. Namun setelah diamati, jago yang memiliki “nama besar” tetap saja memiliki tabiat buruk. Jago yang mengambil hak hewan lain dan tidak setia, mengajarkan pada umat manusia bahwa tidak selayaknya kita menjadi sosok rakus dan sombong hanya karena telah memiliki “nama”.

Advertisement

Toh, nama besar hanya titipan, bukan untuk disombongkan. Dari sinilah kita belajar, bahwa keserakahan sebaiknya kita tinggalkan.

ADVERTISEMENTS

Ular

Hewan yang satu ini terkenal dengan bisanya yang mematikan, seperti perlambang kebencian.

Advertisement

Kalau ditanya hewan apa yang berbisa? Salah satunya adalah ular. Ular memangsa hewan lain dengan bisanya yang mampu melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung. Beberapa ular lain, membunuh mangsanya dengan cara melilit hingga mati dan memakan mangsanya bulat-bulat.

Sungguh, cara memangsa yang cukup sadis bukan? Atas dasar cara ular membunuh mangsanya tanpa ampun ini, kebencian dilambangkan sebagai hal yang harus dihindari oleh manusia. Manusia boleh saja sakit hati dan membenci, namun semua harus diakhiri dengan mengikhlaskan dan memaafkan.

ADVERTISEMENTS

Babi

Tinggal di tempat yang juga digunakan sebagai tempat buang air, hal inilah yang kemudian membuat babi disebut hewan yang bodoh. Ia tak dapat membedakan tempat yang bersih dan kotor, seperti ia tak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Berbeda dengan hewan terutama babi, manusia diciptakan dengan akal pikiran. Diberikan oleh Tuhan, akal pikiran ini dapat membuat manusia berpikir secara rasional dan sistematis. Belajar dari babi yang tak dapat membedakan mana yang bersih dan yang kotor, manusia yang berakal seharusnya dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam kehidupan, dan senantiasa mengasahnya dengan cara mencari ilmu dan memperdalam agama.

Itulah ketiga simbol dan larangan Buddha yang sebaiknya kita tinggalkan. Tak hanya harus ditinggalkan oleh umat Buddha, seluruh agama pun mengajarkan bahwa memang tidak sebaiknya manusia memiliki sifat serakah, memendam kebencian, dan kebodohan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

aku ya aku

16 Comments

  1. Abdur Rizek berkata:

    serakah si botak

  2. Suki Ananda berkata:

    Suandrika Ca’ung love budha