Entah kenapa saya ikut terharu dan merinding waktu melihat Leicester city mengangkat trofi Premier League. Selalu menyenangkan melihat tim underdog berjaya, seolah mereka mewakili kaum minoritas. Yang tidak diunggulkan, direndahkan dan dianggap sebelah mata. Saat Yunani berhasil mengalahkan Portugal di final piala Eropa tahun 2004, saya kira itu dongeng dalam sepakbola yang tidak akan terulang kembali.
Mungkin masih ada FC Porto yang berhasil menjuarai Liga Champions saat mereka tidak diunggulkan. Atletico Madrid yang berhasil menjuarai La Liga disaat Barcelona dan Real Madrid sedang jaya-jayanya. Tapi ternyata ada dongeng yang lebih kurang ajar dari mereka, Leicester city berhasil mengangkat trophy Premier League bahkan disaat laga masih menyisakan dua pertandingan lagi.
Tim yang bahkan di bursa taruhan awal musim hanya diberi peluang satu berbanding lima ribu untuk juara. Entah mengapa mereka tidak mengikuti naskah yang sudah dituliskan oleh mereka sendiri, yaitu yang penting bertahan di Premier League. Mungkin Tuhan secara tidak langsung menyuruh kita belajar dari kesuksesan Leicester musim ini, dan ini adalah hal -hal yang bisa kita ambil pelajarannya dari anak asuhan Claudio Ranieri.
1. Selalu sertakan doa dalam setiap usahamu
Ada yang berkata doa tanpa usaha adalah sia-sia belaka, begitupun sebaliknya. Apa yang diraih Leicester musim ini adalah kekuatan dari usaha, doa dan keberuntungan. Mereka beruntung karena tim –tim besar musim ini kebetulan tampil inkonsisten dan pemain –pemain penting mereka hampir tidak ada yang cedera dalam waktu yang lama. Usaha mereka jelas terlihat, saat mereka secara ajaib bisa lolos dari ancaman degradasi musim lalu pada detik-detik terakhir dan melanjutkannya pada musim ini.
Soal doa tidak perlu diragukan lagi, banyak yang mendoakan Leicester untuk juara. Sampai- sampai pelatih Totenham hotspur rival terdekat mereka cemburu saat mayoritas tim lain di BPL secara terang-terangan mendukung Leicester City. Dan itulah ketika “ Doa, usaha dan keberuntungan disatukan, ditambah kehendak Tuhan maka yang terjadi terjadilah”
2. Ketika yang kamu lakukan itu benar, tidak usah peduli dengan orang lain.
Ketika Atletico Madrid berhasil menyingkirkan Barcelona & Bayer Munchen di liga champions musim ini ada beberapa kalangan yang mencibir cara bermain atletico yang cenderung bertahan atau yang lebih dikenal dengan parkir bus. Demikian juga apa yang dilakukan Leicester musim ini, mereka cenderung bermain bertahan dengan pressing ketat. Tapi apa yang dilakukan Leicester maupun Atletico tidak dilarang dalam sepak bola.
Mereka tidak curang dan masih dalam koridor fair play, coba bayangkan apabila tim-tim kecil seperti mereka bermain keluar menyerang seperti apa yang diinginkan Arturo vidal (gelandang bayer munchen), tidak akan ada kejutan di dalam sepak bola. Kita sudah bisa menebak bahwa tim-tim besarlah yang akan mencapai singgasana juara. Leicester city hanya melakukannya dengan cara yang berbeda dari kebanyakan.
Para pemain Leicester tetap berpegang teguh pada tujuan utama sepak bola, yaitu mencetak gol lebih banyak daripada lawan. Karena kita terlalu sering mencela seseorang hanya karena dia melakukannya dengan cara yang berbeda dengan kita. Meskipun cara itu sama benarnya. Teringat kata ini “kita sering mencela orang lain hanya karena mereka melakukan dosa yang berbeda dengan kita”
3. Di dalam kehidupan selalu ada yang pertama
Sebelum berhasil membawa Leicester menjuarai Premier League Claudio Ranieri lebih dikenal sebagai Mr. Runner Up. Ya semua mantan klub yang pernah dilatihnya tidak ada yang bisa dibawanya juara kompetisi teratas. paling hanya gelar Coppa Italia yang pernah dia raih, Ranieri lebih sering membawa klub yang ditanganinya menjadi runner up atau nyaris juara. Bahkan Jose Mourinho pernah berkata, Ranieri tak akan pernah juara liga. Tapi Mourinho lupa, bahwa di kehidupan selalu ada yang pertama. Tanpa yang pertama kita tidak akan pernah meraih yang kedua, dari yang pertamalah kita bisa belajar dari pengalaman. Dan Ranieri tahu betul itu, dia belajar dari pengalaman sebelumnya . bahkan dia berhasil juara bersama tim yang jika dianalogikan dalam cerita cinta adalah “kamu adalah ketidakmungkinan yang sulit untuk diperjuangkan”
4. Tetaplah Rendah hati
Ranieri berbeda dengan mourinho yang sombong dan arogan, yang menyebut dirinya special one. ranieri juga bukan wenger yang tetap bicara juara di depan media disaat poin tim mereka terpaut jauh dari pemuncak klasemen, bahkan mezut ozil pun ketika itu sudah menyerah. Ranieri adalah sosok yang tetap membicarakan target 40 poin mereka di awal musim padahal saat itu mereka ada di tahta klasemen. Tetapi kita semua tahu dibelakang layar dia adalah motivator ulung bagi anak asuhnya, dia seolah sosok yang menjelaskan filosofi bahwa “Langit tidak perlu menjelaskan bahwa dirinya tinggi” .
Congrats Leicester City, Congrats The Thinkerman…kami belajar banyak darimu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
terbaik (y) Karena Langit tak perlu menjelaskan bahwa dirinya Tinggi