Aku seorang anak dari stay at home dad. Selama bertumbuh, beberapa kali aku sering diejek karena papaku seorang papa rumah tangga, tidak seperti teman-teman lainnya yang bekerja dari pukul 9 sampai 5 di gedung-gedung perkantoran yang tinggi-tinggi. Apalagi kalau dibandingkan dengan papa-papa yang terlihat sangat berjuang dari subuh hingga malam baru pulang ke rumah.
Awalnya aku kesal sekali, tidak hanya pada teman-teman yang seenaknya mengatakan Papaku nggak keren, tapi juga pada Papa yang mereka sebut kalah keren ini. Pengalaman terburuk aku dapatkan dari guru olahraga waktu SD. Saat ditanya apa pekerjaan Papa, dan aku menjawab kalau Papa adalah ayah rumah tangga. Ia menjawab, “Nggak mungkin! Kamu pasti bohong. Coba pulang, tanyakan apa pekerjaan papa.”
Pengalaman yang sangat buruk, apalagi untuk seorang anak SD. Tapi kalau diingat kembali, aku sekarang malah merasa bangga dan sangat senang karena Papa adalah stay at home dad. Karena, tidak seperti anak-anak lainnya yang jarang punya kesempatan untuk bermain bersama Papa, aku malah mendapat mayoritas waktu dan perhatian Papa.
Di saat anak-anak lain bubaran sekolah dan harus menunggu mobil jemputan, harus memutarr jauh baru bisa sampai di rumah. Aku bisa dengan santainya keluar, menunggu Papa datang menjemput, dan aku bisa langsung pulang ke rumah beristirahat.
Di saat aku ada masalah di sekolah pun, Papa adalah orang nomor satu yang tahu. Dan dengan insting ayahnya, dengan sigapnya bisa membantuku memikirkan jalan keluarnya. Bahkan gak segan-segan juga yang langsung maju ke ruang guru. Walaupun malu-maluin juga sih. Hehehe..
Satu hal lagi, karena Papa sering di sekitar sekolah dan menungguku bubaran dari kegiatan tambahan dari kelas, tanpa aku sadari teman-temanku malah berkenalan dan akrab dengan Papa. Bahkan, sekarang setelah aku dan mereka sudah terpencar, kalau kami kebetulan sedang berkomunikasi entah melalui telepon atau chat, mereka juga sering menanyakan kabar papa.
Sebagai generasi baby boomers, papa-papa lain mungkin kurang dekat dibandingkan oleh papa-papa millennial. Karena umumnya mereka berpikir kalau tugas utama mereka adalah bagaimana bisa mencukupi keluarganya. Berbeda dengan papa millennial yang lebih turun tangan dan lebih berusaha untuk bonding dengan anaknya.
Pa, dari pengalamanku selama ini dan dengan hinaan apalagi dari guru SD itu, aku jadi tahu, betapa beratnya di posisimu itu. Nggak ada yang salah kok dengan keputusan Papa untuk mengalah keluar dari pekerjaan papa untuk menjaga kami anak-anakmu. Karena keputusan besar itu, kami, anak-anakmu bisa tumbuh dengan sangat baik, di lingkungan yang aman dan penuh cinta kasih.
Seperti kata pepatah, tidak semua pahlawan mengenakan jubah. Begitu juga tidak semua Papa harus menggunakan dasi. Terima kasih sudah rela melepaskan pekerjaanmu yang sangat baik itu demi kami. Apapun kata mereka tentangmu, Papa tetaplah Papa terbaik bagi kami.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”